Duta Komodo Jusuf Kalla tidak mempersoalkan asal muasal yayasan New7 Wonders. Melalui media officer-nya Husain Abdullah, JK justru menanyakan sikap pemerintah yang sibuk mencari-cari kesalahan New7 Wonders. "Jutaan rakyat yang telah mengirim SMS Komodo ke 9818, tidak pernah mau tahu dan mempersoalkan di mana kantor dan asal muasal Yayasan New7 wonders, seperti yang dilakukan oleh pemerintah yang kini baru sibuk mencari cari kesalahan dan kantor yayasan New7 Wonders di saat komodo diambang kemenangan," kata Husain dalam siaran pers. Husain menyampaikan ini sekaligus menjawab keraguan KBRI Bern mengenai New7 Wonders. JK bekerja tanpa pretensi dan pamrih apa pun kecuali demi kebanggaan bangsa dan kejayaan masyarakat NTT, provinsi di mana Komodo berada.
"Karena beliau diminta oleh panitia nasional untuk membantu, maka Pak JK secara tulus membantu agar komodo terpilih sebagai 7 keajaiban dunia yang baru. Sebab sebelumnya, SMS yang masuk sangat terbatas," jelas dia. Husain menjelaskan, setelah JK bergerak maka seluruh komponen bangsa bergerak pula memberi vote lewat SMS mendukung Komodo agar menjadi satu keajaiban dunia. "Hal itu karena Pak JK mampu meyakinkan rakyat bahwa kalau Komodo menang maka akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke NTT yang berdampak terhadap kesejahteraan masyarakatnya. Pak JK juga berhasil meyakinkan provider agar tarif SMS menjadi Rp 1, Pak JK berhasil menarik empati masyarakat dan memobilisasi masyarakat secara massive untuk memberikan dukungan kepada komodo melalui dukungan SMS dan email," terang Husain.
JK mampu meyakinkan masyarakat bahwa Komodo bisa menjadi kebanggaan bangsa. Bahkan MURI Indonesia memberikan penghargaan pemecahan rekor untuk kategori SMS massal vote komodo di Makassar pada 30 oktober saat 100 ribu orang serentak mengirim SMS Komodo ke 9818. "Sebagai bangsa Indonesia kita semua harusnya bangga dengan solidaritas tinggi yang ditunjukkan rakyat Indonesia saat kita semua membutuhkan kebersamaan untuk meraih kebanggaan tingkat dunia melalui komodo. Komodo ada di NTT tetapi seluruh rakyat Indonesia di berbagai pelosok tanpa perbedaan suku-etnis dan geografis mengirim SMS karena rasa memiliki dan ikatan nasionalisme. Ikatan yang amat dibutuhkan oleh bangsa ini agar tetap bersatu," tuturnya.
Benarkah Komodo terancam terganggu?
Dimintai tanggapan soal kontroversi itu, Kepala Balai Taman Nasional Komodo Sustyo Iriyono, meminta agar semua pihak tidak membenturkan masalah promosi kawasan wisata itu dengan kelestarian lingkungan. Sebab, "Manusia punya akal dan cara untuk tetap melindungi Komodo," kata dia. Tujuan dari semua promosi itu adalah sederhana saja. Membangun wilayah demi kesejahteraan masyarakat dan menjaga ekosistem. "Kalau untuk kejayaan Indonesia, jangan melihatnya dengan hitam putih. Yang penting, Komodo menang, jaya Indonesia. Yang bisa dilakukan adalah mensiasati agar kekhawatiran terganggu itu tidak terbukti."
Salah satu caranya adalah dengan menerbitkan aturan bahwa pembangunan infrastruktur jangan di lakukan di wilayah taman nasional, tapi di Flores atau Labuan Bajo. "Supaya habitat Komodo tidak terganggu," kata dia. Selama ini turis-turis yang datang ke Komodo hanya sebentar melihat binatang langka itu, sesudah itu mereka kembali ke hotel di Labuan Bajo. Sehingga, bagi para penggelola Taman Nasional Komodo, tidak ada masalah jika Komodo nantinya mendapat predikat 'tujuh keajaiban dunia' dan makin banyak wisatawan yang berkunjung. "Tinggal disiasati dengan aturan dan sinergi dengan pemda dan pihak lain. Nggak ada persoalan." Orang-orang yang datang ke Pulau Komodo hanya bisa bertemu dengan Komodo dalam waktu yang sangat terbatas. Hanya di Loh Liang, Pulau Komodo, dan Loh Buaya, di Pulau Rinca. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di laut, di sejumlah pulau lain dan pantai-pantai yang indah di pesisir Labuan Bajo.
