Tuesday, 27 March 2012

Orang yg Sukses jadi Milyarder pasca di PHK

Pernahkan terpikir di benak anda untuk keluar dari pekerjaan dan mengejar mimpi? Bagi kebanyakan orang, mimpi ini terhalang oleh realita. Namun, sebagian kecil sudah ada yang berani mengambil risiko dengan mengejar mimpi tersebut meski harus merelakan gaji bulanan mereka. Tidak ada jaminan untuk menjadi seseorang yang sukses. Tapi, bagi mereka yang berani mengambil risiko, jalan menuju sukses sudah bisa terlihat. Ditambah dengan kerja keras dan niat yang kuat, beberapa orang ini bisa mengubah idenya menjadi bisnis ratusan juta dolar. Berikut ini adalah 10 orang yang sukses setelah keluar dari pekerjaannya.

Shep dan Ian Murray, Vineyard Vines
Dua bersaudar Shep dan Ian Murray awalnya hanya karyawan biasa di Manhattan. Shep seorang AE perusahaan periklanan dan Ian praktisi hubungan masyarakat perusahaan kecil. Pada tahun 1998, keduanya memutuskan untuk keluar kerja, hanya berselang 10 menit setelah salah satunya mengajukan pengunduran diri. Dengan mengambil uang tunai melalui kartu kreditnya, mereka mulai mendirikan sebuah perusahaan dasi bernama Vineyard Vines. Awalnya, mereka melakukan penjualan itu sambil berkeliling membawa ransel yang isinya dasi-dasi produk mereka ke pantai, kapal pesiar dan bar. Pekan pertama penjualan, mereka berhasil menjual 800 dasi. Mereka langsung memproduksi kembali dasi-dari baru dan berhasil membayar semua utangnya. Uang hasil penjualan itu juga berhasil memberi mereka sebuah kantor. Sepuluh tahun kemudian, produk yang mereka hasilkan tidak hanya dasi, tetapi pakaian lengkap. Sekarang ini sebanyak 18 gerai Vineyard Vine tersebar di Amerika Serikat (AS), produk mereka bisa didapatkan di lebih dari 500 toko. Perusahaan mereka memprediksi omzet sekitar US% 100 juta (Rp 900 miliar) di 2011 lalu.

Rick Wetzel dan Bill Phelps, Wetzel’s Pretzels
Rick Wetzel dan Bill Phelps masih menjadi karyawan Nestle ketika ide dan konsep Wetzel’s Pretzels muncul. Keduany sedang melakukan kunjungan dinas luar ketika saat Wetzel mengutarakan ide tersebut kepada Phelps. Sebuah ide untuk membuat sebuah pretzels besar nan lembut yang bisa dijual di mal-mal. Malamnya, mereka duduk bersama di sebuah bar dan merancang rencana bisnisnya tersebut di sebuah lap kertas. Wetzel menjual motor Harley Davidson-nya untuk membantu permodalan. Bisnis kecil-kecilan ini mereka jalankan di waktu senggang. Mereka juga mengandeng mitra untuk menciptakan menu khusus lewat dapurnya Phelps. Ketika produknya sudah siap dijual, mereka memaksa pemilik mal setempat untuk datang ke dapur mereka dalam rangka mencicipi karya mereka. Pemilik mal itu ternyata menyukai produk mereka dan mengizinkan Wetzel’s Pretzels membuka toko pertamanya. Itu kisah dari tahun 1994. Setahun setelahnya, Wetzel dan Phelps mendapatkan keberuntungan setelah Nestle menawarkan mengemas produk mereka. Mereka pun akhirnya bisa membuka beberapa toko lagi sebelum menjadikan mereknya waralaba. pada 1996. Sekarang ini sudah ada 250 toko mereka yang tersebar di seluruh AS, ditambah rencana membuka di luar negeri, yaitu Jepang dan India. Penjualan tahunan mereka naik 9% di 2011 menembus US$ 100 juta.

