Tuesday, 2 October 2012

Raksasa Internet Asia yang siap hancurkan Google

Di bidang layanan internet atau perdagangan online, perusahaan asal Amerika Serikat biasanya berjaya. Namun tidak selalu demikian, mereka bisa tersungkur juga, terutama di Asia. Ya, tidak sedikit perusahaan asal Asia yang berjaya di Tanah Air sendiri, mengalahkan nama-nama besar yang sudah mengglobal. Biasanya, para perusahaan tersebut berbasis di Asia Timur. Perusahaan Asia apa saja yang menjungkalkan hegemoni perusahaan asing? Berikut di antaranya:
 
Baidu
Mesin pencari online boleh dikatakan sangat identik dengan nama Google. Namun tidak demikian di China. Google selalu kepayahan menuai popularitas di sana karena dikalahkan oleh Baidu. Ya, sepak terjang Baidu di China memang sangat fenomenal. Mesin cari online besutan warga lokal ini berhasil menuai pangsa pasar domestik sekitar 60%. Baidu didirikan pada tahun 2000 oleh Robin Li dan Eric Xu dan berkantor pusat di Beijing. Keduanya adalah lulusan perguruan tinggi mancanegara dan sempat juga bekerja di luar negeri sebelum kembali ke China.

Tencent

Banyak orang mungkin tidak banyak mengenal Tencent. Namun mereka adalah perusahaan internet terbesar ketiga di dunia dengan nilai kapitalisasi pasar USD 38 miliar, hanya kalah dari Google dan Amazon. Tencent membuat berbagai macam layanan online, seperti QQ yang adalah jejaring sosial terbesar di China. Pada Desember 2010, pengguna QQ tercatat di kisaran 647 juta. Tencent juga berbisnis di bidang lain, seperti membuat game sosial dan menjual barang virtual. Dua nama besar di bidang tersebut, Facebook dan Zynga, tidak berdaya di China.

Naver
Tidak hanya di China, di Korea Selatan Google juga kewalahan. Pemain lokal bernama Naver berkuasa sebagai mesin cari online paling tenar di Negeri Ginseng ini. Pangsa pasar Naver pada tahun 2011 berada di kisaran 70% di Korea Selatan. Secara global, Naver menempati ranking lima mesin cari terpopuler setelah Google, Yahoo, Baidu dan Bing. Naver diluncurkan pada tahun 1999 oleh beberapa mantan karyawan Samsung. Tahun 2009, mereka merilis layanan di Jepang, ekspansi pertamanya ke luar negeri.

Mixi

Jepang memang dikenal sebagai negara industri teknologi tinggi. Di negara ini, Facebook kurang terdengar namanya karena tenggelam oleh sepak terjang jejaring sosial lokal bernama Mixi. Mixi tercatat pernah menguasai sampai 80% pangsa pasar jejaring sosial di Negeri Sakura tersebut. Sekarang pun, Mixi masih nomor satu meski Facebook mulai mengadakan perlawanan. Mixi memang punya keunikan tersendiri. Misalnya, profil pengguna banyak diwakili dengan avatar dan nama alias, bukan identitas sesungguhnya.

Rakuten

Soal belanja online di Jepang, Rakuten jagonya. Penduduk di negara Jepang memang jauh lebih familiar dengan nama Rakuten dibanding situs seperti eBay. Rakuten adalah semacam mall belanja online yang sukses besar. Pendapatan mereka pada tahun 2011 mencapai USD 4,7 miliar dan mempunyai 10 ribu karyawan di seluruh dunia. Rakuten pun mulai mengepakkan sayap bisnis perusahaan ke luar negeri. Mereka mendirikan Rakuten versi lokal di berbagai negara.

Taobao

eBay cukup banyak berinvestasi di China dan berharap mencetak sukses di sana. Namun mereka harus melawan Taobao, pemain lokal yang berjaya. Ya, Taobao adalah toko online terbesar di Negeri Tirai Bambu. Perusahaan ini berhasil mencetak volume penjualan sampai USD 29 miliar di tahun 2009. Taobao tercatat punya 370 juta pengguna terdaftar ada akhir tahun 2010. Banyaknya pengguna membuat Taobao menjadi salah satu website yang paling banyak dikunjungi di dunia.

Tudou

Perusahaan lokal di China memang aktif membuat tandingan layanan buatan perusahaan asing. Termasuk Tudou yang berhasil menjadi lawan berat YouTube di China. Sama seperti YouTube, Tudou memungkinkan penggunanya membagi video. Layanan ini diluncurkan pada April 2005. Setiap harinya, 50 ribu video baru dipublikasikan di Tudou. Ranking trafiknya secara global di Alexa menempati posisi 55.[detiknet]

No comments:

Post a Comment