Sunday 31 July 2011

Mukjizat Shalat dan Doa (part 1)

Oleh : M. Agus Syafii
Info :  agussyafii@yahoo.com
SMS : 087 8777 12 431

=============================================================
Sayang, Betapa Aku Mencintaimu

Pernahkah anda dengan tulus mengungkapkan isi hati anda kepada orang yang anda cintai, "Sayang, betapa aku mencintaimu." Haruskah anda mengungkapkan perasaan anda itu setelah orang yang anda cintai itu telah pergi? Allah melatih kita dengan berbagai cobaan dan ujian yang penuh luka, perih dan air mata agar kita memiliki kekuatan dan kesabaran di dalam mengarungi bahtera kehidupan sekaligus agar kita berhati-hati dan berani untuk mengkoreksi diri kita sendiri. Ujian dan cobaan yang kita hadapi juga wujud kasih sayang Allah yang mengingatkan kita atas perbuatan bila ada yang kurang tepat dari yang kita kerjakan.

Seringkali kita begitu percaya diri dalam menghadapi ujian dan cobaan, kita menganggap bahwa diri kita sudah benar dan kita menganggap diri kita sudah menjadi orang baik serta kita sudah berbuat yang terbaik dan benar untuk keluarga kita. Padahal kita adalah orang yang begitu teramat miskin dengan rasa penghargaan. Kita hanya bisa menghargai orang yang kita cintai setelah kita kehilangan, atau ketika kita sakit dan membutuhkan keberadaannya disisi kita. Bukankah hidup ini menjadi lebih indah apabila kita menyuburkan rasa cinta dan kasih sayang itu disaat hubungan kita ditengah kemesraan dan kehangatan? Sikap menghargai disaat keluarga harmonis, anak-anak penuh kebahagiaan adalah wujud rasa syukur kita kepada Allah yang menjadi kekuatan kita jika badai itu datang menghantam keluarga kita.

Ucapan "Sayang, Betapa aku mencintaimu" menggambarkan pengakuan yang tulus dan ikhlas namun juga disisi lain menyiratkan pernyataan bahwa kecintaan anda kepada orang yang anda cintai karena kecintaan kepada Allah. Bila di dalam sebuah rumah tangga, kecintaan kita kepada pasangan kita dilandaskan karena cinta kita kepada Allah maka Allah akan melimpahkan keberkahan dan kebahagiaan sepanjang hayat. Sebagaimana Sabda Rasulullah, "Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi sebuah keluarga maka Allah memasukkan rasa kelembutan di dalam diri mereka." (HR. Imam Ahmad).


=============================================================

Kekasihku, Betapa Bahagianya Aku di Sisimu

Ketika kehidupan dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang, terucap dalam sukma. Membisikkan kata mesra kepada orang yang kita cintai, "Kekasihku, betapa bahagianya aku disisimu." Kebahagiaan Itu menimbulkan rasa nyaman dan tenteram dan damai dalam tubuh kita. Rasa tenteram dan bahagia itu bukanlah sesuatu yang datangnya kebetulan tetapi memang dirancang dan direncanakan oleh Allah dengan sangat matang. Ketenteraman dan kebahagiaan yang terlahir karena adanya kasih sayang. Perasaan kasih sayang pada suami istri "ditiupkan" oleh Allah ke dalam hati mereka dan itulah bukti betapa Allah sangat berkuasa atas diri kita.

Hari demi hari kita mengarungi mahligai rumah tangga, menebar warna dan semerbak harum mewangi bunga seperti kita pertama kali bertemu dengan orang kita cintai. Begitu terasa indah memandangnya saat ia tertidur, saat tersenyum, marah, tertawa dalam bahagia dan derita membalut keluarga. Terkadang begitu erat menggenggam jemari, akan tetapi tidak jarang terhempas terbawa angin dan derasnya air hujan seperti bah air yang menghantam membuat kita terpisah dan berteduh ditempat yang berbeda berhias fatamorgana. Menari bersama kunang-kunag tanpa cahaya, wajahnya tersamar, terkadang kita tidak mengenalinya lagi, dengan setulus hati kita merawat cinta dan kasih sayang sebagai sebuah anugerah dari Allah.

Maka disaat kita merawat cinta dan kasih sayang yang telah ditiupkan ke dalam sanubari kita, kebahagiaan dan ketenteraman kita akan rasakan. Kitapun mengungkapkan dengan setulus hati, "Sayang, betapa bahagianya aku disisimu" tetapi sebaliknya, bila kita menodainya dengan nafsu amarah maka ketenteraman dan kebahagiaan tidak pernah terwujud. Allah telah memberikan kebun indah dengan berhias aneka warna dan harum mewangi agar kita dapat menciptakan ketenteraman dalam hidup kita. Selanjutnya kita sendirilah yang diberikan kebebasan mengambil peran dalam upaya meraih ketenteraman tersebut dengan jalan merawat dan tidak menciderai rasa cinta serta kasih sayang. Disaat kita merawat seringkali tangan kita terluka terkena duri. Kalau kita mengerti, kita tidak akan mengeluh disaat kita merawat cinta dan kasih sayang rumah tangga kita sebab kasih sayang Allah menguatkan kita melalui duri-duri tajam kehidupan, semua itu mengajarkan kita dan melatih kesabaran kita untuk tetap kuat dan kokoh dalam menghadapi masalah.

"Dan diantara tanda-tanda kebesaranNya ialah Dia menciptakan pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan Dia jadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. ar-Ruum : 21).

=============================================================

Waspadai Nyeri Lambung

Ditengah kesibukan dan aktifitas kita sehari-hari, terkadang kita mengalami gangguan nyeri dilambung. Nyeri lambung atau 'dispepsia' sebaiknya tidak diremehkan. Segeralah periksakan ke dokter bila hal itu terjadi berulang-ulang. Nyeri lambung adalah gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian atas, termasuk diantaranya perasaan tidak enak atau nyeri pada ulu hati atau disebut 'epigastrium' mungkin juga bagian tulang belakang dada atau yang disebut 'retrosternum' Rasa panas seperti terbakar pada ulu hati dan rasa mual serta muntah tanpa adanya keadaan patologis pada organ. Prevalensi dispepsia bervariasi untuk berbagai penelitian tergantung definisi, kriteria yang berguna.

Telah lama riset secara akademik yang menghubungkan peristiwa mental dengan gangguan tubuh tetapi masih sedikit data yang menyokong observasi itu. Teori Freud, dalam histeria konversi mengatakan gejala somatik adalah simbol ekspresi konflik di dalam diri seseorang. Sementara Weiss dan English menyebutkan gejala psikosomatik terjadi pada organ oleh sistem syaraf otonom dalam keadaan fisiologis ini disertai konflik yang ditekan di alam bawah sadar dan adanya faktor predsposisi dari konstitusi fisik yang diturunkan secara genetik. Misalnya diare dan muntaber diartikan sebagai membersihkan diri dari perasaan berdosa, asma sebagai 'symbolic crying' sedangkan nyeri lambung merupakan wujud gangguan cemas menyeluruh.

Lantas bagaimana untuk menyembuhkan nyeri lambung? Bagi anda yang menderita maag, bila dokter tidak menemukan adanya gangguan fisik, maka erat kaitannya dengan emosi anda. Biasanya yang terjadi adalah sering memendam marah, kekecewaan, kesedihan dan juga perasaan berdosa. Sebaiknya lakukanlah sholat lima waktu dengan tepat waktu dan juga diimbangi dengan berdzikir setiap saat seperti dengan memperbanyak hamdalah atau 'alhamdulilah' karena sholat dan dzikir adalah relaksasi untuk menurunkan kadar andrenalin sehingga pengeluaran asam lambung berkurang. Sholat dan dzikir juga baik untuk menghindari ketergantungan obat. Yang paling penting bagi anda yang menderita nyeri lambung adalah belajarlah untuk menerima apapun yang telah terjadi dan mensyukuri hidup ini sebagai wujud kasih sayang Allah kepada kita. Insya Allah, menyembuhkan nyeri lambung anda.

'Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.' (QS. al-Baqarah : 153).

=============================================================

Kesabaran Yang Berbuah Manis

Baginya kebahagiaan dan kesedihan bercampur baur menjadi satu. Kebahagiaan itu hadir ketika putra yang selama ini diidamkan telah lahir sementara kesedihan yang dirasakan karena dirinya bersama istri dan buah hatinya masih tetap tinggal dikontrakan. Bahkan nyaris dirinya dan keluarganya hampir terusir dari kontrakan karena nunggak dua bulan. Ditambah lagi usaha yang dijalankan sedang seret. Hanya dekat dengan Allah saja yang membuat hatinya menjadi tenang. Tekanan hidup yang begitu berat telah menyebabkan dirinya mencari Allah, meski pernah marah kepada Allah, tidak membuatnya sampai menghalalkan apapun untuk mencari nafkah untuk keluarganya. Kesabarannya memang sedang benar-benar diuji.

