Pada 1986, Muammar Khadafi menyatakan putri angkatnya, Hana, tewas dalam serangan udara Amerika. Namun, misteri perlahan terkuak dan bukti mulai menyatakan, Hana sebenarnya tak tewas. Sejak pemberontak mengambil alih Ibukota Libya, Tripoli, makin banyak bukti muncul mengenai kemungkinan Khadafi berbohong mengenai kematian putri adopsinya, Hana, dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) pada 1986 lalu. Serangan itu jatuh di kediaman Khadafi, Bab Al Aziziya dan merupakan balasan atas tewasnya dua pejabat AS dalam pemboman di klub malam di Berlin, Jerman. Saat itu, jurnalis Amerika ditunjukkan foto seorang bayi tewas oleh Khadafi yang menyatakan bayi itu adalah Hana.
Diplomat Amerika memang mempertanyakan kebenaran klaim itu. Namun, Khadafi terus menerus membahasnya hingga beberapa tahun kemudian. Akhirnya, terjadi pemboman pesawat Pan Am di Lockerbie, Skotlandia, pada 1988 dan disebut sebagai balas dendam Khadafi untuk Hana. Pekan lalu, Bab Al Aziziya dikuasai pemberontak. Mereka menemukan sebuah ruangan yang terdapat akte kelahiran Hana dan foto seorang perempuan muda yang tertulis kata ‘Hana’ di bagian belakangnya. Ini sebuah bukti adanya kemungkinan Hana tak tewas saat masih bayi.
Ruangan tersebut dipenuhi boneka-boneka hewan dan foto-foto Hana yang keterangannya berbahasa Arab. Pemberontak yang mengawal jurnalis ke ruangan itu menyatakan, bukan lagi rahasia di Libya. Semua orang tahu, Hana yang selama ini dikatakan telah tewas, masih hidup. Kepala Tripoli Medical Center Gassem Baruni mengaku, Hana bekerja padanya sebagai dokter bedah, hingga pemberontak menguasai ibukota. “Ia tegang saat revolusi dimulai. Ia meyakinkan saya agar tidak merawat pemberontak. Ia menghilang sejak pekan lalu,” ujar si dokter.
Awal pekan ini, pejabat Swiss mengkonfirmasi Hana Khadafi sebagai salah satu pejabat senior Libya yang hendak dikenakan sanksi. British Council menyatakan, seseorang bernama Hana Khadafi pernah belajar bahasa Inggris di British Council Tripoli pada 2007 dan 2009. Banyak rakyat Libya meyakini, Hana memang tak pernah terbunuh dan mereka berbicara mengenai keberadaan perempuan ini secara terbuka. Menurut Adel Shaltut, diplomat Libya untuk PBB, merupakan rahasia umum di negaranya bahwa Hana tak terbunuh dalam serangan 1986.
“Sejak awal rakyat Libya sudah tahu bahwa itu semua hanyalah kebohongan. Hana saat ini sudah menikah dan memiliki anak,” ujar Shaltut. Namun sebaliknya, lanjut Shaltut, masih ada juga rakyat yang berpendapat Khadafi mengadopsi anak lain dan tetap memberinya nama Hana, untuk tribute. Seakan menambah misteri, terdapat dua foto milik media AP dari 1990-an, menunjukkan gadis yang dalam keterangan foto disebut bernama Hana Khadafi. Salah satunya, foto dari 1999, saat kunjungan keluarga ke Cape Town, Afrika Selatan (Afsel), menemui mantan Presiden Nelson Mandela.
Di satu sisi Mandela, ada Hana yang tampak dirangkul Mandela. Di sisi lain, berdiri satu-satunya putri kandung Khadafi, Aisha. Di sebelah gadis yang dikatakan Hana, ada Safiya, istri Khadafi. Foto lain dari 1996 menunjukkan Khadafi menyeka wajah seorang gadis yang dalam keterangan, bernama Hana. Meski terjadi beberapa ‘penampakan’ Hana, pada 2006 Khadafi tetap menggelar sebuah event bernama ‘Hana Festival for Freedom and Peace’ untuk merayakan 20 tahun tewasnya Hana. Ia mengundang beberapa musisi seperti Lionel Richie hingga penyanyi tenor Spanyol, Jose Carreras.