Terry Finley, West Point Thoroughbreds
Terry Finley lulus sekolah militer pada 1990 tak lama setelah ia dan istrinya lalu membeli seekor kuda senilai US$ 5.000 yan diberi nama Sunbelt. Kuda itu pun memenangkan perlombaan balap pertamanya dan Finley pun yakin ia harus keluar dari militer dan mengejar mimpinya. Bersenjatakan kartu kredit dan tabungan pribadi, ia memulai West Point Thoroughbreds bersama istrinya. "Mengerjakan sesuatu yang anda cintai dan menjadikannya profesi membuat pekerjaan anda lebih," katanya. Sekarang ini West Point Thoroughbreds membeli 20 sampai 25 kuda per tahun, menarik banyak investor yang bisa mendapatkan keuntungan jika salah satu kudanya memenangkan pertandingan, beranak atau dijual. Sejak tahun 2007, kuda-kuda mereka sudah memenangkan lebih dari 20% pertandingan kuda di AS, dengan total kas senilai US$ 16 juta dan pendapatan tahunan hampir US$ 7 juta.

Dana Sinkler dan Alex Dzieduszycki, Terra Chips
Dana Sinkler dan Alex Dzieduszycki dulunya bekerja untuk koki terkenal Jean-Georges Vongerichten di restoran bintang empat, Lafayette, di New York saat memutuskan untuk memulai bisnis katering. Lalu mereka mencari ide untuk membuat sebuah makanan khas yang bisa disajikan di bar. Keduanya merasa harus mencari sebuah produk makanan yang lebih dari sekedar cemilan saja. Maka pada tahun 1990, keduanya melakukan banyak eksperimen menggunakan akar-akaran tumbuhan di dapur kecilnya Sinkler. Keripik sayuran yang mereka hasilkan punya rasa luar biasa. Akhirnya mereka pun mulai menjual keripik tersebut dalam kemasan. Pada tahun 1995, sebuah perusahaan investasi membelu 51% saham perusahaan mereka, dan pada 1998 Hain Celestial membeli sebagian saham Terra Chips senilai US$ 80 juta. Pada waktu itu, Dzieduszycki mengatakan, penjualan Terra Chips sudah menembus US$ 23 juta per tahun.
Adam Lowry dan Eric Ryan, Method
Adam Lowry sebelumnya adalah seorang pengamat cuaca, sementara Eric Ryan bekerja di sebuah perusahaan periklanan saat mereka berdua memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya untuk mengembangkan produk kebersihan yang ramah lingkungan, bernama Method. Pada waktu itu, belum banyak produk kebersihan yang tidak mengandung bahan kimia. Maka dari itu, dua sahabat sejak kecil itu melakukan banyak riset, bahkan Lowry pernah bereksperimen di wastafel dapurnya. Mereka memaksimalkan kartu kreditnya, meminjam uang dari keluarga dan teman sehingga terkumpul uang sebanyak US$ 200.000 untuk modal awal Method. Kini, Method menjadi perusahaan yang berkembang cepat di AS yang punya lebih dari 100 produk, mulai dari sabun mandi sampai cuci. Omzetnya mencapai US$ 100 juta per tahun.

Rod Johnstone, J/Boats
Rod Johnstone masih bekerja sebagai tenaga penjual kapal dan perahu di umurnya yang sudah menginjak 38 saat ia memutuskan untuk mendesain kapal pesiar impiannya sendiri. Kapal yang ia impikan bisa dinikmati oleh keluarganya sekaligus dipakai balapan. Orang tuanya ikut menyumbang kayu bernilai ratusan dolar supaya Johnstone bisa mulai membangun kapal impiannya tersebut di garasi rumah mereka. Satu setengah tahun berlalu, kapal impiannya pun rampung dan ia bisa mulai ikut perlombaan. Karena merasa nyaman dengan hidupnya di atas kapal, Johnstone memutuskan untuk keluar kerja dan mengejar karir impiannya di lautan. Itu semua terjadi di tahun 1977. Sejak itu, perusahaannya yang beranam J/Boats sudah membangun lebih dari 13.000 kapal, mulai dari kapal berukuran kecil sampai yacht mewah. Perusahaannya sudah meraup omzet jutaan dolar tiap tahun.

