Showing posts with label Istimewa Islam. Show all posts
Showing posts with label Istimewa Islam. Show all posts

Tuesday, 13 November 2012

Belajar dari Burung

Al-Quran merupakan kitab suci yang didalamnya banyak emngandung kisah dan pelajaran (ibrah) yang sangat berharga. Kisah atau kejadian itu merupakan salah satu uslub (cara) dalam mendidik umat manusia. Diantara pelajaran yang bias diambil dari Al-Quran yaitu berhubungan dengan burung. Allah SWT beberapa kali menyebut dan menceritakan hewan ini dalam berbagai peristiwa. Dan dari peristiwa atau apa yang dilakukan oleh hewan ini telah menginspirasi manusia untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Dibawah ini terdapat beberapa kisah atau pelajaran dari burung:

Burung Gagak dan Qabil
Berkaitan dengan seekor gagak yang menggali tanah untuk memperlihatkan kepada Qabil bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Setelah membunuh saudaranya, Qabil membawa mayatnya kemana-mana karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Sampai kemudia Allah SWT mengirimkan dua ekor burung gagak yang berkelahi. Salah satunya mati, dan yang hidup menggali tanah dengan cakarnya untuk menguburkan bangkai burung yang dibunuhnya. Ini dijleaskan dalam surah Al-Maidah (5) ayat 31.

فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْءَةَ أَخِيهِ ۚ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَٰذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِي ۖ فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ


Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.

Setelah Qabil melihat burung gagak menguburkan kawannya, iapun menggali kubur bagi saudaranya dan menutupinya dengan tanah.

Burung dan Pesawat Terbang
Berkaitan dengan penemuan pesawat terbang yang terinspirasi oleh burung sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nahl (16) ayat 79.

أَلَمْ يَرَوْا۟ إِلَى ٱلطَّيْرِ مُسَخَّرَٰتٍۢ فِى جَوِّ ٱلسَّمَآءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا ٱللَّهُ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يُؤْمِنُونَ


Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.

Penelitian terhadap burung mengungkapkan bahwa ia dirancang khusus untuk terbang. Tubuhnya diciptakan dengan kantung udara dan tulang berrongga untuk mengurangi masa tubuh dan berat keseluruhan. Sifat cairan kotorannya memastikan agar kelebihan air dalam tubuhnya dibuang. Bulu-bulunya berbobot sangat ringan bila dibandingkan dengan volumenya. Bulu-bulu dengan atribut-atributnya itu menahan mereka di udara. Sedang sayap aerodinamis dan metabolism merespon kebutuhan energinya. Sifat-sifat ini adalah beberapa bukti bahwa burung adalah desain produk yang bias dicontoh.Kemudian instrument tersebut dipakai para ilmuwan untuk membuat pesawat. Mereka meniru keseimbangan bobot dan tenaga pendorong yang digunakan burung dan memperhatikan system aerodinamisnya. Sehingga dengan percobaan bertahun-tahun, akhirnya ditemukan kendaraan yang mirip burung.

Burung Hud-hud dan Nabi Sulaiman
Diantara kisah dan kejadian unik tentang burung yang ditayangkan Al-Quran adalah kisah burung Hud-hud dengan Nabi Sulaiman as. Burung ini telah melakukan kerja pengintaian terhadap aktivitas suatu kaum yang kemudian ditiru dalam aktivitas spionase dewasa ini. Kerja buung ini dijelaskan dalam surah An-Naml (27) ayat 22-23.
 

إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ -22- فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطْتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِي-23


Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. (22) Sesungguhnya aku menjumpa seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. (23)

BELAJAR DARI SISI LAIN KEHIDUPAN BURUNG GAGAK
Dipercaya sebagai burung pembawa sial, ternyata banyak hal yang bisa kita pelajari dari burung gagak. Apa saja manfaat yang bisa kita tarik dari 'burung tukang sihir' ini?

Kerjasama tim
; Burung gagak merupakan hewan sosial. Mereka selalu mencari makanan secara berkelompok dan terorganisasi.  Mereka juga tidak segan-segan saling berbagi makanan.

Pertemanan
; Ketika satu burung gagak terluka maka gagak yang lain akan datang membantu, bahkan terkadang bisa puluhan gagak berkumpul untuk menolongnya. Hal ini menunjukkan semangat kebersamaan dan merupakan kunci sukses dari spesies ini untuk bertahan.

Berbagi informasi
; Setiap sore hari gerombolan gagak akan berkumpul bersama dan berbagi informasi tentang apa yang mereka alami sepanjang hari. Dengan saling bertukar informasi, para gagak akan memberitahu dimana letak sumber makanan potensial untuk kelompoknya.

Etika
; Gagak selalu terlihat sebagai hewan yang licik dan mencuri dari mahkluk lain, namun ternyata mereka memiliki standar etika yang tinggi dikelompoknya. Jika seekor gagak tidak berbagi tentang informasi dan makanan dengan sesamanya, maka sang gagak akan mendapatkan hukuman. Hukumannya adalah gagak lain akan menggunakan cakar dan paruhnya untuk membuat sang gagak pelit menjadi jera.

Keberanian
; Jika kebanyakan burung mendekati manusia dengan tidak terlalu memperlihatkan keberadaannya, maka berbeda dengan burung gagak. Burung satu ini bisa dengan berani  mendekati manusia untuk memeriksa apakah ada makanan yang dibawa, malah pernah terjadi seekor gagak mencuri makanan dari tangan manusia. Dibandingkan dengan burung rajawali dan elang, burung gagak memang memiliki ukuran yang kecil. Walaupun demikian, tidak menyurutkan niat mereka untuk mencuri dari cakar kedua burung besar tersebut.  Jadi walaupun ukurannya kecil atau kelompoknya kecil, mereka selalu bisa berperilaku lebih baik dibandingkan ukuran mereka. Jika mereka percaya bahwa hal itu mungkin terjadi maka akan terjadilah.

Suka mandi
; Pendapat awam mengatakan bahwa burung gagak adalah burung hitam legam yang menakutkan. Namun dibalik warnanya yang terlihat sangat hitam tersebut, ternyata memiliki sekumpulan warna berbeda seperti warna ungu, hijau, biru dll. Bahkan, burung gagak ternyata sangat rajin membersihkan dirinya.

Kemampuan otak
; Burung gagak terkenal sebagai satu diantara hewan yang pintar di dunia. Mereka mampu mengingat beberapa hal sangat baik dan bahkan memiliki kemampuan menyusun suara yang bagus setara dengan kemampuan bahasa manusia primitif. Kemampuan ini digunakan untuk dapat sukses bertahan di lingkungannya. Dalam serangkaian percobaan yang dilakukan di Utsunomiya University, burung itu berhasil memilih wadah yang menyimpan makanan dengan jumlah tertinggi. Burung itu berhasil mengidentifikasi nomor yang tertera pada tutup wadah. Percobaan ini melibatkan delapan gagak hutan dan dua wadah yang telah ditandai dengan simbol numerik pada tutupnya, masing-masing "dua" dan "lima." Kedua wadah tertutup itu ditempatkan dalam kandang di mana hanya wadah "lima" yang berisi makanan. Hasilnya, burung-burung gagak mampu mengambil kotak yang benar. Shoei Sugita, seorang profesor morfologi hewan, mengatakan temuan ini menunjukkan jika gagak memiliki kemampuan kognisi numerik yang sama dengan manusia.

Dalam serangkaian percobaan yang dilakukan di Utsunomiya University, burung itu berhasil memilih wadah yang menyimpan makanan dengan jumlah tertinggi. Burung itu berhasil mengidentifikasi nomor yang tertera pada tutup wadah. Percobaan ini melibatkan delapan gagak hutan dan dua wadah yang telah ditandai dengan simbol numerik pada tutupnya, masing-masing "dua" dan "lima." Kedua wadah tertutup itu ditempatkan dalam kandang di mana hanya wadah "lima" yang berisi makanan. Hasilnya, burung-burung gagak mampu mengambil kotak yang benar. Shoei Sugita, seorang profesor morfologi hewan, mengatakan temuan ini menunjukkan jika gagak memiliki kemampuan kognisi numerik yang sama dengan manusia.

