Wednesday, 13 June 2012

Gedung Bambu di Bali

Kuat, ringan, dan lebih murah dari tiang besi, di Asia bambu sering digunakan sebagai kerangka penyangga. Saking mudahnya ditemukan, Bali sudah menjadikan bambu sebagai simbol bangunan ramah lingkungan, menggantikan semen dan besi sebagai alternatif hijau. Struktur bambu ini kemudian dibangun menjadi sekolah, vila mewah, bahkan pabrik cokelat. Pabrik di desa Sibang Kaja ini terletak antara Denpasar dan Ubud dan merupakan inisiatif dari perusahaan makanan khusus Big Tree Farms, yang menyatakan bahwa bangunan seluas 2550 meter persegi ini adalah fasilitas komersil dari bambu yang terbesar di dunia. "Bambu belum ada yang menandingi sebagai materi bangunan ramah lingkungan. Kekuatan bambu sangat luar biasa," kata salah satu pendiri Big Tree, Ben Ripple. "Bambu tumbuh jauh lebih cepat dari pohon kayu dan tidak merusak tanah tempatnya tumbuh," kata Ripple, seorang asal Amerika Serikat dari Connecticut. "Pabrik kami bisa dikemas dan pindah dalam beberapa hari, jadi jika kami memutuskan untuk tutup, kami tidak akan merusak sawah di bawah konstruksi bambu ini."

Sawah seluas 100 hektare itu berada di atas segitiga bambu, pabrik, sekolah, serta vila berdiri di atas tiga sudut segitiga tersebut. Proyek bambu yang ramah lingkungan ini sebagian besar adalah inisiatif orang-orang asing. Banyak penelitian yang sudah membuktikan bahwa konstruksi adalah salah satu industri dunia yang tidak ramah lingkungan -- menghabiskan sekitar setengah sumber daya dunia yang tidak terbaru -- bangunan ramah lingkungan pun jadi tren baru. Konstruksi ramah lingkungan adalah salah satu topik kunci dalam diskusi Rio+20 Konferensi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan yang akan dibuka 20 Juni nanti di Rio de Janeiro. Di Sibang, batang-batang bambu warna gading dengan atap rumput jerami tampak menjulang ke angkasa. Pabrik cokelat tiga lantai disatukan dengan sistem tumpukan bambu dan sekrup, dan dibangun sesuai gaya arsitektur yang cocok untuk tekstur bambu.

Bentuknya menyerupai rumah panjang di Kalimantan dan dibangun menggunakan 18 ribu meter bambu dari Bali dan Jawa. Di Sekolah Hijau Sibang dekat situ, 240 murid kebanyakan anak-anak ekspatriat belajar di ruang-ruang kelas setengah terbuka berisi furnitur bambu. Sekolah tersebut buka pada 2008 dan menjadi magnet bagi dua proyek lain, punya 25 bangunan bambu. Ruang utamanya berbentuk panggung dan dibangun menggunakan 2500 tiang bambu. "Di Hong Kong dan Cina, mereka membangun gedung pencakar langit dari semen dan kaca menggunakan kerangka bambu, tapi di sini, tukang bangunan berdiri di kerangka besi untuk membangun gedung bambu. Buat saya itu lucu," kata kepala urusan seleksi murid Sekolah Hijau, Ben Macrory, dari New York. "Di sebagian besar Asia, bambu menjadi pengganti kayu bagi mereka yang tidak mampu."

Tidak di Sibang, vila bambu ini berharga sekitar $350 ribu-$700 ribu (Rp 2,7 miliar-Rp6,4 miliar). Seperti layaknya rumah pohon buat orang dewasa, rumah bambu ini punya area setengah terbuka dan lantai bambu yang menyerupai kayu halus serta meja kopi yang juga terbuat dari bambu. Secara teknis, bambu sebenarnya adalah rumput dan sudah sering digunakan di bangunan-bangunan selama ratusan tahun karena kekuatannya. Jules Janssen, pakar bambu di Belanda, mengatakan bahwa gajah seberat 5000 kg bisa disangga dengan bambu yang luas permukaannya hanya 10 cm persegi. Salah satu alasan yang membuat bambu ramah lingkungan adalah kecepatannya tumbuh, menurut Terry Sunderland, ilmuwan di Centre for International Forestry Research di Indonesia.

"Di Cina, eucalyptus bisa tumbuh 3-4 meter per tahun, sangat mengesankan untuk kayu. Tapi bambu kualitas produksi akan tumbuh antara 6-10 meter dalam waktu yang sama," kata dia. Tidak seperti pohon lain yang jarang tumbuh lagi sesudah jatuh, bambu akan terus menumbuhkan pucuk-pucuk baru, bahkan setelah dipotong. Sayangnya, bambu punya kelemahan, tanpa perawatan intensif, bambu bisa membusuk karena air. Bambu juga mudah terbakar, maka beberapa negara hanya membolehkan struktur bambu pada beberapa lantai sajai. Ripple mengakui bahwa bangunan bambu ini tak bebas dari masalah, tapi ia optimis bahwa teknologi untuk melindungi bambu akan berkembang sehingga penggunaannya bisa meluas.

No comments:

Post a Comment