Isu ancaman yang satu ini berasal dari alam, air yang oleh beberapa negara dianggap serius dan dapat menjadi malapetaka besar bahkan punahnya sebuah peradaban. Ancaman berupa melelehnya gunung es hingga naiknya permukaan laut tersebut dapat dilhat melalui citra satelit yang diperoleh NASA dan beberapa lembaga luar angkasa lainnya. Permasalahan ekologi/ekosistem memang sangat gencarnya dibicarakan terutama berkaitan dengan perubahan iklim secara global yang diakibatkan oleh gaya hidup manusia modern. Berikut negara yang terancam oleh isu air:
Maladewa = Meningginya Air Laut
Maladewa merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak dikawasan sebelah utaran Samudra India dan selatan India. Maladewa dikenal pula sebagai negara kecil yang didirikan di atas daratan koral dengan ketinggian daratan 1 meter di atas permukaan air laut. Karena ketinggian wilayahnya itulah, National Geographic menyebut kawasan Maladewa sebagai ‘titik nolnya’ untuk perubahan iklim di dunia. Pada 2009, Presiden Mohamed Nasheed bersama dengan para menteri yang tergabung di dalam kabinetnya, mengadakan sebuah pertemuan yang khusus membahas isu naiknya permukaan air laut. Sang presiden merasa bahwa negaranya tersebut terancam tenggelam, sehingga pemerintahnya perlu melakukan langkah-langkah untuk menanggulanginya secara efektif dan efisien. Berdasarkan lembaga klimatologi IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), jika permukaan air laut naik sebanyak tujuh inchi saja, maka Maladewa akan tenggelam dan punah.
Irlandia = Krisis Air Bersih
Jika Anda melihat citra satelit Irlandia yang berhasil direkam oleh NASA Aqua Modis, maka terlihat warna hijau dan biru pada 7 Agustus 2003. Meski demikian hijau, Irlandia saat ini dihadapkan pada sebuah krisis air bersih, karena pada kenyataannya mereka tidak mampu mengelola mata air di hutan-hutan akibat hujan deras yang turun cukup sering dan lama. Hujan yang deras dijadikan kambing hitam tercampurnya air yang berasal dari mata air dengan air kotoran, limbah yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor yang berasal dari lahan pertanian dan peternakan. National Geographic melaporkan bahwa pemerintah Irlandia telah menempuh langkah dengan memasangkan detektor polusi nirkabel di beberapa sungai, sehingga dapat diketahui unsur kandungan air sungai tersebut.
Selandia Baru = Mencairnya Gunung Es
Negara yang satu ini popular dengan keindahan dan keeksotisan relief daratan dan alam liarnya, namun demikian negara ini terancam oleh isu air yang sangat serius akibat mencairnya Gletser (gunung es) Tasman. Dr. Martin Brook, dosen mata kuliah Geografi Fisikal dari Massey University mengatakan:”Iklim yang sekarang terjadi di kawasan tersebut terlalu hangat untuk gletser dan mencegahnya untuk tidak mencair diketinggian 730m di atas permukaaan laut. Akibatnya gletser pun mencair dengan cepat dan akan hilang secara bersamaan.” Gletser yang berada di kawasan Tasman tersebut bahkan membentuk sebuah danau alami, salah satunya bahkan sudah tidak terlihat lagi sejak 1973, berdasarkan keterangan Brook. Citra satelit Selandia Baru yang Anda lihat diambil pada 30 Maret 2011 lalu, melalui Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) oleh satelit Aqua.
Belanda = Permukaan Laut yang meninggi
Sebagaimana ancaman yang membuntuti masyarakat di Maladewa, Belanda yang dikenal sebagai negeri kincir angin dan keju ini pun diancam oleh permukaan air laut yang naik. Bayangan berwarna merah yang berada di dalam citra satelit terlihat lebih tebal daripada area vegetasi hijau. Seharusnya citra tersebut menjelaskan akan adanya resiko daratan hijau Belanda yang akan terendam oleh air laut. NEAA (Netherlands Environmental Assesment Agency) mengatakan ancaman tersebut merupakan buntut panjang dari perubahan iklim dari dekade ke dekade. Juru bicara NEAA mengatakan:”Dalam dua abad setengah beberapa negara di dunia terancam oleh naiknya permukaan air laut, terutama negara yang berada di wilayah permukaan rendah. Perbuahan tinggi permukaan air laut ini disebabkan oleh iklim yang semakin tidak menentu.” Citra satelit Belanda yang warna airnya keliru ini diambil pada 24 Mei 2002, melalui Advance Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER) yang mengudara melalui satelit Terra milik NASA.
