Thursday, 3 November 2011

Stephen Tong, Orang Indo yang mendunia

Stephen Tong (bahasa Tionghoa: 唐崇荣; pinyin: Tang Chongrong) adalah seorang pendeta Kristen yang dilahirkan di Xiamen, provinsi Fujian, Republik Rakyat Cina pada 1940. Ia kemudian menjadi warganegara Indonesia dan saat ini tinggal di Jakarta dan sejak usia 17 tahun telah dipanggil untuk menjadi penginjil. Ia adalah salah satu tokoh teologi Reformed terkemuka, mengadakan seminar-seminar di seluruh dunia secara teratur setiap tahun. Ia juga mendirikan Stephen Tong Evangelistic Ministries International (STEMI) dan anggota International Consultants of the Lausanne Committee of World Evangelization. Selain seorang pendeta, ia juga seorang komposer, konduktor, artis, dan arsitek. Pdt. Stephen Tong selama 25 tahun mengajar teologi dan filosofi di Seminari Alkitab Asia Tenggara di Malang dan saat ini mengajar di Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) di Jakarta yang ia dirikan. Ia telah menulis lebih dari 75 buku. Pada tahun 1990 ia mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII), termasuk sebuah seminari, Institut Reformed, Jakarta Oratorio Society, departemen literatur, dan pusat penerjemahan teologi, serta pusat aktivitas-aktivitas evangelistik, seminar, dan konseling. Pada tahun 1996 Pdt. Tong mendirikan Reformed Institute for Christianity and 21st Century di Washington D.C., Amerika Serikat.

Ia dikenal sebagai pengritik keras gerakan Karismatik, New Age Movement, Postmodernisme, Seni Kontemporer, psikologi, budaya Barat, budaya Timur, filosofi, dan Teologi Kemakmuran. Sebagai pendeta, ia memiliki pengetahuan luas di bidang seni, musik, filsafat, sejarah, dan arsitektur. Ia telah menulis banyak lagu gereja, menulis banyak buku rohani dan merancang beberapa bangunan gereja. Seminar-seminarnya diadakan di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya; dan di kota-kota mancanegara seperti di Cambridge (Massachusetts Institute of Technology), Hong Kong (China Graduate School of Theology), Taiwan (China Evangelical Seminary), Singapura (Trinity Theological College), Westminster Theological Seminary, Reggent College, Columbia University, University of California at Berkeley, Stanford University, University of Maryland, dan Cornell University. Ia menyampaikan kotbah dalam bahasa Indonesia, Mandarin, dialek Fujian, dan Inggris.

Stephen Tong lahir pada 1940 di Xiamen, provinsi Fujian, RRC. Ayahnya berkebangsaan Cina dan ibunya seorang Tionghoa Indonesia. Pada usia tiga tahun, ayahnya meninggal dunia. Keluarganya bermigrasi ke Indonesia ketika ia berumur 9 tahun. Orangtuanya memiliki tujuh anak laki-laki (Tony, Yohanes, Petrus, Caleb, Solomon, ia sendiri, Joseph), lima di antaranya menjadi pendeta Kristen, dan seorang anak perempuan (Maria). Pada usia 17 tahun, ia menyatakan tekad untuk mengabdi pada Kristus setelah mendengar sebuah khotbah oleh Andrew Gih di sebuah KKR di Surabaya.

Stephen Tong memperoleh gelar Bachelor Degree in Theology (B. Th) dari Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) di Malang, Indonesia, di mana ia kemudian melayani di fakultas dan mengajar teologi dan filsafat selama 25 tahun. Pada tahun 1985, Stephen Tong dianugerahi gelar doktor kehormatan dalam kepemimpinan dalam penginjilan Kristen dari La Madrid International Academy of Leadership di Manila, Filipina. Pada bulan Mei 2008, ia menerima gelar kehormatan Doctor of Divinity dari Westminster Theological Seminary.

Stephen Tong mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia. Gereja menganut pengakuan Reformed secara umum diterima oleh gereja-gereja Reformasi, tetapi memiliki pengakuan yang unik dari iman.  Gereja telah diperluas hingga termasuk cabang di berbagai belahan dunia termasuk Jerman, Amerika Utara, Asia dan Australia. Sebuah bangunan baru untuk Gereja Reformasi Injili di Jakarta, Katedral Mesias (yang mencakup sebuah auditorium berkapasitas 4.600) selesai pada tahun 2008. Butuh waktu 16 tahun untuk membujuk pemerintah Indonesia untuk menerbitkan izin untuk membangun gereja gedung gereja secara pribadi dirancang oleh Tong sendiri.. Ini adalah salah satu fasilitas terbesar Cina gereja Kristen evangelis di dunia, dengan 600.000 kaki persegi (56.000 m2) ruang.