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti Jepang mengatakan bahwa gagak memiliki kemampuan untuk membedakan simbol-simbol yang mewakili jumlah. Dalam serangkaian percobaan yang dilakukan di Utsunomiya University, burung itu berhasil memilih wadah yang menyimpan makanan dengan jumlah tertinggi. Burung itu berhasil mengidentifikasi nomor yang tertera pada tutup wadah. Percobaan ini melibatkan delapan gagak hutan dan dua wadah yang telah ditandai dengan simbol numerik pada tutupnya, masing-masing "dua" dan "lima." Kedua wadah tertutup itu ditempatkan dalam kandang di mana hanya wadah "lima" yang berisi makanan. Hasilnya, burung-burung gagak mampu mengambil kotak yang benar. Shoei Sugita, seorang profesor morfologi hewan, mengatakan temuan ini menunjukkan jika gagak memiliki kemampuan kognisi numerik yang sama dengan manusia.

Tuesday, 23 October 2012

Hukum Hari Raya tepat Hari Jumat

Berikut adalah fatwa Lajnah Daimah tentang peristiwa hari raya yang bertepatan dengan hari jumat. Fatwa no. 21160 diterbitkan tanggal 8 Dzulqa’dah 1420 H.

Alhamdulillah wahdah, was shalatu was salamu ‘ala man laa nabiyya ba’dah, amma ba’du,

Terdapat banyak pertanyaan terkait peritiwa hari raya yang bertepatan dengan hari jumat. Baik idul fitri maupun idul adha. Apakah jumatan tetap wajib dilaksanakan bagi mereka yang telah melaksanakan shalat id? Bolehkah mengumandangkan adzan di masjid yang diadakan shalat dzuhur? Dan beberapa pertanyaan terkait lainnya. Untuk itu, Lajnah Daimah menerbitkan fatwa berikut: Dalam permasalahan ini, ada beberapa hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dana keterangan sahabat yang menjelaskan hal itu. Diantaranya:

Pertama, hadis Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu, bahwa Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepadanya: “Apakah anda pernah mengikuti hari raya yang bertepatan dengan hari jumat di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?” “Lalu apa yang beliau lakukan?” Jawab Zaid:

صلى العيد ثم رخص في الجمعة، فقال: من شاء أن يصلي فليصل

“Beliau shalat id, dan memberi keringanan untuk tidak shalat jumat. Beliau berpesan: ‘Siapa yang ingin shalat jumat, hendaknya dia shalat.’” (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasai, ibn Majah, Ad-Darimi).

Kedua, hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قد اجتمع في يومكم هذا عيدان، فمن شاء أجزأه من الجمعة، وإنا مجمعون

“Pada hari ini terkumpul dua hari raya (jumat dan id). Siapa yang ingin shalat hari raya, boleh baginya untuk tidak jumatan. Namun kami tetap melaksanakan jumatan.” (HR. Abu Daud, Ibn Majah, Ibnul Jarud, Baihaqi, dan Hakim).

Ketiga, hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan:

اجتمع عيدان على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فصلى بالناس ثم قال: من شاء أن يأتي الجمعة فليأتها ومن شاء أن يتخلف فليتخلف

Pernah terkumpul dua hari raya dalam sehari di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau mengimami shalat id, dan berkhutbah: “Siapa yang ingin jumatan, silahkan datang jumatan. Siapa yang ingin tidak hadir jumatan, boleh tidak hadir.” (HR. Ibn Majah).

Sementara dalam riwayat At-Thabrani di Al-Mu’jam Al-Kabir, dinyatakan bahwa Ibnu Umar menceritakan:

اجتمع عيدان على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم: يوم فطر وجمعة، فصلى بهم رسول الله صلى الله عليه وسلم العيد، ثم أقبل عليهم بوجهه فقال: يا أيها الناس إنكم قد أصبتم خيراً وأجراً وإنا مجمعون، ومن أراد أن يجمع معنا فليجمع، ومن أراد أن يرجع إلى أهله فليرجع

“Pernah terkumpul dua hari raya dalam sehari di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, idul fitri dan hari jumat. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami shalat id, lalu berkhutbah di hadapan para sahabat: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah mendapatkan kebaikan dan pahala, namun kami akan tetap melaksanakan jumatan. Siapa yang ingin ikut jumatan bersama kami, silahkan ikut. Siapa yang ingin pulang ke keluarganya, silahkan pulang.”

Keempat, hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اجتمع عيدان في يومكم هذا فمن شاء أجزأه من الجمعة وإنا مجمعون إن شاء الله

“Terkumpul dua hari raya pada hari ini. Siapa yang ingin shalat id, maka boleh baginya untuk tidak ikut jumatan. Dan kami akan tetap melaksanakan jumatan, insyaaAllah.” (HR. Ibn Majah, kata Al-Bushiri: Sanadnya shahih dan perawinya tsiqat).

Kelima, riwayat dari Atha bin Abi Rabah, beliau menceritakan:

“Abdullah bin Zubair pernah mengimami kami shalat id pada hari jumat di pagi hari. Kemudian (si siang hari) kami berangkat jumatan. Namun Abdullah bin Zubair tidak keluar untuk mengimami jumatan, sehingga kami shalat (dzuhur) sendiri-sendiri. Ketika itu, Ibnu Abbas sedang di Thaif. Ketika kami datang ke Thaif, kami ceritakan kejadian ini dan beliau mengatakan, ‘Dia (Ibn Zubair) sesuai sunah.’” (HR. Abu Daud). 

Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah terdapat tambahan, bahwa Ibnu Zubair mengatakan:

رأيت عمر بن الخطاب إذا اجتمع عيدان صنع مثل هذا

“Saya melihat Umar bin Khatab, ketika ada dua hari raya yang bersamaan, beliau melakukan seperti itu.”

Keenam, riwayat dari Abu Ubaid, bekas budak Ibnu Azhar, bahwa beliau pernah mengalami kejadian berkumpulnya dua hari raya di zaman Utsman bin Affan. Ketika itu hari jumat. Kemudian beliau shalat hari raya, lalu berkhutbah:

يا أيها الناس إن هذا يوم قد اجتمع لكم فيه عيدان، فمن أحب أن ينتظر الجمعة من أهل العوالي فلينتظر، ومن أحب أن يرجع فقد أذنت له

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya pada hari ini terkumpul dua hari raya. Siapa diantara penduduk pedalaman yang ingin menunggu jumatan maka hendaknya dia menunggu (tidak pulang). Dan siapa yang ingin pulang, aku izinkan dia untuk pulang.” (HR. Bukhari dan Malik dalam Al-Muwatha’)

Ketujuh, dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa terkumpul dua hari raya di hari jumat, beliau berkhutbah setelah shalat id:

من أراد أن يجمع فليجمع، ومن أراد أن يجلس فليجلس

“Siapa yang ingin menghadiri jumatan, silahkan datang. Siapa yang ingin tetap di rumah, silahkan duduk di rumahnya (tidak berangkat jumatan).” (HR. Ibn Abi Syaibah dan Abdur Razaq).

Berdasarkan beberapa hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, keterangan dan praktek sejumlah sahabat radhiyallahu ‘anhum, serta pendapat yang dianut oleh mayoritas ulama, maka Lajnah Daimah memutuskan hukum berikut:
  • Orang yang telah menghadiri shalat id, mendapat keringanan untuk tidak menghadiri jumatan. Dan dia wajib shalat dzuhur setelah masuk waktu dzuhur. Akan tetapi jika dia tidak mengambil keringanan, dan ikut shalat jumat maka itu lebih utama.
  • Orang yang tidak menghadiri shalat id maka tidak termasuk yang mendapatkan keringanan ini. Karena itu, kewajiban jumatan tidak gugur baginya, sehingga dia wajib berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat jumat. Jika di masjid tempatnya tidak ada shalat jumat maka dia shalat dzuhur.
  • Wajib bagi takmir masjid atau petugas jumatan untuk mengadakan jumatan di masjidnya, untuk menyediakan sarana bagi mereka yang tidak shalat id atau orang yang ingin melaksanakan jumatan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam khutbahnya: “Namun kami tetap melaksanakan jumatan” sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis di atas.
  • Orang yang shalat id dan mengambil keringanan untuk tidak jumatan, dia wajib shalat dzuhur setelah masuk waktu dzuhur.
  • Tidak disyariatkan mengumandangkan adzan di hari itu, kecuali adzan di masjid yang diadakan shalat jumat. Karena itu, tidak disyariatkan melakukan adzan dzuhur di hari itu.
  • Pendapat yang menyatakan bahwa orang yang shalat id maka gugur kewajibannya untuk shalat jumat dan shalat dzuhur pada hari itu, adalah pendapat yang tidak benar. Oleh sebab itu, para ulama menghindari pendapat ini, dan menegaskan salahnya pendapat ini, karena bertentangan dengan ajaran dan menganggap ada kewajiban yang gugur tanpa dalil.