Pukulan iman berikutnya terjadi, anaknya jatuh sakit, dipagi hari badannya panas. Bergegas dibawanya ke puskesmas. Dokter bilang terkena muntaber dan harus rawat inap. Dalam hatinya menjerit melihat istrinya menangis tersedu-sedu merasakan bagaiaman perihnya hati istri yang dicintainya. 'Kuatkan hati hambaMu ini Ya Allah.' Air matanya bercucuran. Menahan rasa sakit dihatinya. Namun semuanya mampu dilaluinya. Bergegas dirinya ke Rumah Amalia, berdoa bersama memohon kepada Allah untuk kesembuhan bagi anak yang dicintainya. Disaat dirinya benar-benar hancur. Disitulah Allah campur tangan yang semakin membuatnya dekat dengan Allah melalui cobaan ini. Alhamdulillah, dua hari kemudian anaknya sembuh dari muntaber dan boleh pulang.

Seminggu kemudian datang kakaknya membawa kabar gembira untuknya dan keluarganya, kakaknya menawari menempati rumah sederhana yang baru dibeli. Sekalipun rumahnya kecil namun cukup untuk ditempati. Semua itu membuat gembira bagi dirinya juga istrinya. Kesabarannya telah berbuah manis. Cobaan yang bertubi-tubi telah membuatnya semakin yakin atas Kasih Sayang Allah kepada dirinya dan keluarganya. Kesabaran itu begitu terasa indah. Usahanya kios Jual Beli Hape & Pulsa lebih maju. Sang buah hatinya sehat, istrinya lebih bahagia dan hatinya lebih tenang karena tidak lagi bingung untuk membayar kontrakan tiap bulannya sehingga bisa menabung untuk masa depannya yang lebih baik.. 'Sekarang saya justru semakin dekat dengan Allah, saya selalu rindu di Rumah Amalia saya bisa berbagi dengan orang-orang yang senasib dengan saya.' Tuturnya.

'Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberi rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS. ath-Thalaq : 2-3).

=============================================================

Perih Itu Mengoyak Hati

Kehidupan bagai ditengah samudra. Penuh misteri dan duka nestapa, mengoyak luka dihati, terasa teriris perih. Setiap orang tidak pernah mengerti apa yang akan terjadi di esok hari. Ujian dan cobaan bisa datang tiba-tiba, silih berganti tanpa kita pernah menyadari. Begitulah yang terjadi pada seorang ibu di Rumah Amalia. Ditengah kebahagiaannya bersama suami dan dua anak laki yang dicintainya sekalipun sederhana keluarga itu cukup bahagia. Dua anak laki-lakinya yang lucu dan manis. yang kecil berusia lima tahun dan kakaknya berusia tujuh tahun. Ditengah kehidupan kian sulit suaminya berhenti bekerja dan mengais rizki dengan mengojek. Semuanya begitu indah, menjalani kehidupan penuh syukur.

Sampai kemudian peristiwa tragis terjadi, suaminya mengalami kecelakaan setelah mengantar penumpang. Nyawanya tidak mampu diselamatkan. Air matanya tertumpah, sudah tak terbendung lagi, kekuatan dan ketegaran hatinya runtuh ketika jenazah suaminya tiba di rumah tangis itu meledak. Dua anak laki-lakinya tidak mengerti apa yang sedang terjadi. 'Kenapa bapak?' tanya adik. Kakaknya menggeleng, sambil menutup matanya. Orang-orang berdatangan memeluk sang ibu. Beban itu begitu berat. Dua anak laki-laki itu berlarian keluar rumah. Ibunya tenggelam dalam kedukaan. Kehidupan berjalan begitu cepat. Semua dipikul dipundaknya seorang diri. Kerja keras memenuhi kebutuhan hidup tak mampu ditanggungnya sendiri. Bekerja sebagai pembantu, nyuci dan gosok dikerjakannya, untuk bisa mencukupi kehidupan sehari-hari.

Sementara dirinya bekerja, anak-anak tidak ada yang mengasuh dan menjaga. Ia selalu berpesan agar sang kakak untuk menjaga adiknya. Setiap sore pulang kerja, terkadang terkena damprat orang karena anak-anaknya berantem dengan anak tetangga. Pernah satu hari dirinya begitu sangat marah karena adiknya melempar jendela rumah tangga. Adik kakak itu menangis tersedu-sedu. Tak kuasa hatinya terasa pilu mendengar tangisan anak-anaknya. Namun beban itu begitu berat dipundaknya. Tidak ada lagi yang diajaknya bicara, sampai pada suatu hari ditengah luka perih dan beban kehidupan yang begitu berat. Dibawa dua anak laki-lakinya kekuburan ayah mereka. Dengan isak tangis ibu itu mengeluh dan berkata didepan makam almarhum suaminya. 'Bang, saya sudah tidak sanggup lagi mengurus anak Abang, Abang aja yang mengurusnya.' Sampai seminggu kemudian, kedua anak laki-laki itu meninggal dunia, menurut dokter karena terkena demam berdarah.

'Ya Allah, Ya Rabb' Teriak ibu menangis menjerit-jerit melihat wajah kedua anaknya yang dicintainya disaat terakhir. betapa hancur hatinya, setelah kehilangan suami dan dirinya kehilangan kedua anak laki-lakinya. Hatinya begitu kokoh, beliau menerima dengan penuh keikhlasan atas kehilangan orang-orang yang dicintainya. Hanya bersandar kepada Allahlah yang menguatkan hati beliau.

---
'Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, mereka ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar.' (QS. Ali Imran :173-174).

=============================================================

Luka Itu Terasa Perih

Luka itu terasa perih. Seorang laki-laki yang hancur hatinya. Laki-laki itu separuh baya. Wajahnya terlihat lebih tua daripada usianya sendiri. Awalnya ketika pernikahannya cukup membahagiakan sampai istrinya hamil dan melahirkan. Diusia anak laki-lakinya berumur sembilan bulan, istrinya meninggalkannya dan anak laki-lakinya. Istrinya meninggalkan karena kehidupan yang susah, 'aku menikah agar aku hidup bahagia bukan hidup susah.' begitu kata istrinya. Dalam seorang diri tanpa istri, dirinya merawat anak dan mengasuh. Apapun pekerjaan dilakukan untuk menghidupi sang buah hati. Kepergian istrinya telah membuat luka dihati, Peristiwa itu membuat dirinya menjauh dari Allah. Ibadah yang biasa dilakukan, tidak dilakukannya lagi. 'Buat apa sholat bila hidup menderita.' begitu tuturnya. Dengan hati yang terluka, perjalanan hidup ada kemudahan. Rizkinya lancar, anaknya tumbuh besar sampai menginjak kelas dua SD.

Anaknya menjadi kebanggaan. disekolah selalu ranking satu. Semua surat dalam Juz Amma' telah dihapal. Bahkan anaknya sudah mampu membaca al-Quran dengan lancar. Kebahagiaan menyelimuti hidupnya, terkadang terselip kekecewaan, kemarahan dan perih dihatinya belumlah hilang. Sampai suatu hari anak laki-laki yang dicintainya sakit keras dan seminggu kemudian dipanggil oleh Sang Pecipta. Meninggal anak yang dicintainya benar-benar membuat hati terasa hancur, tidak ada lagi yang tersisa senyuman dibibir. Air matanya mengalir. 'Sudah tidak ada yang tersisa Mas Agus. Saya sudah tidak punya apapun dalam hidup ini kecuali hanya Allah.' Ucapnya malam itu di Rumah Amalia. Matanya basah, beberapa kali ia nampak mengusap air mata yang yg mengalir dipipi.

'Saya mengira dengan cara menjauhi Allah, saya akan menemukan kembali apa yang hilang, yang terjadi malah sebaliknya, makin banyak kehilangan demi kehilangan. Saya kehilangan Allah, kehilangan istri, saya kehilangan anak dan saya kehilangan diri saya sendiri.' desahnya panjang memilukan, terasa perih dihati. 'Maafkan aku Ya Allah. Astaghfirullah,' ucapnya lirih. Malam semakin larut. Ditengah hatinya hancur, ia telah menemukan secercah cahaya, karena hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dirinya bergantung & memohon pertolongan.

=============================================================

Mengelola Konflik Dalam Keluarga

Untuk meraih keluarga sakinah tidaklah mudah, penuh terjal dan berliku termasuk terjadinya konflik di dalam rumah tangga, jangan takut terjadi konflik karena itu bukanlah bahaya yang mengancam rumah tangga. Selama konflik dikelola dengan baik justru akan mendatangkan ketenteraman dan kebahagiaan di tengah keluarga, sebab konflik merupakan bagian dari proses belajar dan proses saling mendewasakan. Rasulullah mengingatkan setiap pasangan keluarga adalah cerminan seorang Mukmin bagi Mukmin lainnya yang harus saling menjaga, 'Seorang Mukmin adalah cermin bagi Mukmin lainnya, ia mencegah kerusakannya dan memelihara yang bersangkutan saat dia tidak ada.' (H.R Abu Dawud).