Menjelang pengumuman tujuh keajaiban dunia, Taman Nasional Komodo(TNK) pun sedang bersiap. Para penggelola sedang mempersiapkan sumber daya manusia, sinyal telekomunikasi, sel surya, dan perhubungan laut untuk mengangkut para wisatawan. "Komodo sangat seksi sekali. New7Wonders juga harus dilihat sebagai (peluang) akses wisata, ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat. Juga untuk melestarikan Komodo," kata dia. "Jangan dibenturkan." Selama ini, Sustyo menambahkan, turis berdatangan ke sekitar taman nasional untuk melakukan dua hal: menyelam dan tracking. Di sekitar Pulau Komodo ada 40 spot diving yang istimewa. Ada gua laut, bukit laut, juga aliran air yang deras. Karena Komodo adalah top predator, karnivora, pengunjung didampingi penjaga atau ranger. "Karena ini wildlife (alam liar), bukan taman safari atau kebun binatang," kata Sustyo, membantah anggapan mengunjungi taman nasional berbahaya.
Di situ lah indahnya berwisata ke habitat asli Komodo. Ada sensasi petualangannya. "Orang asing tak pernah mempermasalahkan, mereka selalu puas. Hanya, yang masalah justru orang Indonesia, yang tidak bisa membedakan taman safari dan taman nasional." Tahun 2011, tercatat ada 45.000 orang yang mengunjungi Pulau Komodo. "95 persennya orang asing," kata dia. WNI hanya tercatat sekitar 2.000 orang, namun angka ini naik tahun ini." Sustyo menambahkan, Komodo yang sedang berjuang di ajang New7Wonders sebelumnya sudah mendapat pengakuan dari Badan Pendidikan Budaya PBB, UNESCO. "Sebagai cagar manusia dan biosfer, juga warisan alam dunia." Ingin Komodo menjadi bagian dari keajaiban dunia. Anda bisa berpartisipasi, ketik 'KOMODO' kirim ke 9818, sebanyak-banyaknya.
"Karena beliau diminta oleh panitia nasional untuk membantu, maka Pak JK secara tulus membantu agar komodo terpilih sebagai 7 keajaiban dunia yang baru. Sebab sebelumnya, SMS yang masuk sangat terbatas," jelas dia. Husain menjelaskan, setelah JK bergerak maka seluruh komponen bangsa bergerak pula memberi vote lewat SMS mendukung Komodo agar menjadi satu keajaiban dunia. "Hal itu karena Pak JK mampu meyakinkan rakyat bahwa kalau Komodo menang maka akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke NTT yang berdampak terhadap kesejahteraan masyarakatnya. Pak JK juga berhasil meyakinkan provider agar tarif SMS menjadi Rp 1, Pak JK berhasil menarik empati masyarakat dan memobilisasi masyarakat secara massive untuk memberikan dukungan kepada komodo melalui dukungan SMS dan email," terang Husain.
JK mampu meyakinkan masyarakat bahwa Komodo bisa menjadi kebanggaan bangsa. Bahkan MURI Indonesia memberikan penghargaan pemecahan rekor untuk kategori SMS massal vote komodo di Makassar pada 30 oktober saat 100 ribu orang serentak mengirim SMS Komodo ke 9818. "Sebagai bangsa Indonesia kita semua harusnya bangga dengan solidaritas tinggi yang ditunjukkan rakyat Indonesia saat kita semua membutuhkan kebersamaan untuk meraih kebanggaan tingkat dunia melalui komodo. Komodo ada di NTT tetapi seluruh rakyat Indonesia di berbagai pelosok tanpa perbedaan suku-etnis dan geografis mengirim SMS karena rasa memiliki dan ikatan nasionalisme. Ikatan yang amat dibutuhkan oleh bangsa ini agar tetap bersatu," tuturnya.