Allahu a’lam, wa shallallahu ‘ala nabiyyina muhammadin wa aalihii wa shahbihii wa sallam.[sumber]

Monday, 22 October 2012

8 Macam Puasa Sunnah

Pada kesempatan kali ini, Rumaysho.com mencoba mengangkat pembahasan puasa sunnah yang bisa diamalkan sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga bermanfaat. Sungguh, puasa adalah amalan yang sangat utama. Di antara ganjaran puasa disebutkan dalam hadits berikut,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi” (HR. Muslim no. 1151).

Adapun puasa sunnah adalah amalan yang dapat melengkapi kekurangan amalan wajib. Selain itu pula puasa sunnah dapat meningkatkan derajat seseorang menjadi wali Allah yang terdepan (as saabiqun al muqorrobun). Lewat amalan sunnah inilah seseorang akan mudah mendapatkan cinta Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi,
وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ

“Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya” (HR. Bukhari no. 2506).

Puasa Senin Kamis

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 747. Shahih dilihat dari jalur lainnya).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Shahih)

Puasa Tiga Hari Setiap Bulan Hijriyah
Dianjurkan berpuasa tiga hari setiap bulannya, pada hari apa saja.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati:  berpuasa tiga hari setiap bulannya,  mengerjakan shalat Dhuha,  mengerjakan shalat witir sebelum tidur.”( HR. Bukhari no. 1178)

Mu’adzah bertanya pada ‘Aisyah,
أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَتْ نَعَمْ. قُلْتُ مِنْ أَيِّهِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ كَانَ لاَ يُبَالِى مِنْ أَيِّهِ صَامَ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

“Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau).” (HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. Shahih)

Namun, hari yang utama untuk berpuasa adalah pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah yang dikenal dengan ayyamul biid. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.” (HR. An Nasai no. 2345. Hasan).

Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

“Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2424. Hasan)

Puasa Daud

Cara melakukan puasa Daud adalah sehari berpuasa dan sehari tidak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أحَبُّ الصِّيَامِ إلى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ، وَأحَبُّ الصَّلاةِ إِلَى اللهِ صَلاةُ دَاوُدَ: كَانَ يَنَامُ نِصْفَ الليل، وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَكَانَ يُفْطِرُ يَوْمًا وَيَصُوْمُ يَوْمًا

“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)

Dari 'Abdullah bin 'Amru radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
أُخْبِرَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَنِّى أَقُولُ وَاللَّهِ لأَصُومَنَّ النَّهَارَ وَلأَقُومَنَّ اللَّيْلَ مَا عِشْتُ . فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « أَنْتَ الَّذِى تَقُولُ وَاللَّهِ لأَصُومَنَّ النَّهَارَ وَلأَقُومَنَّ اللَّيْلَ مَا عِشْتُ » قُلْتُ قَدْ قُلْتُهُ . قَالَ « إِنَّكَ لاَ تَسْتَطِيعُ ذَلِكَ ، فَصُمْ وَأَفْطِرْ ، وَقُمْ وَنَمْ ، وَصُمْ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ ، فَإِنَّ الْحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا ، وَذَلِكَ مِثْلُ صِيَامِ الدَّهْرِ » . فَقُلْتُ إِنِّى أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « فَصُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمَيْنِ » . قَالَ قُلْتُ إِنِّى أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ . قَالَ « فَصُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمًا ، وَذَلِكَ صِيَامُ دَاوُدَ ، وَهْوَ عَدْلُ الصِّيَامِ » . قُلْتُ إِنِّى أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « لاَ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ » .

Disampaikan kabar kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa aku berkata; "Demi Allah, sungguh aku akan berpuasa sepanjang hari dan sungguh aku akan shalat malam sepanjang hidupku." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadanya ('Abdullah bin 'Amru): "Benarkah kamu yang berkata; "Sungguh aku akan berpuasa sepanjang hari dan sungguh aku pasti akan shalat malam sepanjang hidupku?". Kujawab; "Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, sungguh aku memang telah mengatakannya". Maka Beliau berkata: "Sungguh kamu pasti tidak akan sanggup melaksanakannya. Akan tetapi berpuasalah dan berbukalah, shalat malam dan tidurlah dan berpuasalah selama tiga hari dalam setiap bulan karena setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa dan itu seperti puasa sepanjang tahun." Aku katakan; "Sungguh aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah". Beliau berkata: "Kalau begitu puasalah sehari dan berbukalah selama dua hari". Aku katakan lagi: "Sungguh aku mampu yang lebih dari itu". Beliau berkata: "Kalau begitu puasalah sehari dan berbukalah sehari, yang demikian itu adalah puasa Nabi Allah Daud 'alaihi salam yang merupakan puasa yang paling utama". Aku katakan lagi: "Sungguh aku mampu yang lebih dari itu". Maka beliau bersabda: "Tidak ada puasa yang lebih utama dari itu". (HR. Bukhari no. 3418 dan Muslim no. 1159)

Ibnu Hazm mengatakan, “Hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari melakukan puasa lebih dari puasa Daud yaitu sehari puasa sehari tidak.”

Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan, “Puasa seperti puasa Daud, sehari berpuasa sehari tidak adalah lebih afdhol dari puasa yang dilakukan terus menerus (setiap harinya).”

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Puasa Daud sebaiknya hanya dilakukan oleh orang yang mampu dan tidak merasa sulit ketika melakukannya. Jangan sampai ia melakukan puasa ini sampai membuatnya meninggalkan amalan yang disyari’atkan lainnya. Begitu pula jangan sampai puasa ini membuatnya terhalangi untuk belajar ilmu agama. Karena ingat, di samping puasa ini masih ada ibadah lainnya yang mesti dilakukan. Jika banyak melakukan puasa malah membuat jadi lemas, maka sudah sepantasnya tidak memperbanyak puasa. ... Wallahul Muwaffiq."

Puasa di Bulan Sya’ban


‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156).

Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR. Muslim no. 1156)

Yang dimaksud di sini adalah berpuasa pada mayoritas harinya (bukan seluruh harinya[) sebagaimana diterangkan oleh Az Zain ibnul Munir.[ Para ulama berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib.

Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164)

Puasa di Awal Dzulhijah
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».

"Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun." (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968. Shahih). 

Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut bisa shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan amalan sholih lainnya. Di antara amalan yang dianjurkan di awal Dzulhijah adalah amalan puasa.

Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya0], ...” (HR. Abu Daud no. 2437. Shahih).

Puasa ‘Arofah
Puasa ‘Arofah ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Abu Qotadah Al Anshoriy berkata,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa ‘Arofah? Beliau menjawab, ”Puasa ‘Arofah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162). 

Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa ‘Arofah. Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَفْطَرَ بِعَرَفَةَ وَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ أُمُّ الْفَضْلِ بِلَبَنٍ فَشَرِبَ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya.” (HR. Tirmidzi no. 750. Hasan shahih).

Puasa ‘Asyura


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah - Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163). 

An Nawawi -rahimahullah- menjelaskan, “Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram.”

Keutamaan puasa ‘Asyura sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Qotadah di atas. Puasa ‘Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertekad  di akhir umurnya untuk melaksanakan puasa ‘Asyura tidak bersendirian, namun diikutsertakan dengan puasa pada hari sebelumnya (9 Muharram). Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa ‘Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ - إِنْ شَاءَ اللَّهُ - صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ». قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan, “Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134).

Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah
Pertama: Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ». فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ». ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ « أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ.

“Pada suatu hari, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya, "Apakah kamu mempunyai makanan?" Kami menjawab, "Tidak ada." Beliau berkata, "Kalau begitu, saya akan berpuasa." Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, "Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju)." Maka beliau pun berkata, "Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa." (HR. Muslim no. 1154). An Nawawi memberi judul dalam Shahih Muslim, “Bab: Bolehnya melakukan puasa sunnah dengan niat di siang hari sebelum waktu zawal (bergesernya matahari ke barat) dan bolehnya membatalkan puasa sunnah meskipun tanpa udzur. ”

Kedua: Boleh menyempurnakan atau membatalkan puasa sunnah. Dalilnya adalah hadits ‘Aisyah diatas. Puasa sunnah merupakan pilihan bagi seseorang ketika ia ingin memulainya, begitu pula ketika ia ingin meneruskan puasanya. Inilah pendapat dari sekelompok sahabat, pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya. Akan tetapi mereka semua, termasuk juga Imam Asy Syafi’i bersepakat bahwa disunnahkan untuk tetap menyempurnakan puasa tersebut.

