KISAH 1
Gedung ini, kalau menurut saya, memiliki desain yang cukup berbeda dari gedung-gedung lain di Jakarta diawal dia berdiri. Arsitekturnya unik. Arsitektur bergaya Romawi kalau orang biasa bilang. Kalau orang arsitek, entah. Soalnya saya bukan arsitek, belajar sedikit pun ogah, niatnya tipis. Tapi sekarang, Menara Saidah sudah punya saingan, Menara buatan Sampoerna group yang bergaya klasik itu.
Selesai dibangun, dan tak lama, gedung ini cukup ramai disewa. Parameter ramai disewanya sederhana, mobil-mobil banyak keluar masuk pintu depan yang sering ditongkrongi oleh pekerja komuter baru turun dari kereta di stasiun Cawang. Begitupun kalau tiap malam, banyak lampu menyala dari jendela gedung ini.
Namun, akhir-akhir ini, gedung ini terasa sepi dari mobil atau motor keluar masuk pintu depan Menara Saidah. Begitupun dengan lampu-lampu disetiap lantai yang makin tidak banyak menyala. Menurut saya, Parameter gedung ramai disewa adalah banyak lampu dalam kantor yang menyala. Sehingga menyiratkan dilantai itu sedang ada yang bekerja. Coba saja ditengok gedung-gedung di daerah Sudirman, anda bisa hitung lampu-lampu yang menyala lalu bandingkan dengan gedung ini, pasti jauh sekali jumlah lampu kantor yang menyala. Betul, di menara Saidah, makin sedikit saja lampu yang menyala dari tubuh gedung ini.
Ketika saya ngobrol-ngobrol dengan teman yang pernah bekerja di Menara Saidah, ternyata ada cerita kenapa menara Saidah berkurang penyewanya. Ceritanya sederhana, hanya karena gara-gara lift yang lambat.
Lift dimenara ini sudah dikomplain oleh para tenan tapi tidak digubris oleh manajemen gedung. Alhasil, para tenan pada jengkel dan akhirnya memilih keluar, tidak meneruskan sewanya.
Selain itu, konon gedung ini ada hantunya. Tapi benar atau tidak, itu hanyalah konon.
Saya jadi garuk-garuk kepala sendiri, kenapa bisa ada manajemen gedung tidak terlalu memperhatikan masalah-masalah penting seperti lift. Apakah memang yang punya gedung sudah tidak membutuhkan uang, atau gedung ini hanya jadi ajang cuci uang? Atau gedung ini memang cuma sekedar bukti kepada bank kalau pinjamanan si pengusaha memang nyata, lalu sisanya dibawa kabur entah kemana? Ah, entah lah. Itu cuma andai-andai saja.
Selesai dibangun, dan tak lama, gedung ini cukup ramai disewa. Parameter ramai disewanya sederhana, mobil-mobil banyak keluar masuk pintu depan yang sering ditongkrongi oleh pekerja komuter baru turun dari kereta di stasiun Cawang. Begitupun kalau tiap malam, banyak lampu menyala dari jendela gedung ini.
Namun, akhir-akhir ini, gedung ini terasa sepi dari mobil atau motor keluar masuk pintu depan Menara Saidah. Begitupun dengan lampu-lampu disetiap lantai yang makin tidak banyak menyala. Menurut saya, Parameter gedung ramai disewa adalah banyak lampu dalam kantor yang menyala. Sehingga menyiratkan dilantai itu sedang ada yang bekerja. Coba saja ditengok gedung-gedung di daerah Sudirman, anda bisa hitung lampu-lampu yang menyala lalu bandingkan dengan gedung ini, pasti jauh sekali jumlah lampu kantor yang menyala. Betul, di menara Saidah, makin sedikit saja lampu yang menyala dari tubuh gedung ini.
Ketika saya ngobrol-ngobrol dengan teman yang pernah bekerja di Menara Saidah, ternyata ada cerita kenapa menara Saidah berkurang penyewanya. Ceritanya sederhana, hanya karena gara-gara lift yang lambat.
Lift dimenara ini sudah dikomplain oleh para tenan tapi tidak digubris oleh manajemen gedung. Alhasil, para tenan pada jengkel dan akhirnya memilih keluar, tidak meneruskan sewanya.
Selain itu, konon gedung ini ada hantunya. Tapi benar atau tidak, itu hanyalah konon.
Saya jadi garuk-garuk kepala sendiri, kenapa bisa ada manajemen gedung tidak terlalu memperhatikan masalah-masalah penting seperti lift. Apakah memang yang punya gedung sudah tidak membutuhkan uang, atau gedung ini hanya jadi ajang cuci uang? Atau gedung ini memang cuma sekedar bukti kepada bank kalau pinjamanan si pengusaha memang nyata, lalu sisanya dibawa kabur entah kemana? Ah, entah lah. Itu cuma andai-andai saja.
