Sistem Numerik
Seperti dapat diihat di kalender Maya, suku ini memiliki perhitungan yang begitu panjang dengan menetapkan angka nol sebagai patokan. Disinyalir, ide menggunakan angka nol sebagai patokan merupakan pengaruh dari Babylonia. Penggunaan angka nol sebagai patokan diadaptasi oleh Suku Maya. Kemungkinan, awal mula penggunaan tersebut bermula di abad ke-4. Angka nol pada kehidupan Suku Maya sering digambarkan dengan bentuk kerang. Sistem numerik Suku Maya pun menggunakan angka-angka yang merupakan faktor dari angka 20. Jadi, penomoran suku maya terdiri dari 1, 20, 400, dan seterusnya. Untuk menulis angka 403, Suku Maya akan menggunakan simbol untuk satu unit 400, nol unit 20, dan tiga unit 1.
Runtuh secara Misterius
Tidak ada satupun yang tahu pasti mengapa terjadi penurunan peradaban Maya ketika itu. Dimulai pada abad ke-8 yang kemudian berlanjut di abad ke-9 kemudian kota Maya pun hancur. Orang-orang meninggal dan ada pula yang pergi meninggalkan kota ini, padahal budaya yang dikembangkan sudah cukup baik. Irigasi, pertanian, astronomi, teknik bangunan, dan struktur sosial yang begitu baik pun runtuh. Teori-teori yang berkembang menyebutkan jika perang meningkat di beberapa daerah Maya. Populasi terlalu banyak sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Namun, teori lain juga menyebutkan jika adanya ketidakseimbangan antara kehidupan kerajaan dan rakyatnya.
Piramida, Karya Astronomi
Bukanlah sebuah rahasia jika masyarakat Suku Maya memiliki pengetahuan astronomi yang begitu baik. Kecanggihan pemikiran astronomi masyarakat ini dapat dilihat dari struktur bangunan yang dibuat. Sebuah kuil bernama El Castillo atau Temple of Kukulcan dan piramida di Chichen Itza adalah salah satu struktur bangunan Maya yang mencerminkan sebuah peristiwa astronomi. Di sepanjang sisi Kukulcan akan terlihat bayangan bergelombang seperti ular akibat sudut matahari yang mengenai sembilan teras utama. El Caracol di Chichen Itza dikenal sebagai tempat observatorium yang terkait dengan Planet Venus. Tangga depan di bangunan ini menargetkan posisi Venus ketika berada di bagian paling utara. Sudut-sudut bangunan ini sejajar dengan posisi matahari terbit di musim panas dan matahari terbenam di musim dingin.
Sepakbola "Berdarah"
Masyarakat adat Suku Maya menyukai permainan sepakbola. Keadilan sangat dijunjung tinggi dalam permainan tersebut. Setiap tim akan berusaha keras mengalahkan tim lawan. Bola yang digunakan dalam permainan sepakbola Suku Maya terbuat dari karet keras. Yang menyeramkan, pendapat para ahli menyebutkan jika tengkorak manusia bisa saja terdapat di dalam bola tersebut. Permainan adalah kacamata budaya yang diikuti dengan pengorbanan manusia. Panduan yang digunakan dalam sebuah permaianan di Tikal (salah satu situs arkeologi terbesar dan pusat kota dari Peradaban Maya pra-Columbus) sangat menjunjung tinggi sebuah perjuangan. Bahkan, merupakan sebuah kehormatan jika gugur di dalam sebuah permainan di Tikal.
Arung Jeram Berstandar Internasional
Ketika kebanyakan orang berpikir ingin berarung jeram di Amerika Tengah, destinasi yang pasti dituju adalah Costa Rica. Namun sebenarnya, Guatemala memiliki arung jeram yang berstandar internasional. Misalnya, Rio Cahabon, yang merupakan sungai dengan peringkat kelas tiga dan empat. Rio Cahabon bukan hanya sebagai sebuah sungai transportasi biasa. Tempat ini menjadi titik penting dalam kehidupan Suku Maya yang tinggal di tepi hutan. Sungai Usumacinta mengalir di sepanjang perbatasan Meksiko dan Guatemala. Aliran sungai ini berhenti di sisi perbatasan Guatemala. Di tempat itu pulalah terdapat Piedras Negras yang merupakan tempat reruntuhan Suku Maya.