Berteriak keras untuk mempertahankan sudut pandang adalah hal yang paling sering dilakukan pasangan suami istri ketika terjadi konflik, ini menyebabkan kondisi semakin sulit dan hubungan semakin kacau. Anda haruslah menentukan tujuan yang jelas dari konflik yang sedang dihadapi, apakah anda ingin keluar menjadi pemenang? Atau berusaha membuktikan diri anda benar dan pasangan anda salah? Sungguh bila berpikir seperti itu maka anda akan membayar mahal dikemudian hari. justru sepatutnya anda bisa menjaga harga diri pasangan disaat-saat kritis seperti itu, walaupun pasangan anda salah. Sebab menjatuhkan harga diri, hanya akan menyulut kebencian pasangan yang tidak akan pernah bisa dilupakannya dan akan dibalas penghinaan itu. Apakah anda mengira dengan memenangkan konflik anda akan bisa memaksa pikiran anda kepada pasangan? Hal itu tidak mungkin terjadi. Justru malah membuang waktu dan usaha, maka yang harus anda lakukan adalah menghormati sudut pandang pasangan anda meskipun anda tidak setuju.

Itulah sebabnya, jangan takut terjadi konflik karena itu bukanlah bahaya yang mengancam rumah tangga. Bukankah setiap masalah selalu memiliki jalan keluar? Selagi kedua pasangan berusaha saling memahami dalam suasana penuh kasih sayang maka konflik membuat keluarga semakin sehat, indah dan membahagiakan. Sebagaimana dalam Firman Allah, 'Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum berpikir. (QS. ar-Ruum : 21).

=============================================================

Cobaan Itu Berakhir Indah

Cobaan itu berakhir indah. Laki-laki separuh baya matanya menerawang menatap kedepan. Tak ada suara dan kata yang terucap, Wajahnya nampak sejuk dan damai. Hatinya tersenyum seolah bicara, tak ada hidup yang sempurna tanpa ujian. Sebagai seorang muslim beliau banyak diberikan kemudahan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kehidupan datar dan lurus lalu menanjak mencapai kesuksesan dalam karier. Pernikahannya penuh kebahagiaan. terasa semakin lengkap dengan kehamilan istri tercintanya. Buah hati yang didambakan bagi seluruh anggota keluarganya namun toh, Allah memiliki rencana lain.

Putra pertamanya, hanya bertahan 24 jam berjuang bertahan hidup. Kejadian itu benar-benar membuat hidupnya merasa terpuruk dalam kubangan yang penuh lumpur, terasa sesak untuk bernapas dan membuat perih dihati. Selama berbulan-bulan beliau mengurung diri meratapi sang buah hatinya yang telah pergi. Sungguh tak terduga. Kehilangan itu terjadi justru dipuncak kesuksesan kariernya. Kejadian itu menguji keimanannya bahkan terkadang menggugat keberadaan Allah, 'Kenapa Allah tidak adil pada kami?' begitu ucapnya.

Ujian keimanan berikutnya, justru menimpa pada istrinya. Istrinya terserang kista dirahimnya. Dokter memvonis istrinya berisiko tinggi jika hamil lagi. Tentu saja sebagai suami hal itu membuatnya sangat terpukul dengan pernyataan itu. Dia teringat bagaimana masa2 indah dilalui berdua & dirinya sangat khawatir terhadap kondisi sang istri. Kemudian dia berinisiatif untuk bershodaqoh ke Rumah Amalia. Sungguh menakjubkan, ternyata kista istrinya bisa sembuh tanpa harus operasi. Terlebih kehamilan yang kedua telah membuat hidupnya menjadi terasa bahagia. Kelahiran anak yang dinanti memhiasi indah hidup ini dengan penuh syukur.

Dua ujian berat semakin menyadarkan beliau dan keluarganya agar semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Terlebih dengan kehadiran sang buah hati, seolah diberikan anugerah yang tiada tara. Sehingga beliau berjanji tak akan pernah berhenti untuk bersyukur. Dengan bershodaqoh sebagai ungkapan syukur kepada Allah. Beliau bertutur malam itu di Rumah Amalia, ' Saya sadar, Allah itu Maha Baik. Allah selalu memberikan apapun yang kami mohonkan.'

'Dan sungguh akan Kami beri cobaan kepadaMu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan 'Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun' . (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya kami kembali). Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.' (QS. al-Baqarah : 155-157).

=============================================================

Kebahagiaan Seorang Suami

Kebahagiaan yang sesungguhnya bagi seorang suami begitu bermakna justru bukan dalam kegembiraan namun disaat keluarganya sedang diuji oleh Allah, Apakah dirinya sanggup melewati ujian itu atau tidak? Kekuatan cinta karena Allah akan mampu melewati semua derita, menanggung beban dalam suka maupun duka, hidup bersama istri dan anak-anaknya. Itulah kebahagiaan bagi seorang suami dengan cintanya yang tulus untuk keluarga. Pernah ada seorang bapak yang diuji oleh Allah. Istri yang dicintainya sedang sakit. bersama putrinya senantiasa menjenguk istri tercintanya yang terbaring diranjang. disekelilingnya ada alat pengukur tekanan nafas dan tabung untuk memeriksa kesehatan. Bila sampai dirumah sakit, suami yang setia itu datang menggantikan pakaian istrinya dan menanyakan keadaan istrinya. Selalu saja tidak ada perubahan sama sekali. Kondisi istrinya tetap seperti semula. Tidak ada kemajuan atau perubahan yang membaik. Kesembuhan istrinya seolah tidak bisa diharapkan. Setelah menjenguk dan merawat istrinya, sang bapak dengan putrinya selalu memanjatkan doa kepada Allah agar memberikan kesembuhan. Setelah itu barulah meninggalkan rumah sakit. Beliau hampir setiap hari selalu menjaga, merawat dan mendoakan untuk kesembuhan istrinya.

Meluangkan waktu untuk merawat ditengah kesibukannya yang juga harus bekerja mencari nafkah. Kesediaannya merawat istri yang sedang sakit membutuhkan energi yang sangat besar. Sifat konsistensi untuk menjaga, merawat dan mendoakan istrinya yang sedang sakit sungguh sangat luar biasa. Padahal kondisi istrinya belum pulih. Bahkan ada orang yang menyarankan agar mengunjunginya seminggu sekali aja. Suami setia itu memilih tegar dan bersikukuh untuk menjaga dan merawat istrinya, 'Allah tempat memohon pertolongan.' Ditengah kegelisahan itulah beliau datang ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh ke Rumah Amalia agar Allah berkenan memberikan kesembuhan bagi istri yang dicintainya.

Sampai suatu hari sesaat sebelum dirinya datang, istrinya bergerak dari tempat tidur. Dia merubah posisi tidurnya. Tak lama kemudian istrinya membuka kelopak matanya. dan mencopot alat bantu pernapasan. Ternyata istrinya sudah duduk tegap. Dokterpun datang membantu menolong, meminta perawat mencopot alat-alat bantu dan membersihkan bekas alat bantu ditubuhnya. 'Begitu saya datang, saya terperanjat, jantung saya seolah mau copot. Bagaimana tidak, ditengah saya kehabisan harapan, saya melihat istri saya kembali pulih.' Katanya bapak itu dengan tangis haru bercampur bahagia tidak bisa dibendung lagi. Beliau menangis, memanjatkan puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan kesembuhan total terhadap istrinya. 'Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah.' tuturnya.

=============================================================

Dengki Itu Berbahaya

Dengki itu sangat berbahaya, bukan hanya bagi diri pemiliknya tetapi juga bagi masyarakat luas. Dengki itu kata hadis nabi ibarat setitik api yang dapat membakar kayu bakar seberapapun banyaknya. Ia juga bagaikan pisau cukur yang bisa mencukur bersih amal seseorang. Dengki adalah penyakit kejiwaan yang merusak kesehatan tubuh sekaligus merusak tatanan sosial ditengah masyarakat, dalam bahasa Arab disebut hasad. Dengki adalah perasaan tidak senang atas keberuntungan orang lain disertai usaha menghilangkan dan memindahkan keberuntungan itu kepada diri sendiri (an tatamanna zawala ni`mat al mahsud ilaika). Adapun menginginkan hal yang serupa dengan yang diperoleh orang lain tidak termasuk dengki, karena al Quran bahkan menyuruh kita berlomba meraih kebajikan (fastabiq al khoirat).

Mengapa orang mendengki berbahaya ? Dasar dari sifat dengki adalah adanya keinginan orang untuk menjadi orang nomor satu, menjadi orang yang terhebat, terkaya, terhormat dan ter-ter yang lain, yang berkonotasi rendah. Dalam bahasa agama, dunia dengan segala urusannya adalah sesuatu yang rendah. Dalam bahasa Arab, dun ya artinya dekat atau rendah atau hina. Jadi orang hanya mendengki manakala yang diperebutkan itu sesuatu yang rendah, hina dan berdimensi jangka pendek, ibarat orang yang memasuki lorong sempit yang hanya muat satu orang. Ruang sempit itulah yang menyebabkan para peminat harus berdesakan dan saling menyikut. Selanjutnya jika ada satu orang yang telah berhasil memasuki lorong dan berhasil menduduki kursi duniawi yang diperebutkan, kursi jabatan misalnya, maka orang yang belum berhasil memandang orang yang telah berhasil sebagai hambatan yang harus disingkirkan, sementara orang yang telah berhasil menduduki kursi itu memandang orang lain yang berminat sebagai ancaman yang juga harus dihambat. Bila orang sudah dirasuki kedengkian maka apapun bisa dilakukan sekalipun itu perbuatan yang tercela.

