R. Budi Hartono (Urutan 208 Dunia - US$ 5 Triliun)
Robert Budi Hartono (Bahasa Mandarin:Oei Hwie Tjhong, lahir di Kudus tahun 1941) adalah pemilik dari salah satu perusahaan rokok kretek terbesar di Indonesia, Djarum. Robert adalah anak kedua dari Oei Wie Gwan, pendiri Djarum. Ia adalah orang terkaya ke-10 di Asia Tenggara dan ke-321 di dunia pada tahun 2005 menurut majalah Forbes, dengan kekayaan sebesar 2,3 miliar dolar AS. Sebelumnya, pada tahun 2004, ia berada di posisi ke-8 dengan kekayaan sebesar 2,2 miliar dolar AS. Kakaknya bernama Michael Bambang Hartono alias Oei Hwie Siang.Pada bulan Juli 2007, majalah Globe Asia menyatakan Robert sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan 4,2 miliar dolar AS atau sekitar 37,8 triliun rupiah. Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di Bank Central Asia. Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 persen saham BCA.
Michael Bambang Hartono (Urutan 208 Dunia - US$ 5 triliun)
Michael Bambang Hartono (Bahasa Mandarin:Oei Hwie Siang, lahir di Kudus tahun 1929) adalah salah seorang pemilik perusahaan rokok kretek Indonesia, Djarum. Michael dan adiknya, Robert Budi Hartono, mewarisi Djarum setelah ayah mereka, Oei Wie Gwan, meninggal pada tahun 1963. Oei Wie Gwan meninggal tidak lama setelah pabrik rokok Djarum terbakar habis. Michael dan Robert bahu membahu mengibarkan bendera Djarum sampai ke luar negeri. Saat ini Djarum mendominasi pasar rokok kretek di Amerika Serikat, jauh melebihi Gudang Garam dan Sampoerna. Selain itu, saat ini Michael dan Robert merupakan pemegang saham terbesar dari Bank Central Asia. Mereka berdua menguasai 46 persen saham BCA.
Low Tuck Kwong (Urutan 304 Dunia - US$ 3.6 Triliun)
Pria ini terlahir di Singapura serta ikut bisnis konstruksi orangtuanya hingga usia 20 tahun. Namun, kemudian pindah kewarganegaraan jadi warga Indonesia. Dia dikenal sebagai raja batu bara Kalimantan. Menurut majalah Forbes yang dirilis baru-baru ini, Low masuk dalam urutan 828 jajaran orang kaya dunia. Total kekayaan pria beristri dengan dua anak ini, menurut Forbes, sebesar US$ 1,2 miliar. Low Tuck Kwong memulai bisnis di Indonesia pada 1973 ketika ia membentuk perusahaan konstruksi yang khusus menangani pekerjaan umum, konstruksi bawah tanah, hingga konstruksi di laut. Dalam perkembangannya, perusahaan konstruksi sipil ini kemudian mendapatkan kontrak batu bara pada 1988. Lima tahun setelah berganti kewarganegaraan Indonesia, pada November 1997, Low Tuck mengakuisisi PT Gunung Bayan Pratamacoal dan PT Dermaga Perkasapratama yang memiliki tambang dan mengoperasikan terminal batu bara di Balikpapan sejak 1998.
Martua Sitorus (Urutan 420 Dunia - US$ 2.7 Triliun)
Martua Sitorus lahir 49 tahun lalu di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Ia sarjana ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen, Medan yang kecilnya dikenal dengan nama Thio Seng Hap dan dikenal juga dengan panggilan A Hok. Martua Sitorus memulai karir bisnisnya sebagai pedagang minyak sawit dan kelapa sawit di Indonesia dan Singapura. Bisnisnya berkembang pesat. Pada 1991 Martua mampu memiliki kebun kelapa sawit sendiri seluas 7.100 hektar di Sumatera Utara. Pada tahun yang sama pula Martua bisa membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertamanya.
Nama besar di jajaran taipan kaya asal Indonesia yang tetap bertahan di dunia adalah Peter Sondakh, bos Grup Rajawali. Sebagai seorang taipan papan atas Indonesia, Peter bukan saja dikenal sebagai bos grup bisnis besar di negeri ini. Namun, pria ini juga memiliki rumah mewah di Beverly Hills. Grup bisnis Rajawali yang dikendalikannya bergerak di berbagai bidang, mulai dari propert, pertambangan dan perkebunan. Semula, grup bisnis ini juga berniat mengembangkan bisnis maskapai pesawat, namun dibatalkan karena bisnis penerbangan saat ini sedang susah. Sebelumnya, Grup Rajawali juga dikenal sebagai produsen rokok besar di Tanah Air lewat PT Bentoel Internasional. Namun, ia kemudian melepaskan 56,96 persen sahamnya di PT Bentoel Internasional Investama Tbk kepada British American Tobacco, produsen rokok terbesar kedua di dunia.
