Thursday 15 December 2011

Metode "Dinding Flora" menghijaukan Rumah

Dinding Flora atau lebih tepat disebut reen wall adalah dinding yang dipenuhi oleh hijauan, sehingga terlihat alami, menambah suplai oksigen serta memperindah struktur bangunan. Green Wall sangat cocok untuk digalakkan di daerah perkotaan, yang notabene lahan (tanah) sudah sangat terbatas, dan polusi yang memerlukan penyerapan oleh tumbuh-tumbuhan. Dengan green wall, intensitas ruang hijau dapat diperluas, tidak terbatas hanya di taman-taman atau menanam tanaman di pot di lahan mendatar, namun di setiap dinding, pagar, di luar maupun dalam ruangan dapat menjadi area hijau yang menyejukkan pandangan serta menyegarkan pernafasan. Green Wall yang lazim dilakukan di sekitar kita adalah dengan menanam tanaman rambat, dan membuat rangka sedemikian rupa agar tanaman merambat menyusuri tembok atau bidang yang diinginkan. Green Wall model ini cukup mudah dibuat, namun memerlukan waktu lama sampai dinding dipenuhi hijauan, serta pilihan tanaman terbatas pada tanaman merambat.

Green Wall model lain adalah dengan "menempelkan" media tanam ke dinding, sehingga kita menanam tanaman secara vertikal. Secara alami, fenomena ini bisa terlihat di tebing-tebing. Tanaman tetap dapat tumbuh meskipun tidak ditanam di media dengan penempatan horizontal. Green Wall dapat hijau penuh secara instan, dengan menyelipkan tanaman-tanaman yang telah disiapkan sebelumnya di pot atau polibag ke struktur dinding yang telah dibuat. Green Wall model "menanam di dinding" dapat dibuat dengan membeli modul-modul yang sudah jadi (yang saya tahu sekarang masih impor) dengan biaya kira-kira > 1 juta/m2 atau membuat sendiri dengan terlebih dahulu memahami konsep pembuatannya. Bahan-bahan yang dijelaskan di situs luar kadang tidak tersedia/sulit didapatkan di Indonesia. Jadi akan perlu penyesuaian bila kita ingin membuat sendiri baik untuk memperindah ruangan ataupun berupaya memperbanyak suplai oksigen di sekitar kita dengan memanfaatkan ruang vertikal. 
Kerangka ideal terbuat dari bahan alumunium agar tidak mudah berkarat, kuat dan ringan. Kerangka alumunium memungkinkan instalasi Green Wall di gedung-gedung bertingkat tanpa memberi beban terlalu berat pada dinding. Kerangka dapat disubstitusi dengan kayu/bambu. Bila ingin lebih tahan, sebaiknya kayu yang telah diawetkan. Pada model aslinya, lapisan anti air agar pengairan tidak membasahi dinding, menggunakan papan PVC. Dijamin awet sampai puluhan tahun. Namun pada contoh-contoh yang membuat sendiri, lapisan anti air bisa diganti dengan kayu lapis yang kemudian dilapis lagi dengan plastik tebal. Plastik dipasang menggunakan Staple Gun. Air yang berlebih, selanjutnya ditampung oleh talang air yang disimpan di bawah Gren Wall. Air yang terkumpul dapat digunakan lagi untuk menyiram Green Wall.

Green Wall ini terinspirasi oleh tanaman-tanaman yang mampu tumbuh di tebing dengan perakaran minimal yang tumbuh di sekitar lumut-lumut. Kain diusahakan dapat meniru sifat lumut yang menyerap air, serta dapat meneruskan air secara merata ke seluruh permukaan kain. Kain yang menyerap air secara baik akan menyampaikan air pada media/perakaran masing-masing tanaman. Kain yang digunakan menggunakan kain penjaga kelembaban yang terbuat dari campuran polyamide (nilon) dan polyester. Namun ada laporan dari Filipina bahwa dia menggunakan kain yang biasa digunakan untuk melapisi speaker dan mampu menyerap air dengan baik. Saya penasaran apakah karpet yang biasa buat di mushola/masjid bisa dipakai atau tidak

Pengairan dilakukan dengan memompa air (bisa menggunakan pompa sirkulasi) ke selang yang dilubangi ke sepanjang puncak green wall. Air akan meresap ke kain dan menyebar ke seluruh permukaan green wall. Kain juga harus cukup tebal dan kuat, karena nanti kain akan disayat untuk menyelipkan metan serta tanaman. Kain dipasang menggunakan Staple Gun.









No comments:

Post a Comment