Andy Schamisso, Inko’s White Tea
Pada tahun 2002, Andy Schamisso merupakan seorang praktisi humas yang kurang puas akan hidupnya. Suatu hari, saat istrinya kesulitan mencari teh putih yang ingin ia gunakan untuk membuat es teh, ia merasa mendapatkan wangsit. Sambil mencari penjual di teh putih di internet, ia juga menemukan banyaknya manfaat dari teh yang cukup langka tersebut. Ia pun membeli teh putih tersebut dan bereksperimen memakai resep teh milik istrinya. Setelah 13 tahun menjadi praktisi humas, Schamisso pun keluar kerja dan mulai berbisnis Inko’s White Tea. Nama Inko sendiri diambil dari nama anjing peliharannya. Setelah berhasil mengumpulkan uang untuk memproduksi 6.000 kotak, Schamisso turun ke jalanan New York dan mulai menjajakan dagangannya. Hanya dalam waktu setahun, ia mulai kebanjiran pesanan dari yang awalnya hanya itungan bungkus, kini bisa sampai satu truk penuh per hari. Jenis teh yang ditawarkan pun sudah beragam, sekitar 14 jenis.

Kim and Beaver Raymond, Marshmallow Fun Company
Kim dan Beaver Raymond sepakat mengundurkan diri dari pekerjaannya setelah mainan bikinan sendiri untuk hadiah ulang tahun anak mereka menjadi terkenal. Suami istri itu masih bekerja di industri fesyen pada tahun 2002 saat membuat pelontar marshmallow yang menggunakan pipa PVC itu. Teman-teman dan keluarganya merasa alat bantu 'perang makanan' itu sangat bagus untuk dipasarkan, saat itulah muncul mainan bernama marshmallow shooter dan Marshmallow Fun Company didirikan. Pada tahun 2010 lalu, perusahaan tersebu menjual mainan senilai lebih dari US$ 7 juta.

Rocky Patel, Rocky Patel Cigars
Rocky Patel adalah seorang pengacara untuk artis-artis Hollywood yang tergila-gila dengan cerutu. Setelah punya kesempatan untuk memproduksi cerutu sendiri, ia mulai memutuskan kecintaannya terhadap cerutu harus menjadi karir. Meskipun teman dan keluargnya mengingatkan untuk tidak meninggalkan profesi lamanya dan masuk ke industri yang sama sekali asing baginya, Patel malah merasa punya kesempatan untuk membuat jenis cerutu yang selama ini tidak ada di pasaran. Ia pun mulai memproduksi cerutu pertamanya tahun 1996 di rumahnya. Setelah bisnisnya mulai berkembang, Patel merasa kantornya harus pindah ke Florida, pusat produsen cerutu di AS. Ia pertama kali menuai sukses pada tahun 2003 setelah 'The Rocky Patel Vintage Series' mulai terkenal karena mendapatkan peringkat cukup tinggi diantara cerutu-cerutu lainnya

Paul English, Kayak
Paul English pernah bekerja di sebuah perusahaan investasi Greylock tahun 2004 ketika Steve Hafner, pendiri Orbitz, mengutarakan sebuah ide untuk membentuk perusahaan perjalanan (travel) yang berbeda. Setelah ngobrol selama satu jam ditemani minuman tiga ronde, English dan Hafner sepakat membentuk situs online travel search engine bernama Kayak. English keluar dari Greylock dan mulai bekerja sebagai Kepala Pengembangan Teknologi di situs tersebut. Kayak, yang bisa memberikan hasil pencarian lebih dari 100 situs travel dalam waktu singkat, termasuk di dalamnya biaya perjalan, hotel dan transpostasi sewaan itu kini menjadi aplikasi nomor satu di industri travel. Perusahaan yang menyatakan sudah siap untuk go public sejak tahun 2010 lalu itu hingga kini masih belum juga melantai di pasar saham. Perusahaan itu melaporkan telah meraup omzet US$ 170,6 juta di triwulan III-2011.

No comments:

Post a Comment