Lagu berjudul Survival yang dinyanyikan grup musik rock Inggris, Muse, terpilih sebagai lagu resmi olimpiade. Apa alasannya? Lagu itu dramatis dan penuh semangat. Atau bagi mereka yang belum terpikat, lagu itu bombastis, berlebihan dan cenderung totaliter. Tetapi semua pasti setuju bahwa lagu Survival tidak akan pernah dinilai sebagai lagu yang sederhana. Berdurasi hampir lima setengah menit, lagu itu dibuka dengan instrumental string yang panjang, disusul dengan paduan suara dan petikan gitar, gebukan grum dengan tempo cepat. "Its a race/And Im gonna win (ini adalah pertandingan/Dan aku akan menang)," lengking vokalis Matt Bellamy sebelum berjanji untuk "reveal my strength to the whole human race" ("menunjukkan kekuatanku ke seluruh umat manusia")
Sebagai pernyataan tekad, lagu ini membuat We Are The Champion milik Queen terdengar seperti katalog belakang Leonard Cohen. Tetapi apa yang dikatakan Survival mengenai elemen-elemen lagu resmi pertandingan olahraga?. "Fight! Fight! Fight! Fight!" kata suara-suara di latar belakang pada klimaks Survival. "Win! Win! Win! Win!" Adil untuk mengatakan pesan lagu ini tidak tetrutup di balik lapisan-lapisan nuansa dan kompleksitas. Bagi mereka yang terbiasa dengan lirik-lirik yang lebih sederhana, mungkin tidak akan menyukai efeknya.
Tapi Simon Price, kritik rock dan pop di Independent bersikeras bahwa ini adalah kualitas berlebihan yang membuat Survival dapat dinikmati. "Saya tidak bisa memikirkan band mana lagi yang dapat membawakan semangat Nietszche Olimpiade dibandingkan Muse," kata dia. "Mereka adalah band rock yang hebat, berlebihan. Ini adalah Electric Light Orchestra bertemu Wagner." Bagi Price, kekonyolan lagu ini lebih disukai daripada lagu One Moment In Time oleh Whitney Houston, yang menjadi lagu resmi Olimpiade Musim Panas 1988 atau Search For The Hero oleh M People, yang kerap diputar di acara olahraga. Tapi tidak semua orang dapat menyukainya.
"Lagu itu benar-benar jelek," kata kritikus David Stubbs. "Mungkin lagu itu ditujukan untuk membuat kekagetan, tapi bagi saya lagu itu buruk sekali." We Are The Champions, Gold oleh Spandau Ballet, Simply The Best oleh Tina Turner - lagu-lagu rock yang merayakan kemenangan akrab di telinga penggemar olahraga, dan sering diputar di stadion-stadion di seluruh dunia. Bagi Price, Survival mengikuti tradisi ini. Ia mengatakan contohnya adalah Barcelona, kolaborasi antara Freddie Mercury dan Montserrat Cabbale yang membuka Olimpiade 1992. "Jika Queen masih ada kita pasti akan datang ke mereka," kata Price. "Muse jelas mengikuti contoh dari Barcelona."
"Lagunya epik. Inspiratif. Saya yakin itu adalah dasar pemilihannya," kata Dr Christopher Wiley, dosen musik senior di City University, London. Seperti lagu-lagu olahraga lainnya, Survival bertujuan untuk menyemangati pendengar untuk mencapai hasil terbaik. Tidak semua lagu berhasil menangkap selera publik. Lagu Were In This Together milik Simply Red menjadi lagu resmi UEFA Euro 1996, sebagian besar penggemar justru lebih suka mendengarkan Three Lions oleh Baddiel and Skinner dan The Lightening Seeds. Meski ia tidak menyukai lagu itu, Stubbs yakin Survival akan selalu diingat. "Lagu itu bodoh, tetapi justru merefleksikan fenomena melaksanakan Olimpiade di suatu tempat dengan jaringan transportasi seperti London," tambahnya.
Bervariasi antara murung, tegang dan gembira, lagu ini tampak ditulis dengan sebuah narasi. Produser televisi akan berpendapat lagu ini berguna saat mereka menyiarkan Olimpiade. "Lagu itu akan sangat cocok untuk mengiringi montase di akhir Olimpiade," kata Price. Sebaliknya, perubahan-perubahan tempo dan nada bisa dibagi menjadi potongan-potongan kecil yang mewakili kemenangan atau kekalahan, kekuatan fisik atau aktivitas. "Ada bagian-bagian yang terdengar seperti marathon dan ada pula yang terdengar seperti lari 100m," kata Wiley. Seperti Queen, mereka yang mendengarkan Survival dimaafkan jika berpikir apakah Muse benar-benar tulus atau jika Matt Bellamy hanya ingin berbuat konyol. Dan lirik seperti, "Saya tidak akan memaafkan/Balas dendam adalah milikku/Dan saya tidak akan menyerah karena saya memilih untuk berusaha" tampak terlalu aneh untuk dibawakan dengan serius. Atau tidak? Price mengatakan ambuitas inilah yang justru membuat Survival sukses. "Saya bertemu dengan Muse beberapa kali dan saya yakin mereka adalah band dengan selera humor," kata Price. "Tetapi mereka menantang anda untuk tertawa.". [dne]
No comments:
Post a Comment