Di mana Hana saat ini, tak ada yang tahu. Sementara Aisha, Safiya dan dua saudara laki-laki mereka dikabarkan berada di Aljazair bersama pasangan dan anak-anak mereka. Hana tak terlihat diantara mereka. Khadafi dan putra lainnya, Saif Al Islam, diyakini masih berada di Libya. Apa yang dilakukan Khadafi, tak mengejutkan bagi rakyatnya. Mereka tahu, sang pemimpin berusaha mencari simpati atas serangan AS dan mengajak rakyat membenci Barat. Ia juga menyatakan putranya, Saif Al Arab, tewas dalam serangan NATO, Mei lalu. “Tak mengejutkan jika ia berbohong mengenai kematian anak-anaknya. Satu populasi saja bisa ia musnahkan, apalagi anaknya sendiri,” ujar penduduk Tripoli, Mohammed Ammar, yang sepupunya tahun lalu lulus dari sekolah medis bersama Hana. [inilah.com]
Diplomat Amerika memang mempertanyakan kebenaran klaim itu. Namun, Khadafi terus menerus membahasnya hingga beberapa tahun kemudian. Akhirnya, terjadi pemboman pesawat Pan Am di Lockerbie, Skotlandia, pada 1988 dan disebut sebagai balas dendam Khadafi untuk Hana. Pekan lalu, Bab Al Aziziya dikuasai pemberontak. Mereka menemukan sebuah ruangan yang terdapat akte kelahiran Hana dan foto seorang perempuan muda yang tertulis kata ‘Hana’ di bagian belakangnya. Ini sebuah bukti adanya kemungkinan Hana tak tewas saat masih bayi.
Ruangan tersebut dipenuhi boneka-boneka hewan dan foto-foto Hana yang keterangannya berbahasa Arab. Pemberontak yang mengawal jurnalis ke ruangan itu menyatakan, bukan lagi rahasia di Libya. Semua orang tahu, Hana yang selama ini dikatakan telah tewas, masih hidup. Kepala Tripoli Medical Center Gassem Baruni mengaku, Hana bekerja padanya sebagai dokter bedah, hingga pemberontak menguasai ibukota. “Ia tegang saat revolusi dimulai. Ia meyakinkan saya agar tidak merawat pemberontak. Ia menghilang sejak pekan lalu,” ujar si dokter.
Awal pekan ini, pejabat Swiss mengkonfirmasi Hana Khadafi sebagai salah satu pejabat senior Libya yang hendak dikenakan sanksi. British Council menyatakan, seseorang bernama Hana Khadafi pernah belajar bahasa Inggris di British Council Tripoli pada 2007 dan 2009. Banyak rakyat Libya meyakini, Hana memang tak pernah terbunuh dan mereka berbicara mengenai keberadaan perempuan ini secara terbuka. Menurut Adel Shaltut, diplomat Libya untuk PBB, merupakan rahasia umum di negaranya bahwa Hana tak terbunuh dalam serangan 1986.
“Sejak awal rakyat Libya sudah tahu bahwa itu semua hanyalah kebohongan. Hana saat ini sudah menikah dan memiliki anak,” ujar Shaltut. Namun sebaliknya, lanjut Shaltut, masih ada juga rakyat yang berpendapat Khadafi mengadopsi anak lain dan tetap memberinya nama Hana, untuk tribute. Seakan menambah misteri, terdapat dua foto milik media AP dari 1990-an, menunjukkan gadis yang dalam keterangan foto disebut bernama Hana Khadafi. Salah satunya, foto dari 1999, saat kunjungan keluarga ke Cape Town, Afrika Selatan (Afsel), menemui mantan Presiden Nelson Mandela.
Di satu sisi Mandela, ada Hana yang tampak dirangkul Mandela. Di sisi lain, berdiri satu-satunya putri kandung Khadafi, Aisha. Di sebelah gadis yang dikatakan Hana, ada Safiya, istri Khadafi. Foto lain dari 1996 menunjukkan Khadafi menyeka wajah seorang gadis yang dalam keterangan, bernama Hana. Meski terjadi beberapa ‘penampakan’ Hana, pada 2006 Khadafi tetap menggelar sebuah event bernama ‘Hana Festival for Freedom and Peace’ untuk merayakan 20 tahun tewasnya Hana. Ia mengundang beberapa musisi seperti Lionel Richie hingga penyanyi tenor Spanyol, Jose Carreras.
Di mana Hana saat ini, tak ada yang tahu. Sementara Aisha, Safiya dan dua saudara laki-laki mereka dikabarkan berada di Aljazair bersama pasangan dan anak-anak mereka. Hana tak terlihat diantara mereka. Khadafi dan putra lainnya, Saif Al Islam, diyakini masih berada di Libya. Apa yang dilakukan Khadafi, tak mengejutkan bagi rakyatnya. Mereka tahu, sang pemimpin berusaha mencari simpati atas serangan AS dan mengajak rakyat membenci Barat. Ia juga menyatakan putranya, Saif Al Arab, tewas dalam serangan NATO, Mei lalu. “Tak mengejutkan jika ia berbohong mengenai kematian anak-anaknya. Satu populasi saja bisa ia musnahkan, apalagi anaknya sendiri,” ujar penduduk Tripoli, Mohammed Ammar, yang sepupunya tahun lalu lulus dari sekolah medis bersama Hana. [inilah.com]
No comments:
Post a Comment