Ketiga: Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya bersamanya kecuali dengan seizin suaminya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَصُومُ الْمَرْأَةُ وَبَعْلُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada kecuali dengan seizinnya.” (HR. Bukhari no. 5192 dan Muslim no. 1026)

An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah puasa sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu. Larangan yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah larangan haram, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama Syafi’iyah. Sebab pengharaman tersebut karena suami memiliki hak untuk bersenang-senang dengan istrinya setiap harinya. Hak suami ini wajib ditunaikan dengan segera oleh istri. Dan tidak bisa hak tersebut terhalang dipenuhi gara-gara si istri melakukan puasa sunnah atau puasa wajib yang sebenarnya bisa diakhirkan.” Beliau rahimahullah menjelaskan pula, “Adapun jika si suami bersafar, maka si istri boleh berpuasa. Karena ketika suami tidak ada di sisi istri, ia tidak mungkin bisa bersenang-senang dengannya.”

Semoga Allah beri taufik untuk beramal sholih.[source]

Tuesday, 16 October 2012

Amalan sebelum dan saat Idul Adha


Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan segenap sahabatnya. 

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari rahimahullah,dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada hari di mana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu: sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah." Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?". Beliau menjawab, "Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apa pun." 

Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid." 

Macam-macam Amalan yang Disyari'atkan 
1. Melaksanakan ibadah haji dan umrah. Amal ini adalah yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain; sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga." 

2. Berpuasa selama hari-hari tersebut, atau pada sebagiannya terutama pada hari Arafah. Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadits qudsi, artinya: Allah subhanahu wata'ala berfirman, "Puasa itu adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku." 

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah, melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun." [Hadits Muttafaq 'Alaih]. 

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Berpuasa pada hari Arafah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya." 

3. Takbir dan dzikir pada hari-hari tersebut. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala, "... dan agar mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan..." [Surah Al-Hajj : 28]. 

Para ahli tafsirmenafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzul-hijjah. Karena itu, para ulama meng-anjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid." [HR. Ahmad]. 

Imam Al-Bukhari rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan dari fuqaha' tabi'in bahwa pada hari-hari ini mengucapkan: 

"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah." 

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala 

"Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu..." [Al-Baqarah: 185]. 

Tidak dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul pada suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara (koor). Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para salaf. Yang menurut sunnah adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada semua dzikir dan do'a, kecuali karena tidak mengerti sehingga harus belajar dengan mengikuti orang lain. 

Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti: takbir, tasbih dan do'a-do'a lainnya yang disyariatkan. 

4. Taubat serta meninggalkan segala maksiat dan dosa, sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. 
Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan ketaatan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya. 

Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallau 'anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,"Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya." [Hadits Muttafaq 'Alaih]. 

5. Banyak beramal shalih, berupa ibadah sunnah seperti: shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an, amar ma'ruf-nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipatgandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, bahkan sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihadnya orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya. 

6. Disyariatkan pada hari-hari itu takbir muthlaq, yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama'ah; bagi selain jama'ah haji dimulai dari sejak Zhuhur hari raya Qurban terus berlang-sung hingga shalat Ashar pada akhir hari Tasyriq. 

7. Berkurban pada hari raya Qurban dan hari-hari tasyriq. Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim 'alaihi salam yakni ketika Allah menebus putranya dengan sembelihan yang agung. 

9. Melaksanakan shalat Idul Adha dan mendengarkan khutbahnya. Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti: nyanyian, judi, mabuk dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapus-nya amal kebajikan yang dilakukannya selama sepuluh hari. 

10. Mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya. 

Semoga Allah melimpahkan taufiq-Nya dan menunjuki kita kepada jalan yang lurus. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. (Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin) 

QURBAN
Qurban adalah penyembelihan hewan ternak yang dilaksanakan atas perintah Allah pada hari-hari raya Idul Adha.

Definisi
Dalam bahasa Arab, Udhhiyyah. Idhhiyyah, Dhahiyyah, Dhihiyyah, Adhhat, Idhhat dan Dhahiyyah, berarti hewan yang disembelih dengan tujuan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah pada hari Idul Adha sampai akhir hari-hari tasyriq, kata-kata tersebut diambil dari kata dhahwah. Disebut demikian karena awal waktu pelaksanaan yaitu dhuha (Lisanul Arab 19:211, Mu'jam Al-Wasith 1:537) 
.
Hukum berqurban
Allah subhanahu wata'la mensyariatkan berqurban dalam firman-Nya, "Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah." (QS.108: 2), "Dan kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi'ar Allah." (QS 22: 36).

Hukum qurban adalah sunnah muakkadah bagi yang mampu, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. [Hadits Muttafaq 'Alaih] 

Adapun orang yang menghukumi wajib dengan dasar hadits, "Siapa yang memiliki kemampuan namun tidak berkurban, maka jangan sekali-kali mendekati masjidku." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Hadits ini derajatnya dha'if (lemah) dan tidak bisa dijadikan hujjah, karena ada perawinya yang dha'if yaitu Abdullah bin Iyasy sebagaimana diterangkan oleh Abu Daud, An-Nasa'i dan Ibnu Hazm (Ibnu Majah 2: 1044, Al-Muhalla 8:7).

Imam Asy-Syafi'i rahimahullah berkata, "Andaikata berkurban itu wajib, maka tidaklah cukup bagi satu rumah kecuali setiap orang mengurbankan seekor kambing atau setiap tujuh orang mengorbankan seekor sapi, akan tetapi karena hukumnya tidak wajib maka cukuplah bagi seorang yang mau berkurban untuk menyebutkan nama keluarga pada kurbannya. Dan jika tidak menyebutkannya tidak berarti meninggalkan kewajiban." (Al-Umm 2: 189).

Para sahabat kami berkata, "Andaikan kurban itu wajib maka (kewajiban itu) tidak gugur meskipun waktunya telah lewat, kecuali dengan diganti (ditebus) seperti shalat berjamaah dan kewajiban lainnya. Para ulama madzhab Hanafi juga sepakat dengan kami (madzhab Syafi'i) bahwa kurban hukumnya tidak wajib." (Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab: 8: 301)

Hewan yang dikurbankan
Hewan yang akan dikurbankan hendaklah diperhatikan umurnya, yaitu: Unta 5 tahun, sapi 2 tahun, kambing 1 tahun atau hampir 1 tahun. Ulama madzhab Maliki dan Hanafi membolehkan kambing yang telah berumur 6 bulan asal gemuk dan sehat (Al-Mughni: 9:439, Ahkamu Adz-Dzabaih oleh Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris: 132).

Hewan yang dikurbankan adalah unta, sapi dan kambing karena firman Allah subhanahu wata'ala, 

"Supaya mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka." (Al-Hajj: 34) 

Hewan itu harus sehat tidak memiliki cacat, sebab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Empat cacat yang tidak mencukupi dalam berqurban: Buta yang jelas, sakit yang nyata, pincang yang sampai kelihatan tulang rusuknya dan lumpuh/kurus yang tidak kunjung sembuh."(HR.At-Tirmidzi)

Waktu Penyembelihan
Setelah shalat Idul Adha usai, maka penyembelihan baru diizinkan dan berakhir saat tenggelam matahari hari tasyriq (13 Dzulhijjah){Ibnu Katsir, 3/301}, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Siapa yang menyembelih sebelum shalat (Ied) maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri." (Disepakati oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim).

Anjuran (Sunnah) dalam berkurban: 
Menajamkan pisau
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala mewajibkan berbuat baik pada segala sesuatu, maka jika kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik, jika kalian menyembelih sembelihlah dengan cara yang baik, haruslah seseorang mengasah mata pedangnya dan membuat nyaman hewan sembelihannya." (HR. Al-Jamaah kecuali Al-Bukhari). 

Menyembunyikan pisau dari pandangan binatang
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh agar mempertajam pisau dan menyembunyikan dari pandangan hewan (yang akan disembelih). 

Tidak membaringkan hewan sebelum siap alat dan sebagainya
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma menceritakan bahwa seseorang membaringkan kambing sedang dia masih mengasah pedangnya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, artinya: "Apakah anda akan membunuhnya berkali-kali? Mengapa tidak anda asah pedang anda sebelum anda membaringkannya." (HR. Al-Hakim). 

