Oleh Hariyanto Kurniawan
Kematian pemimpin Korea Utara Kim Jong-il masih menyisakan misteri. Ketidakjelasan keterangan seputar meninggalnya diktator itu mencuatkan berbagai spekulasi dan teori konspirasi. Kim dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu (17/12) pukul 08.30 waktu setempat (06.30 WIB) akibat serangan jantung saat berada di kereta api.Tapi, laporan resmi yang dikeluarkan media negara paling tertutup sedunia itu kini menuai keraguan. Beberapa pakar Korut di Korea Selatan (Korsel) memaparkan, ada beberapa aspek dalam laporan resmi itu yang janggal. Beberapa di antara mereka justru yakin Kim tidak meninggal di kereta dan rezim Korut memalsukan waktu dan tempatnya untuk alasan keamanan. Kemudian, muncul teori bahwa ayah empat anak itu sebenarnya tewas akibat dibunuh. Mana yang benar? Beberapa jam setelah kabar kematian Kim diumumkan pada Senin (19/12) lalu, kecurigaan mengenai seputar peristiwa itu langsung mencuat di Korsel, tetangga sekaligus musuh bebuyutan Korut.
Beberapa koran menanyakan apakah sang Dear Leader itu sebenarnya dibunuh dan tidak meninggal karena serangan jantung. Para pembelot Korut yang ditemui koran Korea Times terbitan Korsel menyebutkan, mereka curiga bahwa diktator berdandan nyentrik itu sebenarnya dibunuh. Pembunuhan ini dilatarbelakangi oleh ketidakharmonisan di tubuh pemerintahan Korut di mana beberapa elemen merasa tak cocok lagi dengan kebijakan pria yang meninggal pada usia 69 tahun itu. “Setelah putra bungsunya, Kim Jong-un, diangkat sebagai penggantinya, banyak perwira militer, terutama mereka yang berusia 50-an, dipecat,” tutur ilmuwan politik Korea An Chan-il kepada Korea Times. “Saya kira orang-orang ini punya dendam kesumat kepada Kim dan penggantinya.” Rumor yang awalnya beredar menyebutkan seorang pejabat tinggi Korut ditembak mati, tapi tidak diketahui siapa nama pejabat itu dan kemudian muncullah kabar jika Kim meninggal dunia. “Ini memang belum dikonfirmasi tapi obrolan semacam itu adalah bukti ketidakpuasan yang tumbuh di antara beberapa orang di Korut,” papar An.
Menurut An, elemen militer mungkin juga tak menyukai perubahan kebijakan yang baru-baru ini diterapkan Kim. “Kepentingan pribadi mereka ternodai karena Kim Jong-il. Saya tidak akan mengesampingkan kemungkinan bahwa beberapa perwira militer, yang yakin kekuasaan dan pengaruh mereka telah dirusak, bisa memainkan peranan dalam kematiannya,” ujar An. Selain karena ketidakpuasan, ada spekulasi lain yang menyebutkan bahwa Kim kemungkinan dibunuh karena terjadi perebutan kekuasaan di Korut.
Sementara, tempat dan waktu meninggalnya Kim menjadi perdebatan sengit antara badan intelijen Korsel, Layanan Intelijen Nasional (NIS), dan militer setelah Direktur NIS Won Sei-hoon mencuatkan spekulasi bahwa Kim tidak meninggal di kereta bersenjata itu. Kepada Komisi Intelijen Majelis Nasional,Won menuturkan, kereta pribadi Kim parkir di sebuah stasiun di Pyongyang dari hari Jumat (16/12) hingga Minggu (18/12) tanpa ada tanda-tanda pergerakan. “Melalui foto satelit matamata Amerika Serikat (AS),kami tahu bahwa kereta pribadi Kim tak bergerak di Pyongyang,” tutur Won, dikutip Chosun Ilbo. Sumber intelijen juga menyebutkan, tak ada tanda-tanda pergerakan kereta api itu sepanjang hari. “Kami terus menelusuri keberadaan Kim sampai Kamis (15/12), tapi gagal menemukan dia mulai Jumat,” ungkap Won. “Ada tanda bahwa dia berusaha pergi ke sebuah tempat (pada Sabtu pagi) tapi meninggal beberapa saat sebelum berangkat.
