Kita pasti sudah mengenal burung cantik elok bernama Cendrawasih yang menjadi kebangggan masyarakat Papua dan Indonesia pada umumnya. Tentu sangat menarik untuk mencari tahu mengapa burung ini kemudian mendapat julukan sebagai Burung Surga (Birds of Paradise). Menurut catatan sejarah, burung Cendrawasih pertama kali dibawa ke Eropa pada tahun 1522 oleh awak kapal Magellan sang Penjelajah Dunia. Menurut buku harian Antonio Pigafetta, burung yang sudah diawetkan itu adalah hadiah dari Sultan Bacan dari salah satu pulau di kepulauan Maluku untuk Kaisar Charles V. Selanjutnya hingga akhir tahun 1540-an pajangan burung ini “adalah pemandangan umum di lemari orang Eropa dan Turki”.
Teknik pengawetan agresif bangkai burung yang digunakan pedagang pribumi di masa itu dengan memotong kaki dan sayap burung, menyebabkan para ilmuwan eropa percaya bahwa burung ini tidak memiliki tulang, perut atau kaki. Burung ini kemudian di deskripsikan sebagai burung yang berenang perlahan di antara awan, hidup hanya dengan meminum embun di langit dan sinar matahari. Mereka tidak pernah mendarat sehingga tidak memerlukan kaki. Bahkan untuk berkembang biak sang betina meletakkan telurnya ke rongga khusus pada punggung jantan. Sungguh burung yang luar biasa, ditambah lagi dengan ke elokan bulunya, maka burung ini kemudian diberi nama Burung Surga (Birds of Paradise). Dan spesies Cendrawasih Kuning Besar yang terkenal itupun mendapat nama latin Paradisaea apoda (apoda = tidak mempunyai kaki).
Pengetahuan tentang Cendrawasih dan kebiasaannya hampir tidak berubah selama berabad berikutnya. Contoh bagus dari hal ini adalah himpunan ilustrasi di Ornitologi, diterbitkan pada tahun1599 oleh salah satu naturalis paling dihormati saat itu, Ulisse Aldrovandi. Beberapa prasangka terbukti sangat gigih. Ilustrasi untuk sebuah buku oleh John Johnston diterbitkan pada akhir tahun 1773 menunjukkan hal tersebut. Tapi harap dimaklumi bahwa naturalis Eropa tidak pernah melihat seekorpun Cendrawasih yang hidup hingga tahun 1825.
Burung cendrawasih banyak ditemukan di Papua atau Papua Nugini dan pulau-pulau sekitarnya, termasuk juga Australia Timur. Bercirikan dengan warna yang mencolok dan cerah, bulu berwarna kuning, biru, merah, dan hijau. Dengan warna-warna yang demikian mereka menjadi burung paling indah dan menarik di dunia. Sayangnya keberadaan burung ini semakin berkurang seiring dengan banyaknya pembabatan hutan dan perburuan liar yang tidak bertanggung jawab. Ada lebih dari tiga lusin spesies dalam keluarga Paradisaeidae, atau lebih dikenal dengan bird of paradise. Dari 13 Genus burung ini yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea.
No comments:
Post a Comment