Menjauhkan atau menutupi
penyembelihan dari hewan-hewan yang lain,  sebab hal ini termasuk menyakiti dan menjauhkan rahmat. Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu  pernah memukul orang yang melakukannya. (Mughni Al-Muhtaj: 4/272) 

Memberi minum atau memperlakukannya sebaik-baiknya
Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu melihat orang menyeret hewan kurban pada kakinya ia berkata: "Celaka kalian! tuntunlah ia menuju kematian dengan cara yang baik." (Al-Halal wal Haram: 58)

Penyembelihan Kurban
Disunnahkan bagi yang bisa menyembelih agar menyembelih sendiri. Adapun do'a yang dibaca saat menyembelih adalah: Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika menyembelih kurban seekor kambing, beliau membaca: "Bismillah wallahu Akbar, Ya Allah ini dariku dan dari orang yang tidak bisa berkurban dari umatku." (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi). Sedang orang yang tidak bisa menyembelih sendiri hendaklah menyaksikan dan menghadirinya.

Pembagian Kurban
Allah berfirman, 

"Maka makanlah sebagiannya (dan sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang sengsara lagi fakir." (Al-Hajj: 28)

"Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta." (Al-Hajj: 36).

Sebagian kaum salaf lebih menyukai membagi kurban menjadi tiga bagian: Sepertiga untuk diri sendiri, sepertiga untuk hadiah orang-orang mampu dan sepertiga lagi shadaqah untuk fuqara. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/300).

Anjuran bagi orang yang berkurban
Bila seseorang ingin berkurban dan memasuki bulan Dzulhijjah maka baginya agar tidak memotong/mengambil rambut, kuku atau kulitnya sampai dia menyembelih hewannya. Dalam hadits Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika kamu melihat hilal bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya." Dalam riwayat lain: "Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban." 

Hal ini, mungkin untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah, 

"...dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihannya ..."[Al-Baqarah: 196].

Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk isteri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok. Jika seseorang niat berkurban pada pertengahan hari-hari sepuluh itu maka dia menahan hal itu sejak saat niatnya, dan dia tidak berdosa terhadap hal-hal yang terjadi pada saat-saat sebelum niat. Bagi anggota keluarga orang yang akan berkurban tersebut dibolehkan memotong rambut dari tubuh, kuku atau kulit mereka (sebab larangan ini hanya ditujukan bagi yang berkurban), sehingga bila ada kepentingan kesehatan maka boleh memotong. 

Hikmah Kurban
Menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim 'alaihissalam yang taat dan tegar melaksanakan kurban atas perintah Allah meskipun harus kehilangan putra satu-satunya yang didambakan (QS. Ash-Shaff: 102-107)

Menegakkan syiar Dinul Islam dengan merayakan Idul Adha secara bersamaan dan tolong menolong dalam kebaikan (QS. 22: 36)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan, minum dan dzikir kepada Allah Azza wa Jalla." (HR. Muslim dalam Mukhtashar No. 623)

Bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya, maka mengalirkan darah hewan kurban ini termasuk syukur dan ketaatan dengan satu bentuk taqarrub yang khusus. Allah berfirman, 

"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka, maka Ilahmu ialah Ilah Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS. 22: 34)

Di hari-hari itu juga sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal shalih, kebaikan dan kemasyarakatan, seperti bersilaturahmi, berkunjung sanak kerabat, menjaga diri dari rasa iri, dengki, kesal maupun amarah, hendaklah menjaga kebersihan hati, menyantuni fakir miskin, anak yatim, orang-orang yang terlilit kekurangan dan kesulitan.

Namun bagi orang yang akan berkurban tidak harus meniru orang yang sedang ihram sampai tidak memakai minyak wangi, bersetubuh, bercumbu (suami istri), melangsungkan akad nikah, berburu binatang dll. Sebab yang demikian itu tidak ada tuntunan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Namun hendaklah kita menegakkan syiar agama Allah ini dengan amal shalih, amar ma'ruf dan nahi munkar dengan cara yang penuh hikmah, hendaklah setiap kita menggunakan kemampuan, keahlian, kedudukan dan segala nikmat Allah dengan sesungguhnya sebagai realisasi bersyukur dalam menegakkan ajaran dan syiar Dienullah Islam. 

Semoga Allah subhanahu wata'ala senantiasa membimbing kita kepada cinta dan keridhaan-Nya. Amin.

(Ahkamudz Dzaba'ih, Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Min Ahkamil Udhiyyah, Syaikh Al-Utsaimin).

Wednesday, 3 October 2012

Manusia yang beribadah hingga 500 tahun [Kisah]

Dari Jabir r.a. berkata bahawa Rasulullah s.a.w. telah memberitahu kami bahwa Malaikat Jibrail telah memberitahu Rasulullah s.a.w katanya:

”Wahai muhammad demi Allah yang mengutusmu sebagai nabi yang besar, sesungguhnya ada seorang hamba Allah yang beribadah selama 500 tahun diatas sebuah bukit yang luas, panjangnya bukit itu 30 puluh hasta kali 30 hasta dan disekelilingnya ialah air laut yang seluas 4,000 farsakh dari tiap penjuru. Dan di situ Allah s.w.t mengeluarkan air selebar satu jari dan dari bawah bukit dan Allah s.w.t juga telah menghidupkan satu pohon delima yang setiap hari mengeluarkan sebiji buah delima. Apabila tiba waktu sore hamba Allah itu pun memetik buah delima itu dan memakannya, setelah itu ia pun shalat. Dalam shalatnya ia telah meminta kepada Allah s.w.t. supaya mematikannya ketika ia dalam sujud, agar tubuhnya tidak disentuh oleh Bumi atau apa-apa saja hingga tiba hari kebangkitan. Maka Allah s.w.t. pun menerima permintaanya.

Berkatalah malaikat lagi: ”Oleh itu setiap kali kami naik turun dari langit kami melihatnya sedang sujud, kami diberitahu bahwa ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan dihadapkan kepada Allah s.w.t.

Lalu Allah s.w.t. menyuruh Malaikat: ”masukkanlah hambaku itu ke dalam syurga dengan limpahan rahmat-Ku”.

maka berkata orang itu: ”Dengan disebabkan amalku?”

Maka Allah s.w.t. menyuruh malaikat menghitung semua amalnya dengan nikmat yang Allah s.w.t. berikan. Apabila penghitungan dilakukan maka amal yang dilakukan oleh orang itu selama 500 tahun itu telah habis saat dihitung dengan sebelah mata, yakni nikmat pengelihatan yang Allah s.w.t. berikan padanya, sedangkan nikmat-nikmat lain belum dihitung.

Maka Allah s.w.t. berfirman: ”Masukkan ia kedalam neraka”.

Saat ia ditarik ke neraka maka ia pun berkata: ”Ya Allah, masukkanlah aku ke dalam syurga dengan rahmat-Mu.”
Lalu Allah s.w.t. berfirman kepada malaikat: ”Bawakan ia ke sini”.

Kemudian Allah s.w.t. bertanya orang itu: ”Siapakah yang menjadikan kamu dari tidak ada”

Lalu orang itu menjawab: ”Engkau ya Allah”.
Kemudian Allah s.w.t. bertanya lagi: ”Apakah itu karena amalmu atau rahmat-Ku?”

Jawab orang itu: ”Ya Allah, dengan rahmat-Mu.”

Allah s.w.t. bertanya lagi: ”Siaapakah yang memberikan kekuatan hingga 500 tahun kamu beribadah?”.

Jawab orang itu: ”Engkau ya Allah”.

Allah s.w.t. bertanya lagi: ”Siapakah yang menempatkan kamu diatas bukit yang di tengah-tengah lautan, dan siapakah yang mengeluarkan air tawar yang bersih dari tengah-tengah lautan yang airnya sangat masin dan siapakah yang menumbuhkan sebuah pohon delima yang mengeluarkan sebiji delima setiap hari, padahal buah itu hanya berbuah setahun sekali lalu kamu meminta supaya aku matikan kamu dalam sujud, jadi siapakah yang membuat semua itu?”

Lalu orang itu berkata: ”Ya Allah, ya Tuhanku engkaulah yang melakukanya.”
Allah s.w.t. berfirman: ”Maka semua itu adalah dengan rahmat-Kku dan kini aku masukkan kamu ke dalam syurga bersama dengan rahmatKu.”

Malaikat Jibrail berkata: ”Segala sesuatu itu terjadi hanya dengan rahmat Allah s.w.t.”