Adapun jika memperebutkan sesuatu yang besar, mulia dan berdimensi panjang hingga akhirat, maka diantara para peminat justeru terdapat hubungan. Orang yang merindukan derajat takwa misalnya, ia akan senang jika ada orang lain yang melakukan hal yang sama. Demikian juga orang yang ikhlas bershodaqoh, maka ia sangat senang jika ada orang lain yang juga gemar bershodaqoh. Jika diantara orang yang ingin menjadi orang dekat pada pimpinan terdapat saling iri, saling menjegal, hal itu adalah karena sempitnya ruang untuk menjadi orang dekat pimpinan, Tetapi jika ingin menjadi orang yang dekat dengan Allah, maka seberapapun banyaknya orang yang menginginkan, disana tersedia ruangannya karena Allah Maha Luas Rahmat Nya.

Dengki itu sangat berbahaya, bukan hanya bagi diri pemiliknya tetapi juga bagi masyarakat luas. Dengki itu kata hadis nabi ibarat setitik api yang dapat membakar kayu bakar seberapapun banyaknya. Ia juga bagaikan pisau cukur yang bisa mencukur bersih amal seseorang. Dengki adalah penyakit kejiwaan yang merusak kesehatan tubuh sekaligus merusak tatanan sosial ditengah masyarakat. Nabi menyebutkan, hanya dua hal orang boleh iri, yakni jika ada orang yang dikaruniai ilmu banyak, ia dapat mengajarkan kepada orang lain dan juga yang bersangkutan mengamalkannya. Kedua, jika ada orang yang dianugerahi banyak harta, tetapi ia membelanjakannya di jalan yang benar hingga habis untuk kepentingan menolong sesama.

=============================================================

Kebahagiaan Yang Tak Terlukiskan

Di awal pernikahan, rumah tangganya merupakan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Begitu sangat harmonis dan sungguh menggembirakan. Kehidupan berjalan begitu dengan cepatnya, Waktu dilalui tanpa terasa dengan indahnya, sampai anak-anak terlahir dan tumbuh besar menjadi anak-anak yang lucu dan pintar tetapi sesudah itu sebagai seorang istri, dikejutkan oleh kejadian bahwa usaha suaminya runtuh, mengalami kegagalan. Perangainya tiba-tiba berubah, selalu pulang malam dalam keadaan mabuk. Setiap kali dirinya mengingatkan, suaminya malah memukul, menendang dan melempar tanpa belas kasihan. Dirinya diperlakukan dengan semena-mena, yang membuat dirinya hanya bisa menangis.

Selama berhari-hari suaminya telah melukai hatinya, terasa perih namun sebagai seorang istri dirinya menyadari bahwa cintanya kepada suami bukan hanya dilewati dengan keindahan dan kebahagiaan semata namun juga melawati ujian dan cobaan yang melukai hatinya dan dia yakin semua ujian dan cobaan datangnya dari Allah untuk membentuk dan melatihnya untuk bersabar dan agar dirinya menjadi kuat. Kalau cinta yang dihatinya begitu teramat lemah maka peristiwa kecil yang menyayat hati cukup membuat hidupnya menderita namun bila dirinya memiliki kesabaran dan kekuatan maka peristiwa apapun yang membuatnya terluka dan menderita tidak akan membuatnya menjadi lemah.

Ditengah hatinya yang resah itulah beliau datang dan bershodaqoh ke Rumah Amalia, berharap keridhaan Allah agar merubah suaminya. Sebagai seorang istri tidak pernah lelah berdoa dan berharap kepada Allah agar suaminya dibukakan pintu hatinya. Selama berhari-hari berdoa, tanpa disadari telah terjadi perubahan pada dirinya suaminya. Suatu malam ia mengajak suami dan anak-anaknya sholat Isya' berjamaah tanpa diduga suaminya mau untuk sholat bersama keluarga. Ketika selesai sholat sang suami menangis tersedu-sedu. Dirinya dan anak-anaknya ikut menangis, mereka menangis bahagia. Suaminya datang dan meminta maaf kepadanya yang itu membuat semua luka, derita dan kesedihan yang tersimpan seolah lenyap menghilang, tersembuhkan dan semakin mengokohkan imannya. Allah melimpahkan begitu banyak anugerah untuk dirinya, suami dan anak-anaknya setelah melewati ujian dan cobaan. 'Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah atas semua anugerahMu kebahagiaan keluarga kami,' tuturnya penuh dengan senyum kebahagiaan yang tak terlukiskan.

=============================================================

Baju Untuk Ayu

Belum genap setahun hidup dilaluinya di Ibukota bersama putrinya. Hidupnya tak menentu dan berpindah-pindah. Air matanya sudah kering mengalir dia tumpahkan dalam pengaduan kepada Sang Khaliq setiap sholat di masjid Istiqlal. Poto wajah kecil Ayu putri kesayangannya selalu tersimpan di dompetnya sebagai tanda cinta. Bajunya teramat lusuh. Wajahnya terlihat kuyuh dengan sepatu yang berlobang diujungnya. Kulitnya hitam legam terbakar sinar matahari.

Setiap hari menyusuri jalanan untuk mengais rizki. Terkadang memaksa dirinya untuk mengemis demi sesuap nasi. Suara bising, asap knalpot sudah menjadi menu sehari-hari. Kakinya perih penuh luka kebanyakan jalan kaki. Batuknya beberapa kali terdengar. Hari makin tambah panas, belum sesuap nasi mampir ke perutnya. Matanya melelehkan air mata membayangkan wajah cantik putrinya yang berlari-lari menyambut dirinya pulang sementaranya perutnya melilit menahan lapar.

Sambil duduk dia keluarkan secarik kertas tulisan tangan putrinya. 'Ayah, kalo ayah udah dapet duit jangan lupa beliin Ayu baju ya..ayah.'

Kertas itu kemudian dilipat dan dimasukkan ke kantong celana. Tangannya mengucap keringat dan air mata yang menyatu dipipinya. Direlung hatinya terasa perih bagai teriris sembilu. Wajah anaknya yang sedang tersenyum bagai pisau menusuk sampai ke hulu hatinya. Sejak istrinya meninggal dunia, hidup anaknya penuh penderitaan karena mempunya seorang ayah seperti dirinya. Keinginan untuk membahagiakan putrinya belum juga mampu diwujudkan. Pikirannya menjadi kalut tidak tahu bagaimana mendapatkan baju untuk putrinya.

Matanya memandang kepada sebuah Supermarket diseberang jalan. Dia mendatangi Supermarket itu dengan wajah memelas mencoba berharap belas kasihan setiap pengunjung. Wajahnya yang kurus tak terawat tak membuat orang menaruh kasihan pada dirinya. bahkan orang yang melihat malah tidak menoleh sedikitpun. Tak seorangpun peduli padanya. Hatinya semakin perih dan menangis. Kakinya gemetar menahan lapar. Tubuhnya terasa rapuh. Wajah putrinya terlintas di dalam benaknya. Rengekan Ayu terngiang ditelinganya. 'Ayah, Ayu mau baju baru..'

Tanpa disadarinya matanya melihat sebuah dompet tergeletak dimeja kasir. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri mengawasi orang-orang disekeliling dengan penuh keyakinan dia ambil dompet itu. Sekuat tenaga dia berlari menuju pintu keluar. Seorang Ibu berteriak, 'Jambret...jambret...' Orang-orang disekeliling Supermarket terkejut dengan teriakan itu. Beberapa orang berlari mencoba untuk mengejarnya. Nampak satu dua orang menghadang. Perutnya yang seharian lapar membuatnya tak berkutik. Bogem mentah dilayangkan diwajahnya. Mata berkunang-kunang. darah mengucur dibibirnya. Orang-orang yang sudah terbakar amarah tidak mempedulikan teriakannya meminta ampun. Bahkan sebagian orang meludahi wajahnya.

Wajahnya tersungkur menyentuh trotoar. Teriakan orang-orang tidak terdengar lagi. Terkapar tubuhnya dijalanan. Tidak tahu berapa lama dirinya pingsan. Kumandang adzan itu membangunkan dirinya seolah Sang Khaliq menyapa hati dan tubuhnya yang penuh luka. Berkali-kali dirinya beristighfar memohon ampun kepada Allah atas semua kekhilafan yang telah dilakukannya. Terucap kata lirih disaat wajah putrinya yang sedang tersenyum menyambutnya pulang. 'Ayu, maafkan ayah belum bisa membelikan baju baru buat Ayu.'

Ayu sang buah hati memeluknya, mencium mesra pipi ayahnya. Pertanda Ayu mengerti apa yang sedang terjadi. Malam kelam dibawah kolong mereka berdua menikmati singkong bakar, begitu terasa nikmatnya. Mensyukuri hidup dengan penuh kasih sayang. Sekalipun hari itu Ayu belum memakai baju baru.

