Oleh Taufik, Travel
Dengan sistem transportasi umumnya yang sangat baik dan efisien, maka ke Pulau Ubin pun cukup dengan uang 10 Singapore Dollar saja pulang pergi. Tentu saja dengan MRT , Bus, dan perahu motor. Dari Hotel Kami di daerah Bugis , cukup naik MRT jalur hijau yang kea rah Pasir Ris dan turun di stasiun Tanah Merah . Dari stasiun ini kemudian menuju halte bus. Dan menunggu bus SBS Transit No 2 ke arah Changi Village Terminal. Setelah menunggu sekitar 5 menit bus pun datang. Untuk praktisnya lebih baik kalau membeli kartu EZ link yang memungkinkan kita naik MRT dan Bus tanpa bayar pakai uang tunai. Cukup kartu disentuhkan saja pada saat naik dan turun Bus. Tentu saja harus punya saldo yang cukup yang bisa diisi ulang di setiap stasiun MRT
Bus no 2 berjalan melalui bagian Singapura yang lebih hijau dari pada pemandangan Orchard Road yang penuh Hotel dan Shopping Centre. Melewati Changi Prison, Changi Chapel Meseum, dan juga Changi Golf Course, setelah sekitar 20 menit, kami pun tiba di Terminal Bus. Perlu jalan kaki sedikit, dengan hanya melihat petunjuk jalan untuk sampai ke Changi Point Ferry Terminal. Pokonya tidak perlu pakai Tanya-tanya dan tersesat. Semuanya serba jelas dan tertulis, asal mau sedikit baca saja.
Memasuki terminal Ferry kami hanya mengikuti petunjuk dan ternyata harus menuruni tangga. Setelah sampai di bawah, ternyata ada dua tujuan, pertama Ferry yang menuju Penggerang, Johor, Malaysia. Yang di sebelah kanan adalah yang menuju Pulau Ubin,. Jadi jangan masuk ke pintu atau antri di tempat yang salah, Untuk ke Johor, kita harus bawa paspor. Uniknya untuk naik semacam perahu motor yang disebut bumboat, tidak ada jadwal keberangkatan..Kita hanya duduk antri dan apabila sudah ada 12 orang calon penumpang bumboat akan segera berangkat, satu orang cukup membayar SGD 2.50. Kalau kita datang duluan dan belum ada orang, cukup bayar 30 Dolar, dan perahu akan berangkat. Untung sekali pada saat kami datang sudah ada sekitar 8 orang menanti dan kami hanya menunggu sekitar 2 menit sebelum jumlah penumpang pas 12 orang dan kami dipersilahkan naik ke perahu motor. Tidak perlu beli tiket…Ongkos akan ditarik di atas perahu.
Dalam perjalanan , saya sempat bertanya kenapa pulau ini dinamakan Pulau Ubin dan apakah ada cerita di balik itu. Tukang perahu dengan bahasa Inggris campur melayu bercerita bahwa menurut legenda Pulau Ubin terbentuk karena ada tiga ekor hewan dari Singapura (kodok, babi, dan gajah) berlomba untuk menyebrang ke Johor. Kalau gagal mereka akan berubah menjadi batu, ternyata ketiganya gagal. Babi dn gajah berubah menjai batu dan membentuk pulau Ubin, sedangkan kodok menjadi Pulau Sekudi atau Pulau Kodok yang terletak di dekat Pulau Ubin. Pulau ini dinamakan Pulau ubin karena banyak ditemukan semacam granit untuk ubin atau lantai.
Perjalanan ke Pulau Ubin sendiri hanya kurang sepuluh menit karena letak pulau hanya sekitar 2 km dari Changi. Sesampainya di Pulau Ubin, baru terasa seakan-akan kita kembali ke masa tahun 1960 an… esampainya di Pulau Ubin kami mampir sebentar di NParks Information Kiosk dan mengambil peta gratis serta informasi lainnya. Untuk mengembara disini, bisa dengan berjalan kaki, ataupun menyewa sepeda dengan harga 2.50 dolar, seharian penuh. Selain itu juga terdapat semacam Van yang dapat muat 12 orang untuk tujuan-tujuan tertentu.Namun kami memutuskan untuk melihat-lihat pulau dengan berjalan kaki saja. . Hitung-hitung ngirit sambil juga kesenpatan olahraga menurunkan berat badan…Sehat dan murah dan tempat ini juga relative bebas polusi..Mobil hanya sedikit, tidak ada lampu merah. Penduduknya ramah tidak seperti di daratan pulau Singapura yang individualis, dan bergerak cepat bagai robot yang telah diprogram rapi..