Amal yang dilakukan oleh seseorang itu tidak akan dapat menyamai walaupun setitik debu sekalipun dengan nikmat yang Allah s.w.t. berikan pada hambanya, oleh itu janganlah mengharapkan amal kita itu akan dapat memasukkan kita ke dalam syurga Allah s.w.t. sebaliknya memohonlah dengan rahmatnya.

Sebab hanya dengan rahmat Allah s.w.t. sajalah seseorang itu dapat memasuki syurganya. Apabila kita memohon kepada Allah s.w.t. supaya dimasukkan ke dalam syurga dengan rahmatnya maka mintalah supaya Allah s.w.t. memasukkan kita dengan rahmatnya ke dalam syurga FIRDAUS. Insya’Allah.

Tuesday, 2 October 2012

[Doa] Agar Diri Lebih disayangi

Sesungguhnya kasih kepada manusia dan diri sendiri tidak boleh melebihi kasih kepada Allah dan Rasul-Nya. Untuk memperoleh kasih manusia serta memperolehi kebahagian yang hakiki, perlu dicari terlebih dahulu kasih Allah dan Rasul-Nya dengan melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang dilarang. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutlah aku (Muhammad s.a.w), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surah Ali-Imran 3:31)

Berikut adalah amalannya, InsyaAllah dengan ijinan Allah Ta’ala:

Hendaklah membaca ayat berikut, kemudian tiupkan dikening orang yang kita sayangi (anak atau isteri). Niatkan dan doakan didalam hati semoga Allah SWT mengkaruniakan kasih sayang-Nya kepada kita dan orang yang kita sayangi dengan keberkatan ayat Al-Quran ini.


“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa kekuatan itu adalah milik Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”(Surah Al-Baqarah 2:165)

Amalkan ini, InsyaAllah semoga apa yang diinginkan akan diperkenankan oleh Allah Ta’ala, karena ayat-ayat Allah ini adalah penawar, sesungguhnya sebaik-baik penawar kepada penyakit ialah ayat-ayat suci Al Quran. Sudah tentu juga, sebaik-baik penyembuh ialah Allah SWT. Di dalam kitab Al-’Ilaj Bir-Ruqaa Min Al-Kitab Was-Sunnah, karangan said Ali Bin Wahf, menyatakan ijmak ulama membenarkan menggunakan ayat-ayat Al-Quran untuk perobatan dan sebagainya. Bahkan Allah jualah yang memberi manfaat atas segala sesuatu. Ayat yang di baca itu merupakan sebab dari sekian banyak sebab-sebab yang ditetapkan oleh Alah SWT.

Mukijizat Djikir terhadap Otak Manusia

Otak adalah aktivitas bio-elektrik yang melibatkan sekumpulan saraf yang berfungsi melakukan tugas-tugas tertentu untuk menjadikan ia berfungsi dengan sempurna. Setiap hari ada 14 juta saraf  yang terbentuk dalam otak yang berinteraksi dengan 16 juta saraf pada bagian tubuh yang lain. Semua aktivitas yang kita lakukan dan pemahaman atau ilmu yang kita peroleh adalah akibat dari aliran interaksi bio-elektrik yang tidak terbatas. Karenanya, bila seseorang itu berzikir dengan mengulangi kalimat-kalimat Allah seperti subhanallah, beberapa bagian otak yang terlibat menjadi aktif. Ini menyebabkan terjadinya aliran bio-elektrik di wilayah-wilayakh saraf otak tersebut.

Bila zikir itu berulang-ulang kali, aktivitas saraf menjadi bertambah aktif dan turut menambah tenaga bio-elektrik. Lama-kelamaan kumpulan saraf yang sangat aktif ini mempengaruhi kumpulan saraf yang lain untuk turut aktif bersama. Dengan demikian, otak menjadi aktif secara kesluruhan. Otak mulai memahami perkara baru, melihat dari perspektif berbeda dan semakin kreatif dan kritis, sedangkan sebelum berzikir tidak demikian. Otak yang segar dan cerdas secara tidak langsung mempengaruhi hati untuk melakukan kebaikan dan menerima kebenaran.

Hasil penelitian laboratorium yang dilakukan terhadap manusia seperti yang dipublikasikan dalam majalah Scientific American, edaran Disember, 1993. Satu penelitian yang dilakukan di Universitas Washington di mana ujian ini dilakukan melalui ujian imbasan PET yang mengukur kadar aktivitas otak manusia secara tidak sadar. Dalam penelitian ini, relawan diberikan satu lembar daftar benda-benda. Mereka diminta membaca daftar tersebut satu-persatu dan mengaitkan perkataan dengan katakerja yang berkaitan.

Apabila relawan melakukan tugas mereka, beberapa bagian berbeda otak menunjukkan peningkatan akitivitas saraf termasuk di bagian depan otak dan korteks. Menariknya, bila relawan mengulang membaca daftar perkataan yang sama berulang-ulang kali, aktivitas saraf otak menyebar kekawasan lain dan mengaktifkan kawasan saraf lain. Apabila daftar perkataan baru diberikan kepada mereka, aktiviti saraf kembali meningkat di kawasan pertama. Ini sekaligus membuktikan menurut pengetahuan bahwa perkataan yang diulang-ulang seperti perbuatan zikir terbukti meningkatkan kecerdasan otak dan menambah kemampuannya.

Oleh itu, saudara-saudara seIslam, ketika peneliti barat baru menemui mukjizat ini, kita umat Islam sebagai umat terpilih ini telah lama mengamalkannya dan menerima manfaatnya. Malang bagi mereka yang masih memandang remeh tentang kepentingan berzikir dan secara nyata mengabaikannya.

Monday, 1 October 2012

Kekeliruan dan Makna Sebenarnya dibalik Kata "Insya Allah"

Apabila seseorang berkeinginan sesuatu terhadap kita, apakah kita sudah terbiasa mengucapkan kalimat Insya Allah? Sebagai contoh, seorang sahabat kita bakal melangsungkan pernikahan dan menjemput kita, kita melafazkan kalimat Insya Allah, tetapi lafaz itu seolah-olah diragui oleh sahabat kita. Mengapa ini terjadi? Adakah lafaz ini bukan bermakna berjanji? Ikuti ulasan di bawah ini. Jika kita amati ayat-ayat Al-Qur’an, ternyata kalimat insya Allah telah digunakan oleh nabi-nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad Saw.

Saat Nabi Ibrahim menyampaikan perintah Allah untuk menyembelih Nabi Ismail, anak yang saleh ini berkata: “Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar.” (Qs Al-Saffat ayat 102).

Begitu juga ucapan Nabi Musa saat beliau berjanji kepada Nabi Khidir untuk patuh kepada semua arahannya sepanjang perjalanan menuntut ilmu. Nabi Musa berkata:

“Insya Allah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang bersabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun.” (Qs Al-Kahfi ayat 69).

Kalimat ini kemudiannya diwariskan kepada Nabi Muhammad Saw. Allah memerintahkan Beliau untuk selalu mengucapkan insya Allah setiapkali berjanji akan melakukan sesuatu di masa depan.

Allah berfirman: “Dan jangan sekali-kali engkau (Muhammad) mengatakan: ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini esok’, kecuali (dengan menyebut): insya Allah…” (Qs Al-Kahfi ayat 23-24)

Menurut Ibn Jarir Al-Tabari, ayat ini berisi pengajaran adab untuk Nabi Saw. Beliau dilarang untuk memastikan apa yang akan terjadi di masa  depan melainkan dengan menyandarkannya kepada kehendak Allah. Sebab segala sesuatu hanya bisa terjadi jika dikehendaki oleh Allah Swt. Ajaran ini tentu saja bukan hanya untuk Beliau saja. Akan tetapi, adab ini juga berlaku untuk seluruh umat Beliau hingga akhir zaman. Seorang mukmin yang menyadari hakikat dirinya sebagai hamba yang lemah tidak pernah berjanji melainkan dengan menyebut insya Allah.

Makna insya Allah

Jadi, kita bisa melihat bahwa kalimat insya Allah merupakan sunnah nabi-nabi terdahulu yang diwariskan kepada umat Nabi Muhammad Saw. Justru, kalimat ini bukan perkara ringan, malah mengandungi makna yang sangat penting untuk disedari. Secara harfiah, kalimat insya Allah bermakna “jika Allah menghendaki”. Ucapan ini melambangkan  kesadaran hamba akan hakikat dirinya yang serba kekurangan dan jahil. Sekaligus mengiktiraf kekuasaan Allah Swt yang Maha Kuasa dalam menentukan setiap yang berlaku di alam semesta ini.

