Monday 23 April 2012

Memaknai Hari Angkutan Nasional

Saya terlelap dengan nikmat sekali menikmati perjalanan dari Banqiao menuju Sun Yat Sen Memorial Hall. Bukan tanpa alasan. Memang sarana Mass Rapid Transit (MRT) yang disediakan oleh Pemerintah Taiwan sangat nyaman sekali sehingga tidak bisa mengalahkan godaan untuk menutupkan mata walau sesaat. Kondisi ini sudah merupakan potret sehari hari tiap masyarakat komuter di Taiwan yang berangkat bekerja di Taipei atau kota-kota penyangga lainnya. Pembangunan transportasi untuk umum di Taiwan sangatlah maju sehingga tidak heran pembangunan transportasi umum sudah bisa disejajarkan dengan negara-negara lain seperti Korea atau Jepang. Selain dilengkapi fasilitas yang modern layanan transportasi yang sangat manusiawi menjadi andalan pelayanan. Seperti contoh dengan memperhatikan kebutuhan penumpang yang disable (cacat) serta orang tua.

Berbicara masalah pelayanan angkutan transportasi umum kita pasti pernah membaca sejarah atau informasi entah lewat media massa maupun buku bahwa tanggal 24 April diperingati sebagai hari angkutan nasional. Ironisnya banyak insan perhubungan atau pun pelaku transportasi tidak mengetahui hal tersebut. Meskipun di Departemen Perhubungan sendiri lebih mengenal Hari Perhubungan Nasional yang jatuh pada tanggal 17 September. Sayang sekali. Informasi tentang Hari Angkutan Nasional sendiri sangat sulit untuk didapatkan. Minimal dengan mengetahui informasi tersebut kita menjadi lebih tahu makna di balik peranan transportasi umum bagi sebuah bangsa. Terlepas dari kapan Hari Angkutan Nasional itu di selenggarakan perlu sekali diperhatikan esensi yang belum bisa dipecahkan oleh kita bersama menyangkut urgenitas sarana angkutan. Yaitu, penyediaan sarana transportasi umum yang nyaman dan aman bagi masyarakat. Padahal hal tersebut merupakan hal yang vital di samping sarana infrastruktur pendukung lainnya demi memaksimalkan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan pemerintahan.

Angkutan atau sarana transportasi bukan hanya menjadi alat bantu saja. Akan tetapi menjadi sangat vital apabila dihubungkan dengan proses pengembangan dan pembangunan wilayah. Selanjutnya apabila membandingkan tentang kondisi transportasi umum di negara kita memang stake holder kita harus banyak belajar dan meneladani totalitas bentuk bernama pelayanan. Nampaknya masih banyak hal yang perlu kita benahi bersama dengan terdapatnya kesemrawutan transportasi kita. Ini dibuktikan dengan banyaknya kecelakaan transportasi di laut, darat, maupun di udara. Diperparah dengan ketidakkonsistenan kebijakan yang bergulir, kecenderungan berganti pimpinan atau pemegang kebijakan, berubah pula kebijakan yang ada akhirnya tidak bisa dihindari.

Hal ini menyebabkan kebijakan yang ada menjadi sebuah wacana yang semakin utopis. Kasus Jakarta sebagai barometer pengaturan tata ruang dan pelayanan transportasi umum betapa tiap hari banyak masyarakat Jakarta ditemani dengan setia kemacetan yang luar biasa parahnya. Fasilitas dan Infrastrukur transportasi yang kurang menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kemacetan tersebut. Jakarta belum berhasil menciptakan sistem serta infrasturktur transportasi massal yang terpadu. Transportasi yang bisa melayani kebutuhan perpindahan warganya dengan cepat, aman, murah, nyaman, dan massal. Pembangunan MRT yang berupa subway dan monorail beserta sistem yang mendukungnya yang telah digagas oleh Pemerintah Provinsi Jakarta dan didukung oleh pemerintah diharapkan terus berkembang dan berkelanjutan serta bisa terealisasi dengan baik. Meskipun pencanangan moda transportasi ini ditanggapi skeptis oleh banyak kalangan hendaknya diapresiasi sebagai salah satu alternatif masa depan transportasi untuk masyarakat perkotaa.