Dari Nkios, kami segera berbalik menuju arah barat ke Ubin Town, semacam pusat kota Kampung, dimana terdapat kumpulan tempat makan atau warung kecil, tempat penyewaan sepeda . Kami beruntung pergi di hari minggu sehingga langng ketemny dengan warung Pak Ali yang menujual lontong yang katanya the best lontong in Singapore . Selain itu juga terdapat semcam tempat pertunujukan wayang, yang ternyata untuk wayang Cina. Terus menuju ke barat, suasana perkampungan dan bahkan hutan mulai terasa, Ada semacam petunjuk jalan menuju sebuah kelenteng yang disebut Toapekong, kami iseng mengikuti petunjuk dan sampai di sebuah kelenteng tua yang kecil dan cukup menarik, Dari sini kami segera kembali ke Ubin Town dan melawat ke bagian utara pulau Ubin,
Dari Ubin Town, kami menyusuri Jalan Ubin dan setelah itu kami terus saja menuju jalan durian..Tidak lama kemudian tibalah kami di Kampung Melayu. Ternyata tidak hanya di Jakarta ada Kampung melayu, di Pulau Ubin pun ada. Di sepanjang jalan ubin kita dapat menikmati pemandangan khas kampong, dengan banyaknya orang beternak ayam bebek, bahkan ayam kalkun. Selain itu di sisi jalan masih banyak dijumpai pohon Nangka, cempedak, pisang, bahkan pohon srikaya dan durian. Yang paling banyak adalah pohon nangka dan durian. Sayang kami kesana sedang tidak musim rambutan, namun durian sedang musim dan juga dijual dengan harga cukup murah dibandingkan di super market.
Akhirmya kami tiba di persimpangan jalan Ubin, jalan Durian dan jalan Sam heng, dimana terdapat kampung melayu dengan rumah-rumahnya yang khas, Rumahnya sejenis rumah panggung dan kebnayakan beratap seng. Bener-bener suasana seperi di tahun 60an. Melihat ke brosur yang kami dapat sebenarnya masih banyak tempat yang dapat kami lihat di Pulau Ubin, seperti Chek Jawa. Kampung Surau, Pantai mamam., Pantai Noordin dll. Kita juga bahkan dapat menginap baik dengan berkemah atau juga menginap di penginapan. Namun Karena kami tidak punya banyak waktu dan kaki sudah terasa lelah maka setelah Setelah hampir 3 jam berjalan kaki dan melihat-lihat suasana kampung kami segera kembali ke dermaga Pulau Ubin dan menunggu perahu motor kembali ke Changi
Sebuah perjalanan yang tadinya tidak direncanakan, ternyata telah memperkaya hati dengan satu dimesi lain dari Singapura yang jarang dikenal orang. Kalau lain kali anda ke Singapura, jangan hanya berbelanja di Orchard road, tetapi, boleh juga melawat ke Pulau Ubin….
Bus no 2 berjalan melalui bagian Singapura yang lebih hijau dari pada pemandangan Orchard Road yang penuh Hotel dan Shopping Centre. Melewati Changi Prison, Changi Chapel Meseum, dan juga Changi Golf Course, setelah sekitar 20 menit, kami pun tiba di Terminal Bus. Perlu jalan kaki sedikit, dengan hanya melihat petunjuk jalan untuk sampai ke Changi Point Ferry Terminal. Pokonya tidak perlu pakai Tanya-tanya dan tersesat. Semuanya serba jelas dan tertulis, asal mau sedikit baca saja.
Memasuki terminal Ferry kami hanya mengikuti petunjuk dan ternyata harus menuruni tangga. Setelah sampai di bawah, ternyata ada dua tujuan, pertama Ferry yang menuju Penggerang, Johor, Malaysia. Yang di sebelah kanan adalah yang menuju Pulau Ubin,. Jadi jangan masuk ke pintu atau antri di tempat yang salah, Untuk ke Johor, kita harus bawa paspor. Uniknya untuk naik semacam perahu motor yang disebut bumboat, tidak ada jadwal keberangkatan..Kita hanya duduk antri dan apabila sudah ada 12 orang calon penumpang bumboat akan segera berangkat, satu orang cukup membayar SGD 2.50. Kalau kita datang duluan dan belum ada orang, cukup bayar 30 Dolar, dan perahu akan berangkat. Untung sekali pada saat kami datang sudah ada sekitar 8 orang menanti dan kami hanya menunggu sekitar 2 menit sebelum jumlah penumpang pas 12 orang dan kami dipersilahkan naik ke perahu motor. Tidak perlu beli tiket…Ongkos akan ditarik di atas perahu.