Tanah yang Mampu Lelehkan Sepatu
Sebuah rantai gunung berapi berada di sepanjang Guatemala. Bahkan, beberapa di antaranya masih tetap aktif hingga saat ini. Rantai gunung dimulai dari Antigua Guatemala merupakan sebuah kota yang ramah bagi para turis. Dari kota tersebut, wisatawan dapat melihat Gunung Fuego yang masih aktif mengepulkan gumpalan asap terutama di malam hari. Sekira 90 menit berkendara dari Antigua Guatemala, wisatawan akan menemukan Gunung Api Pacaya. Gunung ini telah meletus secara terus menerus selama bertahun-tahun. Begitu panasnya di daerah tersebut, hanya orang-orang tertentu yang berani mendekat. Seseorang dapat langsung menyalakan api rokok dari lava panas yang ada. Dan, tanpa disadari, tanahnya yang panas dapat melelehkan sol sepatu.
Gemar Sauna
Ternyata, melakukan perawatan tubuh, seperti sauna, tidak hanya digemari oleh masyarakat modern. Suku Maya telah lebih dulu menggemari salah satu kegiatan perawatan ini. Bahkan, sauna ala Suku Maya saat ini sering ditawarkan kepada pengunjung hotel dan resor di seluruh dunia. Sauna Suku Maya memiliki nama yang berbeda-beda, misalnya masyarakat Yucatan Peninsula menyebutnya dengan Temascal. Sementara dalam bahasa Maya Quiche, sauna disebut dengan Tuj. Tujuan sauna yang dilakukan masyarakat Suku Maya untuk kesehatan dan pemenuhan spiritual. Air dipanaskan dengan batu dan api. Terkadang dimasukkan pula beberapa lembar daun tua ke dalamnya. Setelah beberapa saat, tubuh pun akan berkeringat. Lapisan kotor yang disebut grasa, dipercaya dapat terangkat dari kulit dan pikiran Anda.
Dunia Bawah Tanah
Situs maya adalah sebuah situs yang sangat besar. Walaupun di beberapa daerah sudah digali untuk mencari tahu mengenai suku ini, masih banyak situs peninggalan masyarakat Suku Maya yang masih terkubur. Palenque di daerah Meksiko Selatan dan Chichen Itza di bagian utara merupakan salah satu daerah yang telah digali. Bahkan di Tikal, daerah dengan kehancuran yang begitu terkenal di Guatemala, ada gundukan tanah yang disinyalir merupakan sebuh kuil besar yang terkubur. Peneliti hanya melakukan penggalian untuk hal-hal yang mereka butuhkan. Misalnya saja, di Belize yang memiliki sisa-sisa reruntuhan, namun tidak dilakukan penggalian. Sama seperti di Altun Ha yang terletak 30 mil dari Belize. Orang dapat melihat piramida yang monumental di seluruh situs tersebut, namun lebih banyak yang masih terkubur.
Ramalan Kiamat Tak Berarti Akhir Dunia
Akhir-akhir ini, ramalan Suku Maya sangat sering menjadi bahan perbincangan. Banyak yang mengatakan jika Suku Maya meyakini datangnya hari kiamat pada 21 Desember 2012. Perbincangan pun terus berkanjut ketika sebuah film mengangkat tema tersebut. Pada kenyataannya, yang dimaksud dengan akhir kehidupan dalam kalender Maya adalah pergantian sebuah era atau zaman. Suku Maya meyakini jika setiap 5.000 tahun akan ada era baru. Hal ini hampir sama dengan penyambutan era milenium yang sering dilakukan oleh masyarakat kita. Suku maya sendiri sebenarnya tidak memercayai akhir kehidupan dunia. Mereka beranggapan jika akan terjadi akhir kehidupan, maka akan ada kehidupan baru. Mereka pun meyakini jika kehidupan baru tersebut akan mengantarkan mereka menuju zaman dengan kesadaran yang lebih tinggi, kedamaianan yang leih besar, dan pemahaman makhluk di planet ini akan leih meningkat.
Belum Hilang
Sama seperti jatuhnya Roma, yang bukan merupakan akhir dari Roma, begitu pula dengan Suku Maya. Jatuhnya Suku Maya yang begitu besar, tidak berarti masyarakat adat ini telah lenyap. Masyarakat Suku Maya menyebar di berbagai tempat. Sebanyak 40 persen dari 14 juta jiwa penduduk Guatemala merupakan masyarakat adat Suku Maya. Meksiko selatan dan Semenanjung Yucatan pun menjadi daerah lainnya yang menjadi tempat tinggal Suku Maya saat ini. Bahkan, Semenanjung Yucatan merupakan rumah bagi Suku Maya karena beberapa daerah di Semenanjung Yucatan didominasi oleh Suku Maya. Tidak hanya Suku Maya yang bertahan hampir lima abad setelah penaklukan Spanyol, namun juga tradisi mereka. Berbagai tradisi, gaya hidup, dan festival perayaan masih tetap terjaga hingga saat ini. Bahkan di Guatemala, masing-masing masyarakat adat Suku Maya masih menggunakan budaya mereka sendiri, gaya berpakaian, dan bahasanya masing-masing.[oz]
Seperti dapat diihat di kalender Maya, suku ini memiliki perhitungan yang begitu panjang dengan menetapkan angka nol sebagai patokan. Disinyalir, ide menggunakan angka nol sebagai patokan merupakan pengaruh dari Babylonia. Penggunaan angka nol sebagai patokan diadaptasi oleh Suku Maya. Kemungkinan, awal mula penggunaan tersebut bermula di abad ke-4. Angka nol pada kehidupan Suku Maya sering digambarkan dengan bentuk kerang. Sistem numerik Suku Maya pun menggunakan angka-angka yang merupakan faktor dari angka 20. Jadi, penomoran suku maya terdiri dari 1, 20, 400, dan seterusnya. Untuk menulis angka 403, Suku Maya akan menggunakan simbol untuk satu unit 400, nol unit 20, dan tiga unit 1.