”Seorang pejabat NIS menuturkan, mereka yakin kalau Kim sebenarnya meninggal di rumah. Ada beberapa alasan yang menguatkan dugaan NIS tersebut. Salah satunya adalah cuaca.Suhu di Pyongyang pada pagi ketika Kim meninggal adalah minus 12 derajat Celsius. Cuaca dingin buruk bagi pasien yang memiliki lemah jantung seperti mantan pemimpin Korut itu. Jadi, dokter Kim seharusnya tidak mengizinkan dia keluar rumah. Lebih lagi, Kim terkenal suka begadang dan biasanya bangun sekitar siang hari. Maka,sepertinya dia tidak berada di dalam kereta di pagi yang dingin membeku seperti itu. Korsel yakin bahwa hanya ada beberapa pejabat top di lingkaran dalam Kim yang mengetahui kematian sang Dear Leader.Padahal, jika melakukan tur yang dia sebut sebagai tur panduan,Kim selalu didampingi ratusan orang termasuk staf medis dan pengawal. Empat dari 20 gerbong kereta pribadinya adalah rumah sakit berjalan. “Kalau Kim meninggal di kereta,semua staf medis pastinya sudah digerakkan dan itu akan membuat kereta berhenti. Pastinya ada ratusan orang yang menyaksikannya. Apa mungkin merahasiakannya selama lebih dari 50 jam?” ujar seorang sumber Chosun Ilbo di Korut.
Menurut Chosun Ilbo, tiap Kim pergi, selalu ada kereta lain yang ditumpangi pengawalnya berangkat duluan untuk mengecek keamanan rel yang bakal dilalui. Tapi, laporan bahwa Kim tidak meninggal di kereta itu dibantah militer. Pejabat militer yakin bahwa Kim bepergian dengan kereta itu antara Jumat–Minggu. “Kami bisa memperlihatkan kereta mana yang melakukan perjalanan melalui stasiun mana dengan menggunakan jaringan intelijen kami,” tutur seorang pejabat. “Berdasarkan atas informasi intelijen itu, kami menyimpulkan bahwa kereta itu bergerak. Kereta pribadi Kim terdiri atas 20 gerbong.AS dan Korsel selalu menelusuri gerakannya lewat satelit.Perbedaan laporan itu telah menyebabkan dugaan bahwa lembaga keamanan top Korsel masih belum mampu mengoordinasikan usaha mereka meskipun awal tahun ini berusaha memperbaiki tukar informasi mengenai Korut.
Media Korut melaporkan, penampilan publik terakhir Kim adalah pada Kamis (16/12) lalu di sebuah supermarket besar di Pyongyang. Kalau dia tidak meninggalkan Pyongyang segera setelah itu, maka dia pasti beristirahat di rumah atau di kantornya di ibu kota. Karena bulan ini Kim melakukan sembilan kali penampilan publik,dia pastinya lelah. “Mungkin saja ajudannya tidak tahu kalau Kim terkena serangan jantung atau sudah telat saat mengetahuinya karena dia sedang tidur di kamar,” papar sumber Chosun Ilbo. Jika Kim meninggal di rumah, maka laporan resmi bahwa mantan pemimpin Korut itu mengembuskan nafas terakhir di kereta dibuat pemerintah setempat untuk mempertahankan kredibilitas Kim sebagai seorang pemimpin yang terus bekerja tanpa kenal lelah. “Meninggal di kereta mungkin adalah cerita terbaik yang bisa digunakan rezim Korut untuk mempromosikan Kim sebagai pemimpin yang bekerja keras yang bekerja untuk rakyat sampai embusan nafas terakhir. Warga Korut akan merasa ada perbedaan besar antara meninggal dengan tenang dan mudah di ranjang dan meninggal ketika bekerja jauh dari rumah,” papar seorang pejabat senior Korsel.
Seorang pembelot Korut memaparkan, tak seperti ketika Kim Il-sung meninggal, warga Korut sebenarnya tidak menghormati Kim Jong-il. “Sehingga, rezim itu merasa harus membuat kematiannya terlihat lebih baik dan mencari cara mengagungkan dia,”ujarnya. Tapi, seorang periset di lembaga think tank milik pemerintah Korsel menuturkan, rezim itu menghadapi risiko besar terhadap kredibilitas mereka kalau nanti terungkap bahwa Kim meninggal di atas ranjang. Mereka pastinya telah berpikir dua kali untuk kebohongan itu. [sindonews]
No comments:
Post a Comment