Benarkah Komodo terancam terganggu?
Dimintai tanggapan soal kontroversi itu, Kepala Balai Taman Nasional Komodo Sustyo Iriyono, meminta agar semua pihak tidak membenturkan masalah promosi kawasan wisata itu dengan kelestarian lingkungan. Sebab, "Manusia punya akal dan cara untuk tetap melindungi Komodo," kata dia. Tujuan dari semua promosi itu adalah sederhana saja. Membangun wilayah demi kesejahteraan masyarakat dan menjaga ekosistem. "Kalau untuk kejayaan Indonesia, jangan melihatnya dengan hitam putih. Yang penting, Komodo menang, jaya Indonesia. Yang bisa dilakukan adalah mensiasati agar kekhawatiran terganggu itu tidak terbukti."
Salah satu caranya adalah dengan menerbitkan aturan bahwa pembangunan infrastruktur jangan di lakukan di wilayah taman nasional, tapi di Flores atau Labuan Bajo. "Supaya habitat Komodo tidak terganggu," kata dia. Selama ini turis-turis yang datang ke Komodo hanya sebentar melihat binatang langka itu, sesudah itu mereka kembali ke hotel di Labuan Bajo. Sehingga, bagi para penggelola Taman Nasional Komodo, tidak ada masalah jika Komodo nantinya mendapat predikat 'tujuh keajaiban dunia' dan makin banyak wisatawan yang berkunjung. "Tinggal disiasati dengan aturan dan sinergi dengan pemda dan pihak lain. Nggak ada persoalan." Orang-orang yang datang ke Pulau Komodo hanya bisa bertemu dengan Komodo dalam waktu yang sangat terbatas. Hanya di Loh Liang, Pulau Komodo, dan Loh Buaya, di Pulau Rinca. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di laut, di sejumlah pulau lain dan pantai-pantai yang indah di pesisir Labuan Bajo.
Menjelang pengumuman tujuh keajaiban dunia, Taman Nasional Komodo(TNK) pun sedang bersiap. Para penggelola sedang mempersiapkan sumber daya manusia, sinyal telekomunikasi, sel surya, dan perhubungan laut untuk mengangkut para wisatawan. "Komodo sangat seksi sekali. New7Wonders juga harus dilihat sebagai (peluang) akses wisata, ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat. Juga untuk melestarikan Komodo," kata dia. "Jangan dibenturkan." Selama ini, Sustyo menambahkan, turis berdatangan ke sekitar taman nasional untuk melakukan dua hal: menyelam dan tracking. Di sekitar Pulau Komodo ada 40 spot diving yang istimewa. Ada gua laut, bukit laut, juga aliran air yang deras. Karena Komodo adalah top predator, karnivora, pengunjung didampingi penjaga atau ranger. "Karena ini wildlife (alam liar), bukan taman safari atau kebun binatang," kata Sustyo, membantah anggapan mengunjungi taman nasional berbahaya.
Di situ lah indahnya berwisata ke habitat asli Komodo. Ada sensasi petualangannya. "Orang asing tak pernah mempermasalahkan, mereka selalu puas. Hanya, yang masalah justru orang Indonesia, yang tidak bisa membedakan taman safari dan taman nasional." Tahun 2011, tercatat ada 45.000 orang yang mengunjungi Pulau Komodo. "95 persennya orang asing," kata dia. WNI hanya tercatat sekitar 2.000 orang, namun angka ini naik tahun ini." Sustyo menambahkan, Komodo yang sedang berjuang di ajang New7Wonders sebelumnya sudah mendapat pengakuan dari Badan Pendidikan Budaya PBB, UNESCO. "Sebagai cagar manusia dan biosfer, juga warisan alam dunia." Ingin Komodo menjadi bagian dari keajaiban dunia. Anda bisa berpartisipasi, ketik 'KOMODO' kirim ke 9818, sebanyak-banyaknya.
No comments:
Post a Comment