Dalam perjalanan , saya sempat bertanya kenapa pulau ini dinamakan Pulau Ubin dan apakah ada cerita di balik itu. Tukang perahu dengan bahasa Inggris campur melayu bercerita bahwa menurut legenda Pulau Ubin terbentuk karena ada tiga ekor hewan dari Singapura (kodok, babi, dan gajah) berlomba untuk menyebrang ke Johor. Kalau gagal mereka akan berubah menjadi batu, ternyata ketiganya gagal. Babi dn gajah berubah menjai batu dan membentuk pulau Ubin, sedangkan kodok menjadi Pulau Sekudi atau Pulau Kodok yang terletak di dekat Pulau Ubin. Pulau ini dinamakan Pulau ubin karena banyak ditemukan semacam granit untuk ubin atau lantai.
Perjalanan ke Pulau Ubin sendiri hanya kurang sepuluh menit karena letak pulau hanya sekitar 2 km dari Changi. Sesampainya di Pulau Ubin, baru terasa seakan-akan kita kembali ke masa tahun 1960 an… esampainya di Pulau Ubin kami mampir sebentar di NParks Information Kiosk dan mengambil peta gratis serta informasi lainnya. Untuk mengembara disini, bisa dengan berjalan kaki, ataupun menyewa sepeda dengan harga 2.50 dolar, seharian penuh. Selain itu juga terdapat semacam Van yang dapat muat 12 orang untuk tujuan-tujuan tertentu.Namun kami memutuskan untuk melihat-lihat pulau dengan berjalan kaki saja. . Hitung-hitung ngirit sambil juga kesenpatan olahraga menurunkan berat badan…Sehat dan murah dan tempat ini juga relative bebas polusi..Mobil hanya sedikit, tidak ada lampu merah. Penduduknya ramah tidak seperti di daratan pulau Singapura yang individualis, dan bergerak cepat bagai robot yang telah diprogram rapi..
Dari Nkios, kami segera berbalik menuju arah barat ke Ubin Town, semacam pusat kota Kampung, dimana terdapat kumpulan tempat makan atau warung kecil, tempat penyewaan sepeda . Kami beruntung pergi di hari minggu sehingga langng ketemny dengan warung Pak Ali yang menujual lontong yang katanya the best lontong in Singapore . Selain itu juga terdapat semcam tempat pertunujukan wayang, yang ternyata untuk wayang Cina. Terus menuju ke barat, suasana perkampungan dan bahkan hutan mulai terasa, Ada semacam petunjuk jalan menuju sebuah kelenteng yang disebut Toapekong, kami iseng mengikuti petunjuk dan sampai di sebuah kelenteng tua yang kecil dan cukup menarik, Dari sini kami segera kembali ke Ubin Town dan melawat ke bagian utara pulau Ubin,
Dari Ubin Town, kami menyusuri Jalan Ubin dan setelah itu kami terus saja menuju jalan durian..Tidak lama kemudian tibalah kami di Kampung Melayu. Ternyata tidak hanya di Jakarta ada Kampung melayu, di Pulau Ubin pun ada. Di sepanjang jalan ubin kita dapat menikmati pemandangan khas kampong, dengan banyaknya orang beternak ayam bebek, bahkan ayam kalkun. Selain itu di sisi jalan masih banyak dijumpai pohon Nangka, cempedak, pisang, bahkan pohon srikaya dan durian. Yang paling banyak adalah pohon nangka dan durian. Sayang kami kesana sedang tidak musim rambutan, namun durian sedang musim dan juga dijual dengan harga cukup murah dibandingkan di super market.
Akhirmya kami tiba di persimpangan jalan Ubin, jalan Durian dan jalan Sam heng, dimana terdapat kampung melayu dengan rumah-rumahnya yang khas, Rumahnya sejenis rumah panggung dan kebnayakan beratap seng. Bener-bener suasana seperi di tahun 60an. Melihat ke brosur yang kami dapat sebenarnya masih banyak tempat yang dapat kami lihat di Pulau Ubin, seperti Chek Jawa. Kampung Surau, Pantai mamam., Pantai Noordin dll. Kita juga bahkan dapat menginap baik dengan berkemah atau juga menginap di penginapan. Namun Karena kami tidak punya banyak waktu dan kaki sudah terasa lelah maka setelah Setelah hampir 3 jam berjalan kaki dan melihat-lihat suasana kampung kami segera kembali ke dermaga Pulau Ubin dan menunggu perahu motor kembali ke Changi
Sebuah perjalanan yang tadinya tidak direncanakan, ternyata telah memperkaya hati dengan satu dimesi lain dari Singapura yang jarang dikenal orang. Kalau lain kali anda ke Singapura, jangan hanya berbelanja di Orchard road, tetapi, boleh juga melawat ke Pulau Ubin….
No comments:
Post a Comment