=============================================================

Perih Menyayat Hati

Luka itu terasa teriris perih menyayat hati. Sosoknya perempuan yang sederhana, selalu tersenyum namun rapuh. Sekian tahun lalu dirinya berpisah dengan suaminya, tidak pernah dia membayangkan pernikahan itu hancur begitu saja tanpa disadari. Suami terpikat dengan perempuan lain. Disaat dirinya tersadar, semua terlambat, palu telah diketuk dan dia menjalani hari-harinya dengan luka perih dihati, hanya putri yang masih kecil ikut bersamanya. Harta, rumah, deposito bahkan mobil dibawa oleh sang suami. Derita itu seolah tak ujung, dengan bercucuran air mata dalam kesendirian harus menjaga putrinya yang tengah terbaring lemah di rumah sakit dan ketika putrinya bertanya, 'Ma, ayah mana? Kok nggak nengok putri?' Kata-kata yang keluar dari bibir mungil tak mampu dijawabnya, hanya isak tangis yang terdengar. Setelah sepekan menunggu di Rumah Sakit, dirinya menyaksikan bagaimana putri yang dicintainya menghembuskan napas terakhir. Didekap dalam pelukan. Tak kuasa untuk bisa menahan derita bagaimana harus menjalani hidup.

Sejak itu, dia selalu mengurung diri dalam kamar. Tak peduli siang, malam. Hari terus berlalu, yang ada hanyalah mengusap air mata dalam kesendirian, diam membisu dalam doa. 'Ya Allah, dimanakah Engkau? Kenapa Engkau timpakan ini semua kepadaku?' Dua bulan berlalu begitu cepat, wajahnya terlihat lebih kurus, tanpa makan dan hanya sedikit minum. Mukena yang dipakainya sudah terlihat usang. Bibirnya mengering sudah tidak lagi teringat berapa kali istighfar diucapkan. Memohon ampun kepada Allah. Ditengah kondisi tubuhnya melemah, seorang ibu datang menyuapi dirinya dengan bubur ayam. Kata-katanya begitu menguatkan hati, tidak mampu berkata apa-apa, hanya terisak tangis pilu. Pada saat itulah dirinya belajar untuk menerima realitas hidup. Kedatangan dirinya bersama seorang sahabat ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh dengan berharap Allah menyembuhkan luka dihatinya.

Dirasakan di dalam hatinya terasa ada kehangatan yang mengalir, memberikan kesejukan dan ketenteraman. Dia tahu, bahwa dirinya tidak sendiri, banyak perempuan yang mengalami seperti dirinya. Dia merasakan luka itu perlahan-lahan sembuh. Berulang kali mengucapkan syukur alhamdulillah, seolah dia mengerti maksud Allah, menjadi lebih mengerti kasih sayang Allah kepada dirinya. Yang manis mampu membuatnya tersenyum, kepahitan tidak lagi mampu membuat hatinya terluka. Dirinya tidak lagi terjebak pada masa lalu dan tidak menyesali apa yang telah terjadi. 'Saya yakin Allah, memberikan yang terbaik bagi setiap hambaNya.' tuturnya sore itu di Rumah Amalia. Wajahnya berbinar penuh senyuman. Kebahagiaan itu hadir di dalam hatinya dalam keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

'Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah sedang dia orang yang berbuat kebaikan maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.' (QS. Luqman : 22).

=============================================================

Kebahagiaan Terindah

Kebahagiaan terindah bagi seorang suami adalah mampu mengarungi kehidupan rumah tangga bersama istri dan anak-anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Sebuah ketulusan cinta dan kasih sayang itu diuji oleh Allah dengan berbagai derita dan air mata, apakah kita mampu melewatinya? Ataukah menyerah bahkan malah meninggalkannya? Kekuatan cinta dan kasih sayang akan terlahir dari sikap yang penuh keikhlasan dan hanya berharap keridhaan Allahlah yang mampu mengarungi samudra kehidupan yang tak bertepi, berbagai terpaan badai dan gelombang mampu dilewatinya, itulah yang mewujudkan kebahagiaan yang terindah bagi diri seorang suami. Beliau adalah seorang bapak bersama istri dan anak-anaknya. Pada suatu hari keluarganya mendapatkan ujian, istrinya tubuhnya meriang, panas tinggi bahkan disentuh saja, ia menjerit. Saat itu juga segera dilarikan ke dokter dan dokter tahu apa yang dideritanya. penyakit yang diderita tidak mengenal watu dan tempat, bisa menyerang kapan saja. Bila penyakitnya muncul, semua persendian akan mengalami peradangan yang luar biasa sakitnya.

Peradangan ini menimbulkan memar dan panas. Sebagai seorang suami, dirinya berusaha untuk tegar, ditahan air matanya agar sang istri kuat menghadapi sakit yang dirasakan. Dengan penuh kasih sayang ia merawat istrinya, mengangkat badan perlahan-lahan, meletakkan dengan pelan saat memandikan, memakaikan bajunya. Bersama anak-anak, mereka melayani sang ibunda tercinta dengan baik. Ditengah rasa pilu dihati, sebagai suami berusaha untuk tersenyum ketika wajah istrinya tengah menahan sakit. 'Alhamdulillah, Saya beruntung mendapatkan suami seperti ayah. Sabar dan ikhlas. Insya Allah, saya segera sembuh.' Tutur sang istri, wajahnya begitu terlihat tenang dan tidak sedikitpun mengeluhkan rasa sakit yang menderanya.

Tentu saja ucapan sang istri membuat hatinya terasa perih, ia teringat bagaimana dulu ketika mereka bertemu dan kemudian memutuskan untuk menikah, diawal pernikahannya pahit getir kehidupan berumah tangga mampu dilewati bersama sampai kemudian anak-anaknya terlahir dan mengasuhnya hingga dewasa, tanpa terasa air matanya menetes, rasa takut kehilangan tiba-tiba muncul menghinggapi dirinya, mampu ditepisnya dengan berserah diri kepada Allah. Ditengah kecemasan itulah beliau datang ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh ke Rumah Amalia agar Allah berkenan memberikan kesembuhan bagi istri yang dicintainya.

Beberapa hari kemudian , dokter memberitahukan kepada beliau bahwa istrinya memiliki harapan untuk sembuh dan kondisinya semakin membaik. Bahkan diperkenankan oleh dokter untuk pulang ketika istrinya dinyatakan dalam keadaan sehat walfiat. Dirinya bersama anak-anaknya merasakan kebahagiaan, dengan penuh rasa syukur kepada Allah atas kesembuhan dan kasih sayang yang diberikan Allah bagi keluarganya. 'Terima kasih Ya Allah, atas limpahan kasih sayangMu untuk kami,' tuturnya dengan penuh linangan air

=============================================================

Jangan Remehkan Suasana Hati Anda

Jangan pernah meremehkan suasana hati anda sebab kalau hati sedang dalam kondisi buruk, bisa merusak kesehatan bahkan bisa berakibat pada kematian, berdasarkan penelitian dari Dr. Ghanshyam Pandey dari University of Illinois, Chichago, belum lama ini kasus memburuknya kesehatan & mempercepat kematian ditengah masyarakat karena dipicu oleh suasana hati yang buruk. Kondisi memburuknya suasana hati disebabkan banyak faktor, diantaranya putus asa, patah semangat secara sekilas tidak berbahaya namun bisa berakibat fatal. Gangguan umum yang berkaitan dengan suasana hati yang memburuk dalam beberapa bentuk seperti gangguan tidur, gangguan pada kulit, gangguan pada perut, tekanan darah, pilek, migran, sakit kepala yang disertai dengan mual dan gangguan penglihatan, sejumlah penyakit tulang, ketidakseimbangan ginjal, kesulitan bernapas, alergi, serangan jantung dan membengkakan otak, tentu saja tidak semua jenis penyakit itu berkaitan dengan suasana hati namun secara alamiah telah dibuktikan bahwa penyebab gangguan kesehatan semacam itu lebih disebabkan faktor kejiwaan.

Putus asa, kekecewaan, depresi dan berbagai jenis penyakit yang menimpa banyak orang adalah suasana hati yang selalu diliputi oleh kekhawatiran akibat perasaan seperti cemas, takut, merasa tidak aman, ledakan emosional yang berlebihan dan berbagai tekanan yang merusak keseimbangan tubuh. Ketika seseorang mendapatkan tekanan atau beban diluar batas kesanggupan dirinya, tubuhnya bereaksi dan membangkitkan bunyi sirine sebagai tanda bahaya sehingga memicu reaksi biokimia didalam tubuh, kadar andrenalin meningkat, reaksi tubuh meninggi, gula, kolesterol dan asam lemak bergerak ke dalam aliran darah, tekanan darah menjadi meningkat dan denyut jantung berdetak kencang. Glukosa berjalan menuju otak, kadar kolesterol naik, dan semua ini membuat tubuh memburuk.

Oleh karena itu janganlah meremehkan suasana hati anda karena suasana hati yang memburuk mengubah fungsi-fungsi normal di dalam tubuh. Hal itu bisa berakibat fatal pada kesehatan tubuh anda. Dampak negatifnya meningkatnya andrenalin dan kolesterol diatas ambang batas normal dalam rentang waktu yang cukup lama seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, luka pada dinding pencernaan, penyakit pernapasan, eksim, psoriasis bahkan berdampak terbunuhnya sel-sel otak. Semua perubahan yang terjadi pada tubuh dari keadaan yang semula sehat ke kondisi sakit disebut sebagai penyimpangan citra tubuh atau 'Distortion of body image' adalah dampak dari suasana hati yang memburuk yang menyerang kondisi kesehatan tubuh.