Sepandai apapun seorang manusia, ia hanya boleh merencanakan dan berharap. Allah juga yang akan menentukan apakah rencana dan harapan itu bisa terlaksana atau tidak? Ucapan insya Allah ini mencerminkan pengakuan atas kelemahan diri dan ketergantungan kepada belas kasih kepada Tuhannya agar selalu membantu dalam setiap keinginan dan niat yang datang dari diri seorang hamba. Siapa yang selalu menyadari kelemahan dirinya, Allah akan selalu hadir dalam hidupnya. Dan siapa yang merasa dirinya serba cukup dan berkuasa atas segalanya, ia akan lupa diri dan berakhir seperti Firaun dan Namruz yang mengaku diri sebagai tuhan.

Imam al-Syafi‘i berkata: “Kelemahan adalah sifat manusia yang nyata. Barangsiapa yang selalu menyadari sifat ini, dia akan mampu beristiqamah dalam beribadah kepada Allah.”
Kekeliruan

Jelaslah, ucapan insya Allah sama sekali bukan alat untuk melepaskan tanggung jawab atau alasan untuk tidak menepati janji. Sebagai seorang muslim, janji adalah hutang yang harus kita tunaikan. Ucapan ini juga bukan kalimat alternatif untuk menolak secara halus permintaan pihak yang ingin kita jaga hatinya. Sebaliknya, insya Allah lebih sesuai difahami sebagai kata-kata jaminan bahwa janji yang telah terucap akan akan terlaksana dengan baik. Sebab siapa yang berjanji dengan niat sungguh-sungguh untuk melaksanakannya, sambil menyerahkan perkara itu kepada Allah, bantuan dari Allah akan datang untuk mewujudkan janji tersebut.

Dalam hadis Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw pernah bercerita: “Nabi Sulaiman bin Dawud berkata: ‘Malam ini aku akan mendatangi 90 orang isteri-isteriku. Setiap dari mereka pasti akan melahirkan seorang pejuang di jalan Allah.’

“Malaikat berkata kepadanya: ‘katakanlah insya Allah.’ Namun Nabi Sulaiman tidak mengucapkan kalimat ini. Akhirnya, tidak ada seorangpun daripada isteri-isterinya itu yang melahirkan anak. Hanya seorang isteri yang melahirkan, namun anak itu cacat dan tidak sempurna.”

Bersabda Nabi Saw: “Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai beliau mengucapkan: insya Allah, niscaya isteri-isterinya itu akan melahirkan anak-anak yang berjuang di jalan Allah.”

Berkata Ibn Battal Al-Maliki dalam Syarh Al-Bukhari: “Hadis ini mengandungi pengajaran bahwa barangsiapa yang mengucapkan insya Allah, sambil menyadari kelemahan dirinya dan meminta bantuan dari Allah, maka besar kemungkinan ia akan memperolehi apa yang diharapkannya.

Maka menjadi kewajiban kita merubah kekeliruan ini dengan memulainya dengan diri kita. Pastikan selalu kalimat insya Allah diucapkan setiapkali berjanji. Setelah itu berusahalah dengan semua upaya untuk menepati janji itu sambil meminta bantuan daripada Allah Swt. Jika semua ini kita lakukan, maka bantuan dari Allah akan sentiasa mengalir untuk kita. Kalau bukan kita yang merubah persepsi negatif tentang Islam dan kaum muslimin, maka siapa lagi? Wallahu a’lam.

Thursday, 20 September 2012

Fakta Seputar Haji

1. Thawaf (berputar mengelilingi Kabah) telah dilakukan umat sejak nabi-nabi sebelum Nabi Ibrahim. Thawaf meniru malaikat-malaikat yang mengelilingi Kabah nurani di surga. Thawaf sebagai ritual Haji ditafsirkan sebagai simbol penyatuan dengan gerak alami, seperti alam semesta yang bergerak dengan cara berputar.

2. Sa’I (berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah) dilakukan untuk mengenang istri Nabi Ibrahim, Hajar, sewaktu berjuang mencari air untuk bayi mereka yang kehausan, Ismail. Maknanya, sesungguhnya Allah menghargai setiap usaha manusia walau manusia merasa gagal.Hasil yang Dia berikan bisa datang dari arah yang tak terduga karena tidak ada usaha yang sia-sia di mata Allah.

3. Wukuf (berdiam diri di padang Arafah) untuk mengenang bertemunya kembali Nabi Adam dengan Siti Hawa setelah berpisah cukup lama di bumi. Adam dan Hawa diperintah Allah keluar dari Surga ke dunia karena melanggar perintahNya untuk tidak menyentuh buah khuldi.

4. Jumlah jamaah Haji total dari seluruh dunia setiap tahun selalu meningkat, tahun 2011 sebesar 2,5 juta jamaah dari seluruh dunia; 1,8 juta berasal dari luar Arab dan 800ribu berasal dari Arab.

5. Arab Saudi menyiapkan personel keamanan khusus untuk ibadah Haji sebanyak 63 ribu pasukan, 22 ribu diantaranya berasal dari sipil, dan 6000 kendaraan. Ada sekitar 20 ribu petugas kesehatan untuk membantu jamaah Haji.

6. Luas Masjidil Haram saat ini 365 ribu meter persegi. Direncanakan tahun 2020 diperluas menjadi 587.250 meter persegi. Jika di hari-hari biasa (selain musim haji) dapat menampung 900 ribu jamaah, maka di musim Haji dapat menampung hingga 2 juta-an jamaah. Saat ini sedang ditingkatkan kapasitasnya untuk dapat menampung hingga 4 juta jamaah.

7. Jumlah air zamzam yang dibagikan untuk jamaah Haji mencapai jutaan liter. Air  zamzam ini sudah ada sejak jaman Nabi Ibrahim.Hingga kini menjadi sumber air bersih utama di Mekkah dan belum pernah mengalami kekeringan.

8. Kabah dibangun pertama kali oleh Nabi Adam. Nabi Ibrahim menemukan kembali atas petunjuk Allah dan membangunnya ulang dibantu Nabi Ismail. Kini Kabah terbuat dari marmer dan granit. Pintunya terbuat dari 280 kg emas murni. Kelambu hitam yang menutupi (kiswah) terbuat dari sutra terbaik dan kaligrafinya disulam dari benang emas dan perak seberat 150 kg.

9. Kuota Haji untuk Indonesia setiap tahunnya adalah 211 ribu jamaah, 194 ribu jamaah Haji regular dan 17ribu jamaah Haji khusus. Indonesia merupakan Negara dengan jamaah Haji terbanyak.

10. Karena banyaknya yang mengantri haji, ada satu daerah di Indonesia yang calon jamaah Haji menunggu hingga 15 tahun, yaitu di Sulawesi Selatan.

Tuesday, 18 September 2012

Malaikat Tidak Masuk Ketempat yang miliki Patung & Anjing

Tak peduli dimanapun, kapanpun dan tempat kita memohon supaya sentiasa di beri perlindungan dan keberkatan oleh Allah yang Maha Esa, sama ada di rumah, pejabat, kenderan dan sebagainya. Ini kerana apabila sentiasa di bawah keberkatan Allah s.w.t, kita akan sentiasa dalam keadaan selamat dan sejahtera. Untuk mendapatkan keberkatan ini, Islam telah mengajar umat Islam untuk sentiasa membiasan diri berzikir, berdoa dan membaca al-Quran . Namun begitu terdapat sebuah hadis yang memberitakan bahwa sesebuah rumah tidak akan dimasuki oleh malaikat jika terdapat anjing dan patung. Abu Talhah al-Ansari, ia berkata:
"Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya ada anjing dan patung.".(Riwayat Muslim)

Menurut ulama, patung yang dimaksudkan ialah patung yang diletak atau digantung untuk tujuan perhiasan. Jika patung tersebut untuk dijadikan permainan maka ia dibolehkan. Perbuatan menggantung patung (berbentuk hewan atau manusia) adalah menyerupai perbuatan agama lain yang menjadikan patung ini sebagai objek sembahan dan alat tawasul untuk memohon permintaan. Oleh sebab itu, bagi mengelakkan melakukan unsur-unsur syirik dan juga menjadi penghalang bagi malaikat dan rahmat masuk kedalam sesebuah tempat (malaikat maut tetap masuk), maka semua patung-patung yang dijadikan perhiasan tersebut perlu dibuang atau menjadi alat permainan saja.