Gereja Reformed Injili Indonesia dan lembaga-lembaga afiliasinya memiliki penginjil perempuan, dosen, dan anggota dewan gereja. Mereka diizinkan untuk berkhotbah dan menganggap peran berwibawa, meskipun mereka tidak ditahbiskan. Selain sebagai pendeta, Dr. Tong juga dikenal sebagai salah satu konduktor musik. Sejak kecil ia memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap segala bentuk seni, termasuk musik, lukisan, arsitektur, dan seni pahat. Ia mengamati dan mempelajari seni-seni tersebut sejak kecilnya secara otodidak. Ia telah menciptakan musik sejak usia 16 tahun dan memimpin oratorio sejak umur 17. Sejak saat itu ia telah memimpin oratorio dan musik gerejawi baik di Seminari Alkitab Asia Tenggara maupun gereja-gereja yang ia layani.

Pada tahun 1986 ia mendirikan Jakarta Oratorio Society yang melakukan penampilan di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya di Indonesia, Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong, Taiwan, dan Malaysia. Konser-konser tersebut dihadiri oleh ribuan orang dan mendapatkan sambutan yang positif. Ia memecahkan rekor pada 1985 dengan menarik 27.000 pengunjung pada konser di tujuh kota (Malang, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Solo, Bandung, dan Jakarta) untuk memperingati seratus tahun J.S. Bach dan G.F. Handel. Konser tur tersebut menuai banyak pujian dari berbagai kritikus dan pecinta seni. Salah satu mimpinya yang baru terwujud adalah pendirian Katedral Mesias di Jakarta pada tahun 2008, tepatnya di gedung Gereja Reformed Injili Indonesia pusat. Penyelesaian gedung tersebut diliput secara khusus oleh jurnalis mancanegara, termasuk dari Reuters dan Wall Street Journal.

Pada bulan Desember 2008, Dr. Tong kembali membuat rekor dengan menarik 9.000 pengunjung ke pagelaran musik lengkap Messiah oleh Handel di Katedral Mesias. Ini adalah rekor penampilan musik klasik terbesar di Indonesia. Dalam acara tersebut Dr. Tong memimpin 200 orang lebih anggota koor dan orkestra Jakarta Oratorio Society.

Pada bulan Oktober 2009 Aula Simfonia Jakarta yang baru selesai dibangun di kawasan Kemayoran didedikasikan untuk Tuhan dan seluruh pecinta musik klasik Indonesia dengan konser yang dipimpin oleh Dr. Jahja Ling, music director San Diego Symphony, dan Dr. Tong yang memainkan karya G.F. Handel Organ Concerto in B flat major Op. 4 No. 6 HWV 294 dan F.J. Haydn The Creation Seminar dan Buku karya Stephen Tong diterbitkan oleh Penerbit Momentum http://www.momentum.or.id selain mempengaruhi Arus Kekristenen, juga mempengaruhi ranah Politik, ekonomi, dan mandat kultural. Misalnya di dalam parlemen Taiwan, ketika antar anggota saling baku hantam, muncul seorang wanita sambil berteriak membacarakn prinsip demokrasi yang akhirnya mendiamkan perkelahian antar dewan. Setelah diselidiki, buku Stephen Tong yang berjudul Iman, Penderitaan dan Hak Azasi yang dibaca.

Seminar ini diadakan ketika terjadi aksi kerusuhan Mey 1998, di mana kondisi politik di Indonesia pasca jatuhnya Soeharto menjadi kacau balau. Maka Buku ini menjadi pengaruh yang sangat besar bagi mereka yang menjadi minoritas dan tertindas. Salah satu konsep waktu yang sering didengungkan Amerika adalah Time is money. Bagi Stephen Tong, pandangan ini begitu dangkal. Dan beliau menguraikan istilah waktu menjadi 4. Waktu adalah
1. Hidup
2. catatan kehidupan
3. kesempatan
4. alat penguji yang paling setia dan adil

Setiap orang yang membaca buku ini, efek yang timbul adalah menjadikan orang tersebut responsible terhadap kesempatan yang ada, tidak bermalas-malasan, dan sangat menghargai yang ada. Karena waktu bagi beliau seperti anak panah, sekali ditembak, tidak akan pernah kembali lagi.












No comments:

Post a Comment