Bila dibandingkan dengan Busway moda transportasi MRT lebih banyak mengangkut pengguna sarana umum daripada Busway yang kapasitas angkutnya terbatas dan menggunakan sebagian ruas jalan. Sehingga, jalanan semakin macet. Sebagai pengguna setia pelayanan transportasi umum yang ada di Jakarta dan sekitarnya betapa berdesak-desakan. Berjuang untuk hanya mendapat sekedar ruang berdiri saja sudah sedemikian sulit sehingga bukan tanpa alasan akhirnya mengharapkan pemerintah menyediakan lebih banyak moda layanan transportasi massal yang aman dan nyaman sebagai salah satu alternatif bentuk kepedulian pemerintah terhadap sektor transportasi umum. Tidak salah saya mendukung upaya pemerintah membuat moda transportasi massal tersebut. Mega proyek yang ada bukan tanpa masalah. Setelah sempat berhenti karena kehabisan dana tanggal 25 Maret 2009 Pemerintah (Indonesia, red.) dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meneruskan pembangunan dan proyek MRT dengan disponsori JICA (Japan International Cooperation Agency) (jakartamrt.com), dengan biaya pinjaman diperkirakan total 120 miliar yen.

Investasi 85% yang bukan main main dan kalaupun gagal akan menjadi aib tersendiri bagi pemerintah. Untuk itu pengerjaan proyek yang dilaksanakan harus diawasi secara ketat dan terukur. Supaya dana yang ada jelas penggunaannya. Membangun sarana dan prasarana transportasi di Indonesia tidak sama dengan negara negara lain. Begitu pula sebaliknya. Apabila megaproyek ini tetap dilanjutkan hendaknya dilakukan dengan berhati hati, tepat, dan efisien. Hal ini untuk menjaga kepercayaan masyarakat akan pentingnya sarana transportasi umum yang menjadi solusi jangka panjang yang harus terus diupayakan. Rasanya berbagai masalah yang ada seputar transportasi akan terpecahkan sedikitnya membuat gambaran yang baik akan masa depan transportasi umum yang terintegrasi dalam berbagai pilihan baik itu dengan sistem Busway, MRT, bis, waterway, serta kereta listrik, sebagai andalan layanan transportasi umum dimasa datang.

Karena negara-negara yang memakai moda transportasi seperti itu kebanyakan telah merata pembangunan ekonomi kawasannya. Alangkah bijaksananya apabila pembangunan MRT dan sarana transportasi lainnya diimbangi juga pembangunan kawasan industri dan pengembangan wilayah di daerah penyangga Jakarta. Analisis yang selalu terlupakan adalah analisis demand atau permintaan terhadap transportasi itu sendiri. Bisa saja Jakarta sudah mempunyai MRT dan sistem transportasi yang terpadu. busway, monorel, waterway, kereta listrik serta sistem shelter yang memadai. Akan tetapi permintaan akan transportasi tetap saja besar. Artinya MRT tetap saja penuh sesak dan tidak nyaman. Dengan begitu Jakarta tetap macet karena masih banyak penumpang yang tidak mampu diakomodir oleh sistem MRT. Seperti yang terjadi dengan kasus busway. Alih-alih nyaman akhirnya kita kembali pada pola penggunaan kendaraan pribadi disebabkan menurunnya kualitas pelayanan.

Diharapkan sebelum beroperasinya MRT tahun 2016 nanti pemerintah juga membuat pengembangan kawasan industri dan pemerataan pembangunan di luar Jakarta yang akan mengurangi jumlah kesemrawutan angkutan dan mengatasi penyebaran penduduk. Mudah-mudahan dengan momen Hari Angkutan Nasional ini transportasi umum kita menjadi lebih baik dan lebih manusiawi lagi ke depan. Serta mimpi kita bisa menikmati layanan transportasi yang aman dan nyaman di Jakarta serta kota besar lainnya di Indonesia bisa terwujud. Amin.

No comments:

Post a Comment