Ini benar2 pengalaman saya terjebak dilantai paling atas gedung menara saidah (kalau tdk salah) antara tahun 2009-2010.
Saat itu pas hari jum'at dimana setiap hari jum'at gedung itu selalu digunakan shalat jum'at karena memang di lantai paling atas ada ruang lebar yg dijadikan masjid. Siang itu saya datang agak terlambat namun kalau mencari masjid ditempat lain pasti akan habis waktunya sehingga saya memutuskan untuk naik ke lantai (26 atau 27 - saya juga agak lupa).
Dengan buru2 saya langsung masuk lift dan memencet nomor lantainya. Lift naik pelan hingga sampai ke lantai yg saya tuju. Setelah pintu membuka, saya langsung keluar dari lift dan langsung belok kekanan karena ruang utk shalatnya berada disebelah kanan lift. TAPI betapa terkejutnya saya ketika sudah berada diluar lift. TIDAK ada satu orang pun yang melaksanakan shalat jum;at disana. YANG lebih mengejutkan lagi, tidak ada satu lampu pun yang menyala.
Situasi saat itu sangat gelap lap,.. lap,.. setelah pintu lift tertutup dan kembali kebawah.
Saya coba menekan lift berkali-kali agar pintunya membuka tapi tidak bisa2. Rasanya jantung saya mau copot,karena dikegelapan itu terlihat ada cahaya merah kecil yg menyala diujung sebelah kiri dan kanan. Ternyata itu adalah cahaya lampu dari boks sekring atau apalah namanya yang jelas itu adalah alat emergency.
Dalam situasi seperti itu aku mulai mengontrol perasaan agar tidak semakin panik. Keringatku mulai bercucuran karena udara yg sangat panas. Aku mulai mencari-cari jalan keluar dengan bantuan cahaya handphone yg aku pegang. Saat itu aku membawa dua hp. Yg satu tidak ada sinyal, yg CDMA tidak ada pulsa. Maka tidak ada jalan lain kecuali mencari tangga darurat untuk turun dan terbebas dari panas, panik dan was-was ini.
Pelan-pelan aku mulai menelusuri lorong kecil disamping pintu masjid menuju tangga darurat. Setelah ketemu pintu tangga, ternyata jalan keluarnya dihalang2i rak besar tempat menyimpan sepatu.Setelah ku geser sesuai dengan lebar tubuh, aku melangkah ke bawah melalui tangga. Lantai pertama berhasil kulalui, turun ke lantai berikutnya. Semua baik2 saja.
Ketika sampai di lantai yg ketiga WUIH!,.... Pikiranku mulai kemana2. Dalam hatiku bertanya, Aku ketemu apa nanti jika sudah sampai pertengahan lantai? (Perkiraan dilantai 13 atau 14), Kalaupun ada penghuninya, lari ke atas atau ke bawah, rasanya tidak sanggup. Bisa2 saya jadi korbanya dan tidak ada orang yg tahu apa yg terjadi.
PAS di pertengahan anak tangga, saya baru sadar bahwa telapak tangan saya penuh dengan debu karena saya gunakan untuk memegang anak tangga. Terpaksa saya berhenti sebentar dan menggosokkan telahap tangan kanan lalu saya lihat, ternyata debu di tangga dan anak tangga benar2 sangat tebal. Saya mulai berfikir bahwa gedung ini sudah lama tidak ditempati orang. Tanpa pikir panjang lagi saya langsung bergegas ke lantai atas menuju masjid. Saya benar2 panik karena jalan satu2nya tidak berhasil.
Ditengah kepanikan seperti itu, suatu Anugrah benar-benar saya rasakan. Tiba2 pikiran saya teringat dg voucer pulsa CDMA 10 ribu yg ada didompet. Ini benar2 sebuah pertolongan dari Allah karena kalau tidak, matilah saya diatas.
Setelah ingat dg voucer, pikiran langsung encer. segera aku tlp pusat call center 108 utk minta informasi nomor gedung menara saidah. Setelah mendapat nomor segera aku tlp nomor itu. Beruntung juga ada yg mengangkat sehingga langsung saya jelaskan bahwa posisi saya sedang terjebak dilantai paling atas. Awalnya saya sempat ragu apakah orang yang mengangkat tlp tadi percaya dengan informasiku.
Menunggu sambil berdoa akhirnya terdengar suara lift jalan. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pintu terbuka dan saya lihat pria berpakaian hitam-hitam seperti satpam sambil memegang besi ditangannya. Sepertinya dia bersiaga menghadapi serangan (kalau-kalau ada yg menyerang).
Tanpa banyak bicara saya langsung naik lift dan turun ke bawah. sampai dibawah saya ucapkan terima kasih kepada pria itu dan langsung ke jalan raya.