Maka disinilah pentingnya arti ketenteraman hati bukan hanya membuat nyaman namun juga membuat tubuh anda menjadi sehat. Ketenteraman hati anda hanya bisa anda dapatkan dengan mendekatkan diri kepada Allah, semakin dekat anda kepada Allah dengan selalu mengingatNya maka semakin mudah hati anda menjadi tenteram. 'Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.' (QS. Ar-Raad 28).

=============================================================

Menyelamatkan Keluarga Dari Kehancuran

Ketika bahtera rumah tangga dihantam badai maka pada saat itu membutuhkan penyelamat bagi keluarganya dari kehancuran. Seorang ibu ditengah kebahagiaan bersama suami dan anak-anaknya, begitu terasa lengkap. Memiliki suami yang jujur, setia dan bertanggung jawab pada keluarga. Anak-anaknya sehat membuat suasana di rumah menjadi indah. Dalam banyak hal bisa dikerjakan bersama-sama, saling melengkapi, Sekalipun sebagai istri tidak mudah bergaul dan suami orang yang banyak teman, hal itu membuat kehidupan keluarga penuh warna.

Badai itu datang ketika dirinya melahirkan, yang membuatnya harus berhenti kerja dan suami turut membantu mengurus anak dan kegiatan rumah tangga. Hari demi hari dilalui dengan merasa hampa hubungan dengan suami. Beberapa kali dirinya mencoba untuk mengajak berbicara suami namun ditanggapi dengan sikap kesal. Komunikasi semakin sulit, membuat dirinya sering marah. Setiap kali ada masalah suami selalu menjawabnya dengan terserah. Bahkan semua urusan anak dikerjakan olehnya. Pernah suatu ketika ia mengingatkan suami agar lebih meluangkan waktu untuk anak-anaknya malah tidak dihiraukan, lebih memilih nonton TV. Seiring dengan waktu suami mulai sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya, pulang hingga tengah malam. Badai berikutnya datang menghentaknya. Sampai suatu hari ia mendengar kabar bahwa suaminya telah menikah lagi. Rasa kaget dan tidak percaya bercampur baur seolah menjadi satu. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, bingung dan cemas.

Dalam seminggu berat badannya turun drastis. tubuhnya terlihat kurus. Sebagai seorang istri, ia tetap ingin menjaga dan menyelamatkan keluarganya dari kehancuran. Dirinya yakin bahwa sesungguhnya untuk meraih keluarga sakinah mawaddah warahmah tidaklah mudah justru harus diuji dengan berbagai cobaan yang datang silih berganti, menyakitkan & keterlukaan yang membuat hatinya terasa perih. Allah melatih kesabarannya. Ia yakin hanya pertolongan Allahlan akan memberikan kekuatan yang besar sehingga sebesar apapun badai kehidupan itu datang menghantam maka dirinya akan sanggup berusaha menyelamatkan keluarga dari kehancuran. Akhirnya bersama salah satu temannya, beliau berkenan hadir di Rumah Amalia untuk bershodaqoh agar Allah berkenan menyelamatkan keluarganya dari kehancuran. Alhamdulillah, doa beliau didengar oleh Allah, keluarganya selamat dari kehancuran.

Beberapa hari kemudian, suaminya mengaku, tanpa berbelit-belit bahwa dirinya sudah menikah lagi dan istrinya tengah hamil, dengan polosnya mengatakan, dia mencintainya. Mendengar pengakuan sang suami benar-benar membuat hatinya hancur berkeping-keping. Namun pada saat bersamaan Allah memberikan dirinya kekuatan agar menyelamatkan keluarga dari kehancuran. Mulanya sang suami bermaksud untuk menceraikan tetapi itu ditolaknya. Sebagai seorang ibu dan seorang istri, dirinya memilih untuk tetap mempertahankan keutuhan keluarga. Bahkan ia yang merawat dan mengasuh anak suaminya dari perempuan yang telah dinikahinya itu. 'Saya hanya berharap apa yang saya lakukan mendapatkan keridhaan Allah untuk keluarga kami. Sekaligus juga membantu suami agar lebih mendekatkan diri kepada Allah.' begitu tuturnya sore itu di Rumah Amalia, wajahnya terlihat bahagia dipenuhi dengan senyuman karena Allah telah menyelamatkan keluarganya dari kehancuran.

--
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya pasti kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala diakhirat adalah lebih besar kalau mereka mengetahui, yaitu orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal. (QS. an-Nahl : 41-42).

=============================================================

Harapan Negatif Merusak Diri

Kita sebagai manusia seringkali menyebut dirinya sebagai makhluk yang lemah sehingga bisa melakukan hal-hal yang tanpa disadarinya bisa merusak diri sendiri. Bila hatinya sudah tersakiti, mendapat cobaan, diuji atau ditimpa musibah oleh Allah atau hatinya disakiti hal itu bisa menyebabkan perbuatan yang tidak rasional seperti merusak diri sendiri, merusak orang lain dan bahkan ada yang sampai mengakhiri hidupnya. Memang hidup anda sekarang terasa berat tetapi yakinlah anda masih bisa melewatinya. Allah tidak menyukai orang2 yang berputus asa. Kebahagiaan dan kesedihan selalu datang silih berganti, Jadi janganlah bersedih hati, yang anda perlukan sekarang adalah ketegaran dalam menghadapi kehidupan, niscaya anda mendapatkan kebahagiaan.

'Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' (QS. az-Zumar : 53).

Merusak diri sendiri lebih disebabkan harapan negatif pada diri seseorang. Ada tiga hal cara pandang yang kemudian memunculkan harapan negatif. Pertama, diri sendiri (self). Kedua, dunia (world). Ketiga, masa depan (future). Orang yang memiliki harapan negatif karena cara pandang negatif tentang diri sendiri dan masa depan. Mereka yang berputus asa dan patah semangat menilai dirinya sebagai manusia yang tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan serta merasa tidak memiliki kesempatan hidup bahagia dimasa mendatang. Munculnya cara pandang negatif tentang diri sendiri dan masa depan yang melahirkan harapan negatif sehingga mampu merusak diri sendiri maupun merusak orang2 disekelilingnya.

Harapan negatif bersemayam dibenak dan pikiran orang yang berputus asa disebabkan adanya perbedaan antara kenyataan diri (actually self) dengan semestinya yang dicapai oleh dirinya sendiri (ideal self). Upaya membandingkan realitas yang ada pada dirinya dengan cita-cita ideal yang dipatokkan untuk dirinya senriri menjadi pemicu harapan negatif. Contohnya, seorang istri yang menggambarkan sempurna sosok suami, mencintai keluarga, pekerja giat, santun dan karier yang melejit sampai pada suatu hari bertubi-tubi Allah memberikan cobaan, sang istri merasakan suami tidak seperti yang dibayangkan sehingga kenyataannya menjadi tidak sama dengan apa yang semestinya dan idealnya dalam benak sang istri. Contoh lainnya, disebuah perusahaan ada seorang karyawan dituntut untuk mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik, keberhasilan perusahaan berkaitan dengan kesejahteraan dirinya, sementara ia merasa telah mengembangkan perusahaan tetapi lima tahun bekerja gajinya nggak pernah naik-naik maka ia menyimpulkan ketidaksamaan antara apa yang telah ada dan apa yang semestinya ada.

Ketidaksamaan antara yang ada dan yang semestinya ada disebut dengan 'actual ideal self discrepancy.' pola pikir dan cara memandang diri seperti ini akan berdampak buruk pada pikiran dan perilakunya, yang bisa merusak dirinya sendiri dan orang2 disekelilingnya. Bagi orang2 yang beriman dan bertaqwa kepada Allah akan tetap bersemangat, optimis dan percaya diri maka semua pola pikir semacam itu tidak akan muncul bahkan dibuang jauh-jauh dari hidup mereka. Perbedaan antara yang telah ada pada dirinya dan apa yang semestinya ada, tidak lantas mengecilkan nyalinya & tidak menghilangnya semangat tetapi malah sebaliknya perbedaan apa yang telah ada (actually self) dan apa yang semestinya ada (ideal self) justru menjadi motivasi untuk mendorong dirinya menjadi lebih baik untuk meraih kebahagiaan di dunia dan diakhirat.

'Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.' (QS. ath-Thalaq : 2-4).

=============================================================

Selamat Dari Musibah

Entahlah bagaimana rasanya bila kehidupan ditengah keluarga yang sedang bahagia tiba-tiba musibah datang menghempasnya. Musibah datang bertubi-tubi.Terasa perih, hatipun bertanya, Mengapa semua ini harus terjadi Ya Allah? Itulah yang dialami seorang bapak, ketika dirinya hendak berangkat kerja, istrinya terkena stroke, tidak tahu apa yang harus dilakukan hanya bisa pasrah dan berserah diri pada Sang Khaliq. Peran ganda kepala rumah tangga dan sebagai pengurus rumah tangga dikerjakan semuanya.