Sri Prakash Lohia ia Keturunan India yang memilihh jadi warga negara Indonesia. Dia pun menjadi orang terkaya nomor enam. Kekayaannya diperoleh dari Indorama Corporation, perusahaan polyster yang didirikan bersama ayahnya, ML Lohia. Indorama memulai usahanya dengan mendirikan pabrik benang pada 1976 di Indonesia. Kini di tangan Prakash, Grup Indorama kian menggurita. Produknya meliputi poliester, PET resin, polyethylene, polypropylene, kain, hingga sarung tangan medis. Pabriknya bertebaran di sepuluh negara dengan kontrol penuh dari Jakarta. Grup Indorama saat ini menaungi sejumlah perusahaan. Usaha pembuatan bahan baku tekstil di bawah bendera PT Indorama Synthetics dan usaha petrokimia di bawah PT Petrokimia Eleme.
Kiki Barki, pengusaha tambang batu bara melalui PT Harum Energy Tbk. Pundi-pundi kekayaan Kiki berkat debut penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikenal sebagai salah satu pasar paling aktif di Asia. Harum Energy yang merupakan perusahaan grup Tanito Coal itu melepas saham sebanyak 500 juta unit dengan harga penawaran Rp5.200 per saham. PT Ciptadana Securities selaku penjamin pelaksana emisi menyatakan perseroan membukukan dana sekitar Rp1,04 triliun dari penawaran umum perdana itu.
Sukanto Tanoto (lahir dengan nama Tan Kang Hoo di Belawan, Medan, 25 Desember 1949; umur 61 tahun) adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Ia adalah CEO Raja Garuda Mas, sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Singapura dengan usaha di berbagai bidang, terutamanya kertas dan kelapa sawit. Tanoto dinyatakan sebagai orang terkaya di Indonesia oleh majalah Forbes pada September 2006.
Berusia 59 tahun, memiliki tiga anak. Kekayaan yang dimilikinya USD210 juta. Dia adalah Presiden Komisaris PT Adaro Erwin Soeryadjaya, anak usaha PT Saratoga Investama Sedaya Saratoga.
Garibaldi yang lahir pada 1 Mei 1965 ini terus mengasah kemampuan dan instink bisnisnya. Sebagai bagian dari strateginya untuk memperluas bisnis keluarga di bidang agen sepeda motor Honda, Garibaldi memulai bisnis utamanya di tahun 1997 dengan membeli perusahaan multi finansial yang kemudian dikenal sebagai PT Wahana Ottomitra Multiartha (PT WOM). PT WOM bergerak dalam bidang penyedia cicilan pembelian sepeda motor Honda, dan sekarang merupakan salah satu perusahaan pembiayaan konsumen terbesar di Indonesia.
Menyelesaikan studi di ITB pada 1968. Mengawali karirnya sebagai Salesman di Divisi Alat-Alat Berat PT Astra International, Tbk. Sejak 2002, ia menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Astra International, Tbk dan Komisaris PT Multi Bintang hingga saat ini. Penghargaan terakhir yang diterimanya adalah CEO terbaik bidang Industri Otomotif dari Asia Market Intelligent dan Majalah SWA.
Chairul Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962;) adalah pengusaha asal Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang dipimpinnya, Para Group. hairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya. Perusahaan konglomerasi miliknya, Para Group menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain seperti Trans TV dan Bank Mega. Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda bisnis sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu]. Menurutnya, membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah.
- Pengusaha nasional yang bergerak di bidang perkayuan, real estate, baja, minyak sawit, sepatu, dll.
- Mendirikan Central Cipta Murdaya pada 1984
- Orang ke-13 Terkaya di Indonesia (versi Forbes.com 2007)
- Pemilik saham PT Jakarta Fair
- PT Jakarta International Expo Kemayoran
- Pemilik lisensi Nike di Indonesia lewat Berca Retail Group (BRG)
- Ketua Kehormatan Perhimpunan Indonesia Tionghoa
- Dewan Penasehat Lembaga Indonesia China
- Anggota Dewan Pembina KADIN
- Anggota Dewan Kehormatan Perwakilan Umat Budha Indonesia
- Anggota DPR/MPR RI dari fraksi PDIP periode 2004-2009 yang mencetuskan UU No.12 Th. 2006 tentang Kewarganegaraan, serta UU No. 40 Th. 2008 tentang Anti Diskriminasi.
- Ketua Asosiasi Pemilik Lapangan Golf Indonesia.
Benny Subianto (Urutan 1140 Dunia - US$ 1 Triliun)
No comments:
Post a Comment