Runtuh secara Misterius
Tidak ada satupun yang tahu pasti mengapa terjadi penurunan peradaban Maya ketika itu. Dimulai pada abad ke-8 yang kemudian berlanjut di abad ke-9 kemudian kota Maya pun hancur. Orang-orang meninggal dan ada pula yang pergi meninggalkan kota ini, padahal budaya yang dikembangkan sudah cukup baik. Irigasi, pertanian, astronomi, teknik bangunan, dan struktur sosial yang begitu baik pun runtuh. Teori-teori yang berkembang menyebutkan jika perang meningkat di beberapa daerah Maya. Populasi terlalu banyak sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Namun, teori lain juga menyebutkan jika adanya ketidakseimbangan antara kehidupan kerajaan dan rakyatnya.
Piramida, Karya Astronomi
Bukanlah sebuah rahasia jika masyarakat Suku Maya memiliki pengetahuan astronomi yang begitu baik. Kecanggihan pemikiran astronomi masyarakat ini dapat dilihat dari struktur bangunan yang dibuat. Sebuah kuil bernama El Castillo atau Temple of Kukulcan dan piramida di Chichen Itza adalah salah satu struktur bangunan Maya yang mencerminkan sebuah peristiwa astronomi. Di sepanjang sisi Kukulcan akan terlihat bayangan bergelombang seperti ular akibat sudut matahari yang mengenai sembilan teras utama. El Caracol di Chichen Itza dikenal sebagai tempat observatorium yang terkait dengan Planet Venus. Tangga depan di bangunan ini menargetkan posisi Venus ketika berada di bagian paling utara. Sudut-sudut bangunan ini sejajar dengan posisi matahari terbit di musim panas dan matahari terbenam di musim dingin.
Sepakbola "Berdarah"
Masyarakat adat Suku Maya menyukai permainan sepakbola. Keadilan sangat dijunjung tinggi dalam permainan tersebut. Setiap tim akan berusaha keras mengalahkan tim lawan. Bola yang digunakan dalam permainan sepakbola Suku Maya terbuat dari karet keras. Yang menyeramkan, pendapat para ahli menyebutkan jika tengkorak manusia bisa saja terdapat di dalam bola tersebut. Permainan adalah kacamata budaya yang diikuti dengan pengorbanan manusia. Panduan yang digunakan dalam sebuah permaianan di Tikal (salah satu situs arkeologi terbesar dan pusat kota dari Peradaban Maya pra-Columbus) sangat menjunjung tinggi sebuah perjuangan. Bahkan, merupakan sebuah kehormatan jika gugur di dalam sebuah permainan di Tikal.
Arung Jeram Berstandar Internasional
Ketika kebanyakan orang berpikir ingin berarung jeram di Amerika Tengah, destinasi yang pasti dituju adalah Costa Rica. Namun sebenarnya, Guatemala memiliki arung jeram yang berstandar internasional. Misalnya, Rio Cahabon, yang merupakan sungai dengan peringkat kelas tiga dan empat. Rio Cahabon bukan hanya sebagai sebuah sungai transportasi biasa. Tempat ini menjadi titik penting dalam kehidupan Suku Maya yang tinggal di tepi hutan. Sungai Usumacinta mengalir di sepanjang perbatasan Meksiko dan Guatemala. Aliran sungai ini berhenti di sisi perbatasan Guatemala. Di tempat itu pulalah terdapat Piedras Negras yang merupakan tempat reruntuhan Suku Maya.
Tanah yang Mampu Lelehkan Sepatu
Sebuah rantai gunung berapi berada di sepanjang Guatemala. Bahkan, beberapa di antaranya masih tetap aktif hingga saat ini. Rantai gunung dimulai dari Antigua Guatemala merupakan sebuah kota yang ramah bagi para turis. Dari kota tersebut, wisatawan dapat melihat Gunung Fuego yang masih aktif mengepulkan gumpalan asap terutama di malam hari. Sekira 90 menit berkendara dari Antigua Guatemala, wisatawan akan menemukan Gunung Api Pacaya. Gunung ini telah meletus secara terus menerus selama bertahun-tahun. Begitu panasnya di daerah tersebut, hanya orang-orang tertentu yang berani mendekat. Seseorang dapat langsung menyalakan api rokok dari lava panas yang ada. Dan, tanpa disadari, tanahnya yang panas dapat melelehkan sol sepatu.