Sejak istrinya sakit, dulunya yang biasa kini menjadi masalah pelik. Dirinya bekerja sebagai karyawan swasta dan istrinya membantu dengan usaha warung makan. Ketika sang istri jatuh sakit kondisi ekonomi keluarga menjadi beban yang berat. Kehidupan keluarganya hanya mengandalkan gajinya. Awalnya bisa melewatinya, menginjak beberapa bulan kemudian dirinya panik, tak tahu apa yang harus lakukan, Listrik belum terbayar dua bulan, anaknya yang SMA nggak mau sekolah karena SPP belum terbayar. Cobaan itu cukup membuatnya lemah dan tak berdaya, orang yang mendampingi hidupnya sedang terbaring sakit. Ditengah kegalauan hati, Air matanya habis terkuras, tidak lagi sanggup untuk berpikir bagaimana harus menjalani kehidupan disaat bersamaan dirinya malah kehilangan pekerjaan. Terasa lengkap sudah kemalangan yang dirasakannya. Ditengah keterpurukan beliau teringat keutamaan shodaqoh, maka ia berkenan untuk bershodaqoh ke Rumah Amalia agar Allah menyelamatkan keluarganya.

Keesokan harinya, ada seorang bekas karyawan warung makan milik istrinya yang datang, dia menganjurkan untuk membuka kembali warung makan. Sungguh tidak menyangka, ditengah himpitan hidup, Allah memberikan jalan keluar yang begitu indah tanpa diduga. Warung makan dibuka kembali, banyak karyawan yang bersedia membantu sampai usahanya berjalan dengan baik. Pelanggannya yang dulu kehilangan telah kembali sampai usaha warung makan berkembang pesat. Disaat bersamaan kondisi kesehatan istrinya telah pulih kembali. 'Allah mengabulkan doa kami, istri saya disembuhkan dan Allah melimpahkan rizki penuh berkah yang menyelamatkan keluarga kami dari dari kehancuran.' tuturnya.

'Tidak ada satupun musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatunya.' (QS. at-Taghaabun : 11).

=============================================================

Air Mata Yang Tak Tertahankan

Siapa yang bisa menahan air mata bila suami yang sangat disayangi meninggalkan dirinya dan anak2nya untuk selamanya justru ditengah kebahagiaan. Itulah yang terjadi pada seorang Ibu yang dengan tulus merawat suami dan anak-anak yang dicintainya setulus hati. Ketika suami sedang sakit, suaminya tetap memilih untuk tinggal di rumah daripada rawat inap di Rumah Sakit namun tetap rajin melakukan check up dan pemeriksaan kesehatannya pada dokter ahli. Ada sesuatu yang mengganjal relung hatinya. Setiap pergi keluar rumah, dirinya selalu bergetar. Membayangkan, jangan-jangan suaminya telah tiada. Buru-buru ia menghapus bayangan itu. Tetapi pikiran itu senantisa hadir dan hinggap di dalam benaknya.

Sudah selama sebulan suaminya tinggal dirumah. Ketika dirinya mengantar suami check up, tubuh suami menjadi membaik. Ia dan anak-anak bersyukur hal ini pertanda ayahnya sudah mulai pulih sehat. Namun dokter menyarankan agar suami menjaga berat tubuhnya agar jangan sampai menurun. Tak lama kemudian suaminya sudah bisa berlari pagi sehingga ia dan anak-anak juga menemani berlari pagi. Dokter yang menangani suaminya terheran-heran, kata dokter ini sebuah keajaiban. Ia bertambah rajin memanjatkan doa. Baginya, hanya doa yang dapat mengubah yang buruk menjadi baik. yang salah menjadi benar. Karena suaminya sudah pulih, beliau kembali aktif mengajar dan aktifitasnya sebagai pengurus masjid. Baru aktif mengajar tiga hari suaminya mengajak pergi ke pesantren dimana beliau dulu pernah belajar. Bersama keluarga pergi dengan mengendarai mobil. Lantas ia dan anak-anak memenuhi permintaan suami. Sepanjang jalan suaminya terlihat gembira. Apa lagi sesampainya pondok pesantren di Jawa Timur, disambut hangat oleh keluarga besar pondok. Kebahagiaan suaminya terpancar dari wajahnya. Sepulang dari pondok pesantren, kesehatannya kembali menurun. apakah ini tanda kepergiannya? ah.. ia tepis semua pikiran yang membuatnya dan anak-anak bisa menjadi bersedih. Tetapi ia selalu mempersiapkan diri untuk semuanya dan ia mengajarkan kepada anak-anak bahwa hidup mati kita adalah milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ia mengajak anak-anak untuk ikhlas menerima apapun yang sudah menjadi kehendakNya.

Akhirnya Sang Khaliq memanggil sang suami untuk selamanya. 'Saya mencoba untuk tabah menghadapi kepergiannya. tetapi begitu saya melihat semua orang berkumpul dirumah menyambut jenazahnya, hati saya bagai teriris.' tutur beliau penuh dengan cucuran air mata malam itu di Rumah Amalia. 'Sayapun tak sanggup melihatnya, Ketika itu saya menyadari bahwa saya tidak hidup sendiri. betapa berartinya suami saya. Saya teringat pesan suami saya yang terakhir, 'Bersandarlah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hanya kepadaNyalah kita bergantung dan hanya kepada Allahlah kita memohon pertolongan.' lanjutnya. Kedukaan yang teramat dalam, pesan terakhir dari suaminya tercinta justru memberikan motivasi agar menguatkan keimanan dan ketaqwaanNya kepada Allah. Subhanallah.

'Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, mereka tidak ditimpa sesuatu bencana & mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar.' (QS. ali Imran : 173-174).




Kebahagiaan Dalam Keluarga

Kebahagiaan dalam keluarga tentunya harus juga diikuti dengan adanya kemandirian. Hal itulah sebagaimana yang dialami seorang bapak dalam perkawinannya selama empat tahun dengan memiliki dua orang putra bersama istrinya tinggal di rumah mertua karena kebetulan rumah orang tua istri cukup dekat dengan kantor tempatnya bekerja. Selama tinggal bersama mertua, kehidupan keluarganya baik-baik saja. Mertua yang baik dan dirinya cukup betah tinggal bersama mertua. Apalagi rumah sering kosong karena ibu dan bapak mertua memiliki usaha di luar kota, hanya pulang seminggu sekali. Mereka juga sering menjenguk anak-anaknya yang lain dan menginap beberapa hari di rumah anak-anaknya. Beberapa bulan ini orang tuanya yang hanya tinggal berdua di rumah sangat berharap dirinya dan keluarganya untuk tinggal bersama dengan mereka karena sudah tua dan sering sakit-sakitan, terutama ibunda tercinta. Rumah orang tuanya cukup jauh dari kantor, dirinya sangat ingin sekali menemani dan menjaga kedua orang tuanya disisa hidup mereka.

Pernah dirinya membicarakan dengan istri tetapi istri tidak memberikan jawaban yang pasti dan ketika ditanya malah berakhir dengan pertengkaran. 'Mas Agus, bagaimana sebaiknya kami tinggal? rumah orang tua atau rumah mertua? Apa yang harus saya lakukan Mas Agus Syafii? Saya kemudian menjelaskan padanya bahwa permasalahan kemandirian adalah faktor utama di dalam sebuah keluarga. Apalagi anak-anak akan semakin tumbuh dewasa, tentu harus dipikirkan tempat tinggal yang kondusif agar anak tumbuh dengan baik. Saat ini dengan tinggal di rumah mertua dengan alasan dekat dengan kantor. Ternyata saat bersamaan orang tua juga sudah tua. sakit-sakitan dan membutuhkan 'teman' di usia yang telah lanjut. Sebagai anak yang berbakti tentu saja hal itu adalah perbuatan yang sangat mulia. Jadi, sebaiknya musyawarah dengan istri sangatlah penting. Kemudian mengkomunikasikan hal itu dengan baik pada mertua dan orang tua apapun keputusannya yang akan diambil bersama istri tetaplah memperhatikan mertua dan orang tua dengan cara yang mampu dilakukan, apakah mengunjungi, menelpon atau bersilaturahmi.

Selanjutnya sebagai suami kemandirian dalam keluarga harus terbangun. Meski dengan mengontrak rumah. Jika diperhatikan dengan seksama selama tinggal di rumah mertua atau orang tua, ada kesan ketergantungan, Dalam jangka panjang hal ini sangatlah tidak baik namun bila hal itu dilakukan sementara waktu, tidaklah masalah. Mengapa? karena dalam jangka panjang akan menimbulkan ketidakmandirian dan kondisi rumah tangga menjadi tidak kondusif karena keterlibatan mertua atau orang tua dalam keputusan rumah tangganya secara langsung atau tidak langsung akan terlibat dan itu menjadi tidak sehat dalam berumah tangga. Keputusan apapun tentunya didasarkan pada rencana yang sudah matang, baik jangka panjang maupun jangka pendek namun sebagai ayah dan sebagai suami harus tetap memikirkan dan tempat tinggal yang mandiri untuk keluarga.



