Bumi saat ini dikelilingi jutaan sampah luar angkasa, dari seukuran bus kota hingga rongsokan kaleng. Sampah luar angkasa ini tidak hanya membahayakan bumi, sebab bisa jatuh kapan saja. Tapi, sampah ini juga bisa membahayakan Stasiun Luar Angkasa Internasional yang kini berada di orbit dalam. Sebab saat dua objek ini bertabrakan, maka akan pecah hingga ribuan keping. Tentu ini mengganggu operasional stasiun. Untuk mengatasi masalah sampah angkasa ini, sejumlah ilmuwan dan teknisi Swiss menciptakan proyek CleanSpace One. Prototipe proyek satelit penyapu sampah angkasa ini pun dibuat dengan bentang panjang 30 cm, serta panjang dan tinggi 10 cm.
Satelit penyapu ini rencananya akan siap diluncurkan awal tahun 2015. Dengan demikian CleanSpace One dirancang untuk bertemu dan menghancurkan picosattelit (satelit mikro) milik Swiss lain, Tisat. Saat tiba di tempat yang ditargetkan, satelit pembersih CleanSpace One akan membuka 'tangannya', menggenggam satelit sampah, dan membawanya agar terbakar bersama di atmosfer. CleanSpace One didesain dan dibangun di Swiss Space Center, bagian dari Swiss Federal Institute for Technology di Lausenne (EPFL). Para ilmuwan itu saat ini sedang mengembangangkan sistem propulsi (kendali) elektrik yang memungkinkan CleanSpace One menggenggam sampah luar angkasa tersebut.
"Tantangan utama saat ini memang menyiapkan tangan robotik atau mekanisme persiapan yang memungkinkan menggenggam satelit Swiss (Tisat) itu," kata peneliti EPFL, Muriel Richard. Jika ini berhasil dikembangkan, tim berharap bisa menawarkan dan menjual sistem buatan mereka untuk membersihkan sampah luar angkasa dalam berbagai bentuk dan ukuran. "Badan luar angkasa merasa perlu untuk menjadikan ini sebagai pertimbangan dan persiapan untuk membersihkan barang yang telah mereka lontarkan ke luar angkasa. Kami ingin menjadi perintis di area ini," kata Direktur Swiss Space Center, Volker Gass. Senada dengan Volker Gass, Muriel Richard pun mengatakan sistem CleanSpace One yang terbilang murah ini diharapkan bisa membantu pengembangan pembersihan sampah luar angkasa. "Ini bukan pembangunan jutaan, tapi ini pembangunan dengan level yang berbasis di universitas," tuturnya.
Menurut astronot dan profesor di EPFL, Claude Nicollier, sampah luar angkasa memang menjadi permasalahan besar yang kerap dianggap sepele, sama seperti pemanasan global. "Ada kesamaan dari dua permasalahan itu, jika kita tidak melakukan apa-apa, kita memiliki masalah besar di masa depan," ujarnya.
Satelit penyapu ini rencananya akan siap diluncurkan awal tahun 2015. Dengan demikian CleanSpace One dirancang untuk bertemu dan menghancurkan picosattelit (satelit mikro) milik Swiss lain, Tisat. Saat tiba di tempat yang ditargetkan, satelit pembersih CleanSpace One akan membuka 'tangannya', menggenggam satelit sampah, dan membawanya agar terbakar bersama di atmosfer. CleanSpace One didesain dan dibangun di Swiss Space Center, bagian dari Swiss Federal Institute for Technology di Lausenne (EPFL). Para ilmuwan itu saat ini sedang mengembangangkan sistem propulsi (kendali) elektrik yang memungkinkan CleanSpace One menggenggam sampah luar angkasa tersebut.
"Tantangan utama saat ini memang menyiapkan tangan robotik atau mekanisme persiapan yang memungkinkan menggenggam satelit Swiss (Tisat) itu," kata peneliti EPFL, Muriel Richard. Jika ini berhasil dikembangkan, tim berharap bisa menawarkan dan menjual sistem buatan mereka untuk membersihkan sampah luar angkasa dalam berbagai bentuk dan ukuran. "Badan luar angkasa merasa perlu untuk menjadikan ini sebagai pertimbangan dan persiapan untuk membersihkan barang yang telah mereka lontarkan ke luar angkasa. Kami ingin menjadi perintis di area ini," kata Direktur Swiss Space Center, Volker Gass. Senada dengan Volker Gass, Muriel Richard pun mengatakan sistem CleanSpace One yang terbilang murah ini diharapkan bisa membantu pengembangan pembersihan sampah luar angkasa. "Ini bukan pembangunan jutaan, tapi ini pembangunan dengan level yang berbasis di universitas," tuturnya.
Menurut astronot dan profesor di EPFL, Claude Nicollier, sampah luar angkasa memang menjadi permasalahan besar yang kerap dianggap sepele, sama seperti pemanasan global. "Ada kesamaan dari dua permasalahan itu, jika kita tidak melakukan apa-apa, kita memiliki masalah besar di masa depan," ujarnya.
No comments:
Post a Comment