Gemar Sauna
Ternyata, melakukan perawatan tubuh, seperti sauna, tidak hanya digemari oleh masyarakat modern. Suku Maya telah lebih dulu menggemari salah satu kegiatan perawatan ini. Bahkan, sauna ala Suku Maya saat ini sering ditawarkan kepada pengunjung hotel dan resor di seluruh dunia. Sauna Suku Maya memiliki nama yang berbeda-beda, misalnya masyarakat Yucatan Peninsula menyebutnya dengan Temascal. Sementara dalam bahasa Maya Quiche, sauna disebut dengan Tuj. Tujuan sauna yang dilakukan masyarakat Suku Maya untuk kesehatan dan pemenuhan spiritual. Air dipanaskan dengan batu dan api. Terkadang dimasukkan pula beberapa lembar daun tua ke dalamnya. Setelah beberapa saat, tubuh pun akan berkeringat. Lapisan kotor yang disebut grasa, dipercaya dapat terangkat dari kulit dan pikiran Anda.
Dunia Bawah Tanah
Situs maya adalah sebuah situs yang sangat besar. Walaupun di beberapa daerah sudah digali untuk mencari tahu mengenai suku ini, masih banyak situs peninggalan masyarakat Suku Maya yang masih terkubur. Palenque di daerah Meksiko Selatan dan Chichen Itza di bagian utara merupakan salah satu daerah yang telah digali. Bahkan di Tikal, daerah dengan kehancuran yang begitu terkenal di Guatemala, ada gundukan tanah yang disinyalir merupakan sebuh kuil besar yang terkubur. Peneliti hanya melakukan penggalian untuk hal-hal yang mereka butuhkan. Misalnya saja, di Belize yang memiliki sisa-sisa reruntuhan, namun tidak dilakukan penggalian. Sama seperti di Altun Ha yang terletak 30 mil dari Belize. Orang dapat melihat piramida yang monumental di seluruh situs tersebut, namun lebih banyak yang masih terkubur.
Ramalan Kiamat Tak Berarti Akhir Dunia
Akhir-akhir ini, ramalan Suku Maya sangat sering menjadi bahan perbincangan. Banyak yang mengatakan jika Suku Maya meyakini datangnya hari kiamat pada 21 Desember 2012. Perbincangan pun terus berkanjut ketika sebuah film mengangkat tema tersebut. Pada kenyataannya, yang dimaksud dengan akhir kehidupan dalam kalender Maya adalah pergantian sebuah era atau zaman. Suku Maya meyakini jika setiap 5.000 tahun akan ada era baru. Hal ini hampir sama dengan penyambutan era milenium yang sering dilakukan oleh masyarakat kita. Suku maya sendiri sebenarnya tidak memercayai akhir kehidupan dunia. Mereka beranggapan jika akan terjadi akhir kehidupan, maka akan ada kehidupan baru. Mereka pun meyakini jika kehidupan baru tersebut akan mengantarkan mereka menuju zaman dengan kesadaran yang lebih tinggi, kedamaianan yang leih besar, dan pemahaman makhluk di planet ini akan leih meningkat.
Belum Hilang
Sama seperti jatuhnya Roma, yang bukan merupakan akhir dari Roma, begitu pula dengan Suku Maya. Jatuhnya Suku Maya yang begitu besar, tidak berarti masyarakat adat ini telah lenyap. Masyarakat Suku Maya menyebar di berbagai tempat. Sebanyak 40 persen dari 14 juta jiwa penduduk Guatemala merupakan masyarakat adat Suku Maya. Meksiko selatan dan Semenanjung Yucatan pun menjadi daerah lainnya yang menjadi tempat tinggal Suku Maya saat ini. Bahkan, Semenanjung Yucatan merupakan rumah bagi Suku Maya karena beberapa daerah di Semenanjung Yucatan didominasi oleh Suku Maya. Tidak hanya Suku Maya yang bertahan hampir lima abad setelah penaklukan Spanyol, namun juga tradisi mereka. Berbagai tradisi, gaya hidup, dan festival perayaan masih tetap terjaga hingga saat ini. Bahkan di Guatemala, masing-masing masyarakat adat Suku Maya masih menggunakan budaya mereka sendiri, gaya berpakaian, dan bahasanya masing-masing.[oz]
No comments:
Post a Comment