Pada masa kini, kita dapati banyak patung sama ada kecil ataupun besar yang di letak dan di gantung untuk tujuan perhiasan seperti di dalam rumah dan meja pejabat dan sebagainya. Berbagai istilah dan nama yang diberikan kepada patung-patung ini, seperti bear, hello kitti, dan seumpamanya. Begitu juga tidak ketinggalan, patung-patung ini di gantung di cermin-cermin kereta sebagai perhiasan, yang beranggapan kereta lebih  menarik dan anggun. Tetapi sadarkah kita, jika merujuk hadist di atas, malaikat rahmat tidak akan masuk kereta, sebaliknya syaitan yang mengambil tempat malaikat tersebut. Wallahu a’lam.

Monday, 17 September 2012

Janji Allah kepada Orang Beriman

Alquran terdapat sekian banyak janji mulia dan istimewa yang ditawarkan kepada orang-orang yang memiliki keimanan, baik janji-janji di dunia maupun janji-janji di akhirat. Janji-janji akhirat yang diberikan bagi mereka yang beriman tidak terhitung jumlahnya dalam kitab suci itu karena amat banyak. Adapun janji-janji di dunia yang disebut secara terang-terangan (eksplisit), setidak-tidaknya ada sepuluh macam. Berikut ini adalah sepuluh janji di dunia itu.

Allah SWT berjanji akan menolong orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah SWT, 
"... Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman." (QS. Ar-Ruum: 47).

Diberikan advokasi atau pembelaan (ad-difa'). Allah SWT berfirman,  
”Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang ber­iman...” (QS. Al-Hajj:38).

Mendapatkan perlindungan kasih sayang (Al-wilayah). Allah SWT berfirman, 
”Allah Pelindung orang-orang yang beriman.... ” (QS. Al-Baqarah: 257).

 Ditunjukkan kepada jalan yang benar (Al-hidayah). Didasarkan firman Allah SWT, 
... Sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang- orang yang beriman kepada jalan yang lurus. ” (QS. Al-Hajj: 54).
Orang-orang kafir tidak akan diberikan jalan untuk memusnahkan mereka dari muka bumi (adamu taslithiil kafirin). Allah SWT berfirman, 
"Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-oriing kafir.” (QS. An-Nisa.i : 141).

 Diberikan kekuasaan di dunia dan diberikan kemapanan dalam segala bidang. Allah SWT berfirman,  
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah meiyadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia akan meneguhkan (memberikan kemapanan) agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka.” (QS. An-Nuur; 55).
Keberkahan dari langit dan bumi, seperti sumber daya alam yang melimpah serta rezeki yang lezat (Al-barakah dan ar-rizqu ath-thayyib). Allah SWT berfirman,  
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raaf: 96).
Kemuliaan dan kejayaan (Al-izzah). Allah SWT berfirman,
”Padahal kekuatan (kemuliaan) itu hanyalah bagi Allah bagi Rasul-Nya, dan bagi orang-orang yang berinar (mukmin).” (QS. Al-Munafiquun: 8).

 Kehidupan yang baik (al-hayah ath-thayyibah) Allah SWT berfirman, 
"Barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki mau­pun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An- Nahl: 97).

Diberikan kemenangan (Al-fAth). Allah SWT berfirman, 
 ”Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenang­an (kepada Rasul-Nya) atau suatu keputusan dari sisi-Nya.." (QS. Al-Maa'idah: 52).

 Dengan janji-janji yang menggiurkan tersebut tentu kualifikasi (penyeleksian) orang-orang yang dikategorikan sebagai memiliki keimanan sangat ketat. Jika tidak, tentulah banyak orang, bahkan semua orang, yang akan mengaku-aku diri sebagai orang beriman. Untuk menghindari ini dan untuk mengukur pula seberapa kadar keimanan manusia, dilakukanlah proses tes terlebih dahulu, tes keimanan, sebagaimana tes ini dilakukan terhadap generasi-generasi dahulu. Allah SWT berfirman,
 Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, 'Kami telah beriman,’ sedang mereka belum diuji ? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang- orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang- orang yang dusta.” (QS. Al-'Ankabuut: 2-3)

Lemah Iman [Tanda dan Cara Meningkatkan Iman]

Tanda-tanda Lemah Iman:
  • Terus menerus melakukan dosa dan tidak merasa bersalah
  • Berhati keras dan tidak berminat untuk membaca Al-Quran
  • Berlambat-lambat dalam melakukan kebaikan, seperti terlambat untuk melakukan shalat
  • Meninggalkan sunnah
  • Memiliki suasana hati yang goyah, seperti bosan dalam kebaikan dan sering gelisah
  • Tidak merasakan apapun ketika mendengarkan ayat Al-Quran dibacakan, seperti ketika Allah mengingatkan tentang hukumanNya dan janji-janjiNya tentang kabar baik.
  • Kesulitan dalam berdzikir dan mengingat Allah
  • Tidak merasa risau ketika keadaan berjalan bertentangan dengan syariah
  • Menginginkan jabatan dan kekayaan
  • Kikir dan bakhil, tidak mau membagi rezeki yang dikaruniakan oleh Allah
  • Memerintahkan orang lain untuk berbuat kebaikan, sementara dirinya sendiri tidak melakukannya.
  • Merasa senang ketika urusan orang lain tidak berjalan semestinya
  • Hanya memperhatikan yang halal dan yang haram, dan tidak menghindari yang makruh
  • Mengolok-olok orang yang berbuat kebaikan kecil, seperti membersihkan masjid
  • Tidak mau memperhatikan kondisi kaum muslimin
  • Tidak merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu demi kemajuan Islam
  • Tidak mampu menerima musibah yang menimpanya, seperti menangis dan meratap-ratap di kuburan
  • Suka membantah, hanya untuk berbantah-bantahan, tanpa memiliki bukti
  • Merasa asyik dan sangat tertarik dengan dunia, kehidupn duniawi, seperti merasa resah hanya ketika kehilangan sesuatu materi kebendaan
  • Merasa asyik (ujub) dan terobsesi pada diri sendiri

Hal-hal berikut dapat meningkatkan keimanan kita:
  • Tilawah Al-Quran dan mentadabburi maknanya, hening dan dengan suara yang lembut tidak tinggi, maka Insya Allah hati kita akan lembut. Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, yakinkan bahwa Allah sedang berbicara dengan kita.
  • Menyadari keagungan Allah. Segala sesuatu berada dalam kekuasaannya. Banyak hal di sekitar kita yang kita lihat, yang menunjukkan keagunganNya kepada kita. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendakNya. Allah maha menjaga dan memperhatikan segala sesuatu, bahkan seekor semut hitam yang bersembunyi di balik batu hitam dalam kepekatan malam sekalipun.
  • Berusaha menambah pengetahuan, setidaknya hal-hal dasar yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara berwudlu dengan benar. Mengetahui arti dari nama-nama dan sifat-sifat Allah, orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang berilmu.
  • Menghadiri majelis-majelis dzikir yang mengingat Allah. Malaikat mengelilingi majels-majelis seperti itu.
  • Selalu menambah perbuatan baik. Sebuah perbuatan baik akan mengantarkan kepada perbuatan baik lainnya. Allah akan memudahkan jalan bagi seseorang yang bershadaqah dan juga memudahkan jalan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Amal-amal kebaikan harus dilakukan secara kontinyu.
  • Merasa takut kepada akhir hayat yang buruk. Mengingat kematian akan mengingatkan kita dari terlena terhadap kesenangan dunia.
  • Mengingat fase-fase kehidupan akhirat, fase ketika kita diletakkan dalam kubut, fase ketika kita diadili, fase ketika kita dihadapkan pada dua kemungkinan, akan berakhir di surga, atau neraka.
  • Berdoa, menyadari bahwa kita membutuhkan Allah. Merasa kecil di hadapan Allah.
  • Cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Taala harus kita tunjukkan dalam aksi. Kita harus berharap semoga Allah berkenan menerima shalat-shalat kita, dan senantiasa merasa takut akan melakukan kesalahan. Malam hari sebelum tidur, seyogyanya kita bermuhasabah, memperhitungkan perbuatan kita sepanjang hari itu.
  • Menyadari akibat dari berbuat dosa dan pelanggaran. Iman seseorang akan bertambah dengan melakukan kebaikan, dan menurun dengan melakukan perbuatan buruk.
  • Semua yang terjadi adalah karena Allah menghendaki hal itu terjadi. Ketika musibah menimpa kita, itupun dari Allah.