Tuesday, 27 March 2012

Yang layak di-Film-kan di Indonesia

Dalam sejarah film Indonesia, pernah terjadi sebuah era di mana dalam setahun setiap bulannya film yang diproduksi hanya dalam hitungan jari. Pada masa itu secara drastis film Indonesia mendadak hilang. Ibarat kata lenyap ditelan gempa bumi. Saat gerakan sineas muda dengan film eksperimen berjudul Kuldesak, perfilman Indonesia lalu merangkak naik. Dimulai dengan sukses komersil Petualangan Sherina dan Ada Apa Dengan Cinta? , lalu membanjirlah film-film buatan anak bangsa. Sayangnya, habis itu filmnya bertema seragam. Kalau nggak horor selangkangan yang film komedi selangkangan. Ternyata di Indonesia banyak kok kisah yang layak diadaptasi. Dengan mengadaptasi kisah yang sudah ada, kita bisa bikin film-film yang berkelas kok!

Suharto Meraih Kursi Kepresidenan

Menfilmkan Suharto memang jadi sesuatu yang penting untuk generasi sekarang. Paling menarik adalah saat Suharto bisa meraih tampuk kepemimpinan dari Sukarno. Sampai saat ini memang masih misterius bagaiman Suharto bisa melakukan hal itu. Rekonstruksi secara sinematiknya tentu akan menarik disimak. Suksesi kepemimpinannya memang tidak sesederhana yang diceritakan di film G30SPKI atau yang ada di buku sejarah sekolahan. Itu mungkin konspirasi politik kelas wahid pertama di Indonesia. Dan di situlah Indonesia menjadi contoh nyata perang ideologi yang sesungguhnya di dunia.

Komik Indonesia
Bukan, idenya bukan memfilmkan komik-komik Indonesia. Lebih seru kalau membuat film dengan latar belakang sejarah komik di Indonesia di era 70-80-an, nah itu bisa seru. Indonesia memang memiliki tradisi komik, atau cergam, yang amat kuat di masa lalu. Sejak cergam pertama Put On dimuat di surat kabar Sin Po, komikus seakan-akan tidak mau berhenti berkarya. Kisahnya bisa tentang seorang jurnalis di majalah Eres (majalah soal komik, mirip Wizard kalau di Amrik) yang hendak membuat tulisan tentang seorang komikus yang akan membuat karya komik ambisius. Selama jurnalis itu melakukan investegasinya, dia menemukan bahwa ternyata sang komikus sangat kalut. Kekalutan itu terkait dengan produksi komik itu sendiri, mulai dari bagaimana komik bisa laris, bagaimana menemukan cerita yang canggih, dan yang paling utama bagaimana membunuh manga dan komik Amrik.

Biopik Warkop DKI

Tidak ada yang bisa mengalahkan Warkop sebagai sebuah tim pengocok perut terhebat sepanjang masa. Kejayaan warkop membuat dunia lawak memiliki skala superstar setaraf musisi dan bintang film. Yeah, mereka itu musisi dan bintang film sekaligus. Tetapi, di balik kejenekaan mereka di publik, orang mungkin belum sadar akan sisi lain dari trio Dono, Kasino, Indro. Dono atau Wahyu Sardono dalam kehidupan sehari-harinya adalah seorang dosen Sosiologi di UI. Dono juga terkenal sebagai aktivis baik ketika masih mahasiswa maupun saat dia sudah terkenal dengan Warkop. Keren kan, superstar yang juga aktivis dan seorang akademisi. Nggak kalah dengan Tom Morello, cing!

Kusni Kasdut

Di era 70-an ada seorang residivis bernama Kusni Kasdut. Pada tanggal 31 Mei 1961 dia bisa membobol masuk Museum Nasional dan mencuri 11 permata koleksi museum tersebut. Sampai hari ini, dia mungkin satu dari sedikit perampok lokal yang mendapat status legendaris. Kisah hidupnya memang memesona. Dieksekusi pada tahun 1979, Kusni juga menjadi inspirasi kaum nasrani karena pertobatan dirinya, dibaptis jadi Katolik ketika mendekam di penjara. Saat menjalani masa penantian atas eksekusi matinya, Kusni sempat membuat lukisan Gereja ditatahkan pada gedebong pisang. Lukisan gedebong itu sampai sekarang disimpan rapi di Gereja Katedral. Gila, seorang pencuri ulung jago melukis, lukisan di gedebong pisang lagi! Seakan-akan melukis di kanvas biasa kurang gahar buat dia. Buat memperkuat kegaharannya, Kusni juga adalah seorang veteran perang kemerdekaan RI.

Ronny Pattinasarani
Kisah Ronny Pattinasarani bakal menarik. Legenda sepakbola ini ernah dipilih masuk dalam All Star Asia di tahun 1982, ketika jadi pelatih doi juga bisa membawa tim-tim besutannya jadi kampiun di kompetisi yang diikutinya. dan saat jadi komentator penonton sepakbola tentu hafal betul gayanya. Kisah hidup Ronny memang mengalami twist saat suatu hari dia mengundurkan diri sebagai pelatih Petrokimia. Banyak orang yang terheran-heran, mengapa sosok yang sedang di atas karirnya sebagai pelatih justru memilih untuk mengundurkan diri. Akhirnya diketahui bahwa dia harus meninggalkan itu semua demi sang anak. Ketika itu anaknya Yerry yang masih berusia 15 tahun menderita kecanduan obat terlarang. Setelah Yerry, ternyata kakaknya gantian kecanduan narkoba. Kisah Sang Ayah dengan penuh kasih membantu anak-anaknya keluar dari adiksi memang begitu mengharu biru. Bahkan dikisahkan Ronny juga mengenal luar dalam sang bandar narkoba. Tidak jarang dia menunggu di depan kediaman sang bandar saat kedua anaknya berpesta putau di sana. Itu diniatkan hanya menunjukkan bahwa dia bisa menawarkan cinta melebihi bujuk rayu si bandar.
 
Kisah Pramoedya Ananta Toer
Banyak sisi dari Pramoedya yang menarik untuk diulas. Kesehariannya di tahanan, proses bagaimana karya-karyanya yang ditulis di Pulau Buru akhirnya bisa terwujud, dan juga pemikiran dia sendiri tentang berbagai hal. Kita juga bisa melihat berbagai ide Pram yang tajam mulai dari konsep Negara sampai feminisme di Indonesia. Belum lagi karya-karya Pram yang dilenyapkan pemerintah dan sampai sekarang karya itu tentang apa tidak ada yang tahu dan dibawa Pram sampai akhir hayatnya. Legenda ini memang amat sayang kalau tidak difilmkan

No comments:

Post a Comment