Tuesday 13 December 2011

Menguap tanda Empati

Saat sedang mengungkapkan perasaan dan masalah kepada seorang teman dan mereka menguap, jangan marah. Sahabat Anda bukan merasa bosan mendengar cerita yang Anda sampaikan. Sebaliknya, dia merasa empati. Para ilmuwan percaya bahwa menguap yang menular merupakan tanda orang tersebut sangat tertarik pada pikiran dan perasaan lawan bicara atau orang yang ada di dekatnya. Hasil ini diperoleh peneliti Italia yang mengamati lebih dari 100 pria dan wanita dari empat benua saat berangkat bekerja, makan di restoran, dan duduk di ruang tunggu. Ketika salah satu sukarelawan menguap, para peneliti mencatat apakah ada orang dalam radius 10 kaki yang tertular, yaitu menguap dalam tiga menit berikutnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ras dan jenis kelamin tidak berpengaruh pada dorongan menguap. Tapi, menguap lebih banyak disebabkan seberapa dekat dua orang tersebut. Menguap yang menular paling mungkin terjadi di antara anggota keluarga, lalu teman-teman, kemudian kenalan. Namun, fenomena ini paling umum di antara orang asing seperti dimuat dalam jurnal PLoS ONE. Tim peneliti dari Universitas Pisa, Italia, menyimpulkan bahwa menguap yang menular didorong seberapa dekat emosi dengan seseorang. Ini memungkinkan kita berempati pada mereka. Namun, ada alasan lain mengapa seseorang menguap. Kita mulai 'tertular' menguap saat berusia empat atau lima tahun. Saat ini, anak mengembangkan kemampuan mengidentifikasi emosi orang di sekitarnya dengan benar.

Studi juga menunjukkan bahwa mereka yang paling rentan tertular menguap memiliki kemampuan menyimpulkan apa yang dipikirkan orang lain dari raut wajah orang lain. Sebagian besar hewan, termasuk ular dan ikan menguap. Tetapi, menguap yang bisa menular hanya terjadi pada manusia, simpanse, dan anjing. Studi terpisah yang dilakukan peneliti University of London Birbeck College, mengungkap, keterampilan ini memungkinkan hewan peliharaan seperti anjing membangun ikatan lebih kuat dengan pemiliknya.

No comments:

Post a Comment