Jika Kamboja punya Angkor Wat dan Myanmar punya Bagan, Indonesia juga punya komplek candi yang sangat luas. Adalah Komplek Candi Muaro Jambi, yang terletak di tepian Sungai Batang Hari, Provinsi Jambi. Betapa dunia tercengang mengingat keberadaan Angkor Wat. Namanya sudah terkenal hampir di setiap negara, sebagai komplek candi yang sangat indah dan bernuansa spiritual. Begitu pula dengan Bagan, sebuah kota di Myanmar yang hampir seluruhnya tertutup oleh kumpulan candi megah. Tapi tahukah Anda, Indonesia juga punya hal yang sama. Komplek candi Muaro Jambi adalah sebuah peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Sesuai namanya, komplek ini terletak di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Lokasinya persis di tepi Sungai Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi.
Pada 1823, seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke menemukan situs ini. Kala itu, ia tengah melakukan pemetaan di daerah aliran Sungai Batang Hari untuk kepentingan militer. Waktu itu sang Letnan tak sadar, bahwa ia telah menemukan situs peninggalan terluas di Indonesia. Total areanya mencakup 260 hektar, memanjang searah aliran Sungai Batang Hari. Komplek ini memiliki 61 candi, walaupun mayoritas telah termakan usia. Di dalamnya, juga ditemukan parit dan kolam tempat masyarakat lampau menampung air. Selain itu ada pula 85 buah 'menapo', yakni reruntuhan candi yang tertimbun tanah. Berdasarkan situs resmi pariwisata Indonesia, indonesia.travel, komplek ini diperkirakan berasal dari abad ke-11 masehi. Agama Buddha masih menjadi ciri dominan di sini, walaupun terdapat pula beberapa bangunan Hindu. Uniknya, terdapat banyak peninggalan kuno dari berbagai wilayah di dunia seperti China.
Ada sebuah gong perunggu berpahat tulisan China yang ditemukan di situs ini. Berdasarkan penelitian, gong ini dibawa pada masa Dinasti Song, sekitar abad ke-11 dan abad ke-12 masehi. Selain itu ada pula beberapa arca Hindu, mantra Buddha yang dipahat di atas kertas emas, hingga barang-barang perunggu bertahtakan batu mulia! Semua penemuan itu mengindikasikan adanya hubungan bilateral antara kerajaan Indonesia dengan beberapa dinasti China. Selain itu, ada juga gunung kecil buatan manusia yang oleh masyarakat setempat disebut Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak. Konon, situs ini pernah menjadi komplek pusat pendidikan agama Buddha. Agama Buddha Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas, dengan ditemukannya beberapa lempengan berpahat mantra 'wajra' di beberapa candinya. Ada sembilan candi Buddha yang telah dipugar, yaitu Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedung Satu, Gedung Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.
Sejak pertengahan 2007, usaha pemugaran dan pembangunan beberapa candi dari reruntuhan 'menapo' berhasil dilakukan. Semenjak itu, situs ini dimanfaatkan kembali sebagai tempat berlangsungnya hari besar keagamaan. Perayaan Waisak yang adalah hari besar umat Buddha juga berlangsung di sini. Perayaan di Muaro Jambi telah masuk dalam agenda nasional di samping Candi Borobodur, Jawa Tengah.
Pada 1823, seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke menemukan situs ini. Kala itu, ia tengah melakukan pemetaan di daerah aliran Sungai Batang Hari untuk kepentingan militer. Waktu itu sang Letnan tak sadar, bahwa ia telah menemukan situs peninggalan terluas di Indonesia. Total areanya mencakup 260 hektar, memanjang searah aliran Sungai Batang Hari. Komplek ini memiliki 61 candi, walaupun mayoritas telah termakan usia. Di dalamnya, juga ditemukan parit dan kolam tempat masyarakat lampau menampung air. Selain itu ada pula 85 buah 'menapo', yakni reruntuhan candi yang tertimbun tanah. Berdasarkan situs resmi pariwisata Indonesia, indonesia.travel, komplek ini diperkirakan berasal dari abad ke-11 masehi. Agama Buddha masih menjadi ciri dominan di sini, walaupun terdapat pula beberapa bangunan Hindu. Uniknya, terdapat banyak peninggalan kuno dari berbagai wilayah di dunia seperti China.
Ada sebuah gong perunggu berpahat tulisan China yang ditemukan di situs ini. Berdasarkan penelitian, gong ini dibawa pada masa Dinasti Song, sekitar abad ke-11 dan abad ke-12 masehi. Selain itu ada pula beberapa arca Hindu, mantra Buddha yang dipahat di atas kertas emas, hingga barang-barang perunggu bertahtakan batu mulia! Semua penemuan itu mengindikasikan adanya hubungan bilateral antara kerajaan Indonesia dengan beberapa dinasti China. Selain itu, ada juga gunung kecil buatan manusia yang oleh masyarakat setempat disebut Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak. Konon, situs ini pernah menjadi komplek pusat pendidikan agama Buddha. Agama Buddha Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas, dengan ditemukannya beberapa lempengan berpahat mantra 'wajra' di beberapa candinya. Ada sembilan candi Buddha yang telah dipugar, yaitu Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedung Satu, Gedung Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.
Sejak pertengahan 2007, usaha pemugaran dan pembangunan beberapa candi dari reruntuhan 'menapo' berhasil dilakukan. Semenjak itu, situs ini dimanfaatkan kembali sebagai tempat berlangsungnya hari besar keagamaan. Perayaan Waisak yang adalah hari besar umat Buddha juga berlangsung di sini. Perayaan di Muaro Jambi telah masuk dalam agenda nasional di samping Candi Borobodur, Jawa Tengah.
No comments:
Post a Comment