Pengalaman UJI NYALI seperti ditayangkan di televisi ini benar2 tidak terlupakan seumur hidup...
Saat itu pas hari jum'at dimana setiap hari jum'at gedung itu selalu digunakan shalat jum'at karena memang di lantai paling atas ada ruang lebar yg dijadikan masjid. Siang itu saya datang agak terlambat namun kalau mencari masjid ditempat lain pasti akan habis waktunya sehingga saya memutuskan untuk naik ke lantai (26 atau 27 - saya juga agak lupa).
Dengan buru2 saya langsung masuk lift dan memencet nomor lantainya. Lift naik pelan hingga sampai ke lantai yg saya tuju. Setelah pintu membuka, saya langsung keluar dari lift dan langsung belok kekanan karena ruang utk shalatnya berada disebelah kanan lift. TAPI betapa terkejutnya saya ketika sudah berada diluar lift. TIDAK ada satu orang pun yang melaksanakan shalat jum;at disana. YANG lebih mengejutkan lagi, tidak ada satu lampu pun yang menyala.
Situasi saat itu sangat gelap lap,.. lap,.. setelah pintu lift tertutup dan kembali kebawah.
Saya coba menekan lift berkali-kali agar pintunya membuka tapi tidak bisa2. Rasanya jantung saya mau copot,karena dikegelapan itu terlihat ada cahaya merah kecil yg menyala diujung sebelah kiri dan kanan. Ternyata itu adalah cahaya lampu dari boks sekring atau apalah namanya yang jelas itu adalah alat emergency.
Dalam situasi seperti itu aku mulai mengontrol perasaan agar tidak semakin panik. Keringatku mulai bercucuran karena udara yg sangat panas. Aku mulai mencari-cari jalan keluar dengan bantuan cahaya handphone yg aku pegang. Saat itu aku membawa dua hp. Yg satu tidak ada sinyal, yg CDMA tidak ada pulsa. Maka tidak ada jalan lain kecuali mencari tangga darurat untuk turun dan terbebas dari panas, panik dan was-was ini.
Pelan-pelan aku mulai menelusuri lorong kecil disamping pintu masjid menuju tangga darurat. Setelah ketemu pintu tangga, ternyata jalan keluarnya dihalang2i rak besar tempat menyimpan sepatu.Setelah ku geser sesuai dengan lebar tubuh, aku melangkah ke bawah melalui tangga. Lantai pertama berhasil kulalui, turun ke lantai berikutnya. Semua baik2 saja.
Ketika sampai di lantai yg ketiga WUIH!,.... Pikiranku mulai kemana2. Dalam hatiku bertanya, Aku ketemu apa nanti jika sudah sampai pertengahan lantai? (Perkiraan dilantai 13 atau 14), Kalaupun ada penghuninya, lari ke atas atau ke bawah, rasanya tidak sanggup. Bisa2 saya jadi korbanya dan tidak ada orang yg tahu apa yg terjadi.
PAS di pertengahan anak tangga, saya baru sadar bahwa telapak tangan saya penuh dengan debu karena saya gunakan untuk memegang anak tangga. Terpaksa saya berhenti sebentar dan menggosokkan telahap tangan kanan lalu saya lihat, ternyata debu di tangga dan anak tangga benar2 sangat tebal. Saya mulai berfikir bahwa gedung ini sudah lama tidak ditempati orang. Tanpa pikir panjang lagi saya langsung bergegas ke lantai atas menuju masjid. Saya benar2 panik karena jalan satu2nya tidak berhasil.
Ditengah kepanikan seperti itu, suatu Anugrah benar-benar saya rasakan. Tiba2 pikiran saya teringat dg voucer pulsa CDMA 10 ribu yg ada didompet. Ini benar2 sebuah pertolongan dari Allah karena kalau tidak, matilah saya diatas.
Setelah ingat dg voucer, pikiran langsung encer. segera aku tlp pusat call center 108 utk minta informasi nomor gedung menara saidah. Setelah mendapat nomor segera aku tlp nomor itu. Beruntung juga ada yg mengangkat sehingga langsung saya jelaskan bahwa posisi saya sedang terjebak dilantai paling atas. Awalnya saya sempat ragu apakah orang yang mengangkat tlp tadi percaya dengan informasiku.
Menunggu sambil berdoa akhirnya terdengar suara lift jalan. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pintu terbuka dan saya lihat pria berpakaian hitam-hitam seperti satpam sambil memegang besi ditangannya. Sepertinya dia bersiaga menghadapi serangan (kalau-kalau ada yg menyerang).
Tanpa banyak bicara saya langsung naik lift dan turun ke bawah. sampai dibawah saya ucapkan terima kasih kepada pria itu dan langsung ke jalan raya.
Pengalaman UJI NYALI seperti ditayangkan di televisi ini benar2 tidak terlupakan seumur hidup...
No comments:
Post a Comment