Cile = Gunung Es yang mencair
Pada 2 Mei 200, warna citra satelit yang keliru ini memperlihatkan kondisi gletser di kawasan Patagonia. Citra tersebut diambil melalui Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER), warna vegetasi disimbolkan melalui warna merah di dalam citra tersebut. Penelitian terakhir mengenai ladang es di Patagonia mengungkapkan bahwa permukaan es tersebut menurun akibat mencair. Hal tersebut diakibatkan oleh perubahan iklim –meski tidak semuanya disebabkan oleh temperatur yang semakin hangat. Peneliti dari Renard Centre of Marine Geology, Ghent University, Belgia, Sebastien Bertrand mengungkapkan kepada Science Daily bahwa mencairnya gletser disebabkan menurunnya hujan salju yang terjadi selama musim dingin.
Greenland = Permukaan Es yang menurun
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ICESat (Ice, Cloud, and Land Elevation Satellite) milik NASA, terlihat perubahan permuakaan es di Greenland antara tahun 2003 dengan 2006. Sebagaimana yang dijelaskan oleh NASA, bahwa wilayah berwarna putih mengindikasikan permukaan yang tebal dan warna biru mengindikasikan permukaan yang menipis. Sementara warna abu menggambarkan permukaan yang tidak berubah. Berdasarkan catatan para ahli, keadaan permukaan es Greenland semakin membahayakan. Berdasarkan laporan Science Daily, sebuah studi mengatakan Greenland akan hilang 2000 tahun lagi jika suhunya meningkat sebesar 1,6 derajat saja.
Rusia = Mencairnya Tanah Beku
Citra satelit yang Anda lihat diambil pada 15 Juni 2005, memperlihatkan Teluk Chaunskaya (ditandai dengan warna biru setengah lingkaran) di Siberian bagian timur laut. Di dalam citra tersebut pun dapat terlihat Sungai Chaun dan Palyavaam yang bermuara ke Teluk Bay, sebelum berakhir di Samudra Antartika. Saat ini Siberia merupakan kawasan daratan dengan tanah beku yang mengandung 1,5 trilyun karbon. Seperti yang diungkapkan oleh ilmuwan Sergey Zimov kepada Huffington Post:” Di kawasan ini jumlah kandungan karbon hampir sama dengan jumlah hutan hujan yang ada di planet kita jika disatukan.” Namun keadaan akan berubah memprihatinkan jika permukaan tanah beku ini kemudian mencair secara cepat, sehingga semakin cepat es mencair semakin cepat karbon menguap dan menempel di atmosfer.[Source]
Maladewa = Meningginya Air Laut
Maladewa merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak dikawasan sebelah utaran Samudra India dan selatan India. Maladewa dikenal pula sebagai negara kecil yang didirikan di atas daratan koral dengan ketinggian daratan 1 meter di atas permukaan air laut. Karena ketinggian wilayahnya itulah, National Geographic menyebut kawasan Maladewa sebagai ‘titik nolnya’ untuk perubahan iklim di dunia. Pada 2009, Presiden Mohamed Nasheed bersama dengan para menteri yang tergabung di dalam kabinetnya, mengadakan sebuah pertemuan yang khusus membahas isu naiknya permukaan air laut. Sang presiden merasa bahwa negaranya tersebut terancam tenggelam, sehingga pemerintahnya perlu melakukan langkah-langkah untuk menanggulanginya secara efektif dan efisien. Berdasarkan lembaga klimatologi IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), jika permukaan air laut naik sebanyak tujuh inchi saja, maka Maladewa akan tenggelam dan punah.
Irlandia = Krisis Air Bersih
Jika Anda melihat citra satelit Irlandia yang berhasil direkam oleh NASA Aqua Modis, maka terlihat warna hijau dan biru pada 7 Agustus 2003. Meski demikian hijau, Irlandia saat ini dihadapkan pada sebuah krisis air bersih, karena pada kenyataannya mereka tidak mampu mengelola mata air di hutan-hutan akibat hujan deras yang turun cukup sering dan lama. Hujan yang deras dijadikan kambing hitam tercampurnya air yang berasal dari mata air dengan air kotoran, limbah yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor yang berasal dari lahan pertanian dan peternakan. National Geographic melaporkan bahwa pemerintah Irlandia telah menempuh langkah dengan memasangkan detektor polusi nirkabel di beberapa sungai, sehingga dapat diketahui unsur kandungan air sungai tersebut.
Selandia Baru = Mencairnya Gunung Es
Negara yang satu ini popular dengan keindahan dan keeksotisan relief daratan dan alam liarnya, namun demikian negara ini terancam oleh isu air yang sangat serius akibat mencairnya Gletser (gunung es) Tasman. Dr. Martin Brook, dosen mata kuliah Geografi Fisikal dari Massey University mengatakan:”Iklim yang sekarang terjadi di kawasan tersebut terlalu hangat untuk gletser dan mencegahnya untuk tidak mencair diketinggian 730m di atas permukaaan laut. Akibatnya gletser pun mencair dengan cepat dan akan hilang secara bersamaan.” Gletser yang berada di kawasan Tasman tersebut bahkan membentuk sebuah danau alami, salah satunya bahkan sudah tidak terlihat lagi sejak 1973, berdasarkan keterangan Brook. Citra satelit Selandia Baru yang Anda lihat diambil pada 30 Maret 2011 lalu, melalui Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) oleh satelit Aqua.
Belanda = Permukaan Laut yang meninggi
Sebagaimana ancaman yang membuntuti masyarakat di Maladewa, Belanda yang dikenal sebagai negeri kincir angin dan keju ini pun diancam oleh permukaan air laut yang naik. Bayangan berwarna merah yang berada di dalam citra satelit terlihat lebih tebal daripada area vegetasi hijau. Seharusnya citra tersebut menjelaskan akan adanya resiko daratan hijau Belanda yang akan terendam oleh air laut. NEAA (Netherlands Environmental Assesment Agency) mengatakan ancaman tersebut merupakan buntut panjang dari perubahan iklim dari dekade ke dekade. Juru bicara NEAA mengatakan:”Dalam dua abad setengah beberapa negara di dunia terancam oleh naiknya permukaan air laut, terutama negara yang berada di wilayah permukaan rendah. Perbuahan tinggi permukaan air laut ini disebabkan oleh iklim yang semakin tidak menentu.” Citra satelit Belanda yang warna airnya keliru ini diambil pada 24 Mei 2002, melalui Advance Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER) yang mengudara melalui satelit Terra milik NASA.
Cile = Gunung Es yang mencair
Pada 2 Mei 200, warna citra satelit yang keliru ini memperlihatkan kondisi gletser di kawasan Patagonia. Citra tersebut diambil melalui Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER), warna vegetasi disimbolkan melalui warna merah di dalam citra tersebut. Penelitian terakhir mengenai ladang es di Patagonia mengungkapkan bahwa permukaan es tersebut menurun akibat mencair. Hal tersebut diakibatkan oleh perubahan iklim –meski tidak semuanya disebabkan oleh temperatur yang semakin hangat. Peneliti dari Renard Centre of Marine Geology, Ghent University, Belgia, Sebastien Bertrand mengungkapkan kepada Science Daily bahwa mencairnya gletser disebabkan menurunnya hujan salju yang terjadi selama musim dingin.
Greenland = Permukaan Es yang menurun
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ICESat (Ice, Cloud, and Land Elevation Satellite) milik NASA, terlihat perubahan permuakaan es di Greenland antara tahun 2003 dengan 2006. Sebagaimana yang dijelaskan oleh NASA, bahwa wilayah berwarna putih mengindikasikan permukaan yang tebal dan warna biru mengindikasikan permukaan yang menipis. Sementara warna abu menggambarkan permukaan yang tidak berubah. Berdasarkan catatan para ahli, keadaan permukaan es Greenland semakin membahayakan. Berdasarkan laporan Science Daily, sebuah studi mengatakan Greenland akan hilang 2000 tahun lagi jika suhunya meningkat sebesar 1,6 derajat saja.
Rusia = Mencairnya Tanah Beku
Citra satelit yang Anda lihat diambil pada 15 Juni 2005, memperlihatkan Teluk Chaunskaya (ditandai dengan warna biru setengah lingkaran) di Siberian bagian timur laut. Di dalam citra tersebut pun dapat terlihat Sungai Chaun dan Palyavaam yang bermuara ke Teluk Bay, sebelum berakhir di Samudra Antartika. Saat ini Siberia merupakan kawasan daratan dengan tanah beku yang mengandung 1,5 trilyun karbon. Seperti yang diungkapkan oleh ilmuwan Sergey Zimov kepada Huffington Post:” Di kawasan ini jumlah kandungan karbon hampir sama dengan jumlah hutan hujan yang ada di planet kita jika disatukan.” Namun keadaan akan berubah memprihatinkan jika permukaan tanah beku ini kemudian mencair secara cepat, sehingga semakin cepat es mencair semakin cepat karbon menguap dan menempel di atmosfer.[Source]
No comments:
Post a Comment