Diguncang Prahara

Dalam kehidupan tidak ada orang yang pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Seringkali kita tenggelam dalam kebahagiaan kemudian terhenyak disaat diguncang prahara. Maka disaat itulah mengubah cara pandang seseorang memahami kehidupan. Demikian halnya terjadi pada seorang bapak yang tidak menyadari, karena dianggapnya semua baik-baik saja sampai terjadi perpisahan. kesepian itu hadir setelah perceraian dengan seseorang yang semula diharapkan menjadi teman dalam perjalanan hidup ternyata menimbulkan berbagai perasaan lain yang mengiringinya. Rasa menyesal atas keputusan yang tergesa-gesa hanya terdorong rasa jengkel, marah dan benci, merasa dikhianati oleh perbuatan istri yang dinilai menjatuhkan harga dirinya. Timbul kesulitan demi kesulitan menerpa hidupnya.

        Merasa bersalah karena keputusannya telah membuat diri dan anak-anaknya jatuh ke dalam keadaan yang lebih menderita. Pandangan keluarga, masyarakat, problem keuangan dan berbagai pertentangan batin membuat dirinya menjadi lebih tertekan. Namun beruntunglah ketekunannya dalam mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala membuat ia lebih tahan terhadap berbagai derita yang datang dan dalam menghadapi penilaian negatif dari siapapun juga. Justru dalam kesepian dan kesendirian , ia makin mengenal dan menemukan dirinya, makin mengenal hakekat hidup dan berusaha mengisinya dengan hal-hal yang positif bagi dirinya sendiri, bagi anak-anak dan bagi masyarakat sekitarnya. Semua itu tidak diperoleh begitu saja. Tetapi berkat ketekunan dan usahanya mendekatkan diri kepada Allah.

        Kesempatan berbagai kegiatan, perkenalan dan berkumpul bersama di Rumah Amalia membuat dirinya semakin menyadari bahwa masih banyak yang bisa dilakukanna untuk kebaikan bagi sesama. Ia menyadari cobaan dan penderitaan di dalam hidup masih akan dijumpainya, namun berharap bisa melewati semua itu sampai saat akhir tiba. Tidak ada lagi rasa benci, dendam dan penyesalan, tidak ada lagi rasa sepi dan sendiri atau tertekan batin seperti dulu lagi. Pada akhirnya derita itu mengubah cara pandangnya dalam memahami kehidupan bahkan lebih mencerahkannya dalam menilai kehidupan. Senantiasa berpikir positif yaitu dengan bersyukur dan bertawakal kepada Allah.

        'Katakanlah, 'Apa yang menimpa kami ini telah Allah gariskan. Dialah pelindung kami. Hanya kepada Allah semata, semestinya orang-orang beriman itu bertawakal' (QS. al-Taubah : 51).



Luka Perih Dihati

Sumber penderitaan dari semua penderitaan terletak pada kehilangan. Kehilangan cinta, kehilangan hubungan dengan sesama dan kehilangan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala. kehilangan ayah, kehilangan suami, kehilangan istri, kehilangan anak atau kehilangan orang yang kita kasihi. Terkadang kita mengabaikan keberadaan orang-orang yang mencintai kita dengan setulus hati namun mereka menjadi berarti bagi kita setelah mereka tiada. Menjaga orang-orang yang kita kasihi dan yang kita sayangi jauh lebih berarti selama mereka masih ada daripada mereka sudah tiada.

        Demikian juga yang terjadi pada seorang suami yang mencintai istrinya dengan setulus hati namun istri yang dicintainya telah pergi meninggalkan dia dan sang buah hati untuk selamanya. Justru disaat cintanya semakin mendalam. Luka perih dihatinya tak tertahankan. Perasaan bersalah selalu menyelimuti dirinya. Masih teringat sewaktu pulang kerja, istrinya mengajak sholat berjamaah bersama suami dan sang buah hatinya. Istrinya selalu mengingatkan 'Ayah jangan lupa sholat ya..' Seulas senyum istrinya sambil menatap wajahnya namun tak juga dimengerti. Malam mereka membaca al-Quran bersama. Bergantian membaca dan saling menyimak. Semuanya berlalu begitu cepat. Canda dan tawa menghiasi rumah. Kebahagiaan itu hadir membawa kedamaian hati.

        Pagi hari dirinya menemukan istrinya terpeleset saat mencuci. Tanpa berpikir panjang, bergegas membawa istrinya ke klinik terdekat. Sampai di klinik nyawa istrinya tak tertolong lagi. Air matanya mengalir tak tertahan. Begitu cepat istrinya meninggalkan dia pergi. Masih teringat pesan istrinya 'Ayah, jangan lupa sholat ya.' Bagai pesan terakhir untuk dirinya. Terbayang olehnya selama ini dirinya tidak bisa menjadi imam yang baik. Ditengah kesibukannya bekerja terkadang mengabaikan sholat dan keluarganya. Begitu istrinya telah pergi selamanya dan tak akan pernah kembali, perasaan kehilangan menyelimuti dirinya.

        Malam itu di Rumah Amalia, Laki-laki muda itu bersama sikecil duduk dipangkuannya. 'Mas Agus, saya belajar mengikhlaskan kepergian istri saya, sekalipun terkadang hati saya masih terasa luka perih, semua itu ketetapan Allah yang harus saya terima, membuat saya semakin dekat kepada Allah.' Malam itu kami berdoa bersama untuk istri yang dicintainya.

        'Katakanlah, 'Apa yang menimpa kami ini telah Allah gariskan. Dialah pelindung kami. Hanya kepada Allah semata, semestinya orang-orang beriman itu bertawakal' (QS. al-Taubah : 51).



Indahnya Keharmonisan

Sungguh indahnya bila di dalam keluarga terlihat harmonis. Rukun dan bahagia selalu. Keharmonisan di dalam rumah tangga sangat ditentukan dengan komunikasi diantara anggota keluarga. Belum lama ini ada seorang ibu bersama dua anaknya datang ke Rumah Amalia. Pernikahannya selama delapan tahun dengan suami yang baik dan memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Menurut penuturannya, saking baiknya rumah masih tinggal ngontrak, perabotan seadanya, bahkan tidur dibawah, terima tamu dibawah, semua dibawah karena tidak memiliki meja dan kursi. Jika istri minta dibeliin meja kuri, suami selalu menolak dengan alasan untuk keperluan yang lain. Tetapi jika untuk keperluan temannya yang butuh uang, suami biasanya memberikan dengan mudah.

        Pernah kakaknya terkena masalah keuangan, suami mengurusnya, membayar semua hutang kakaknya, entah suami dapat uang dari mana. Awalnya istri bisa menerima tetapi ketika uang sekolah anak terpakai, istri mulai marah dan kecewa. Sudah setahun suami digrogoti oleh ibu dan kakaknya. Semua apapun yang diminta oleh ibu dan kakaknya selalu saja suami mengabulkan. Bahkan ketika istri mengatakan 'tidak.' Ibu mertua marah dan berteriak, menyalahkan dirinya karena menghalangi anaknya berbakti pada ibunya. Padahal ia tidak bermaksud buruk, tetapi bila sudah terus menerus meminta bantuan keuangan, sementara keluarga keteteran, apakah sebagai istri harus diam saja?

        Sampai suami kemudian berhenti untuk tidak memberi bantuan kepada Ibu dan kakaknya karena sudah memiliki rasa tanggungjawab kepada keluarga sehingga mampu mengatakan 'tidak' kepada ibu dan kakaknya. Sekarang yang menjadi ganjalan adalah pada dirinya sebagai istri, bukan kepada suami melainkan kepada Ibu mertua dan kakak suaminya. Dirinya menjadi malas berbincang & bertemu dengan ibu mertua. 'Mas Agus, bagaimana saya harus bersikap agar kami sekeluarga kembali hidup tenteram bersama keluarga besar suami?

        Saya kemudian menjelaskan padanya bahwa sepatutnya hidup ini disyukurinya. Bersyukur kepada Allah karena dengan adanya berbagai masalah justru suami berperan sebagai penyelamat ibu dan kakaknya dan masalah itu bisa diselesaikan dengan baik. Daripada pikiran hanya tercurah pada ganjalan rasa marah dan kecewa pada mertua yang menghabiskan banyak energi lebih baik memfokuskan untuk upaya mempertahankan keterbukaan komunikasi dengan suami agar suami tidak terhambat untuk bercerita padanya atau meminta pendapatnya tanpa harus merasa berbicara kepada istri hanya akan membuat diri suami menjadi susah. Masalah keuangan di dalam keluarga memang topik yang sensitif untuk banyak pasangan karena sikap adil seorang suami menjadi penting antara kebutuhan untuk rumah tangga dan memberi dukungan keuangan orang tua, saudara atau untuk kepentingan pribadinya sehingga keterbukaan dan komunikasi lebih memudahkan terjadinya kesepakatan bersama.

        Termasuk membangun komunikasi dengan keluarga besar suami. Bila tidak ada komunikasi dengan mereka yang terbentuk kemudian adalah prasangka dan opini dan biasanya penuh dengan hal-hal negatif. Sekali waktu berbincang bersama dengan ibu mertua dan kakak ipar di rumah. Keadaan rumah bisa dilihat dengan nyata, agar mengerti kalo rumah masing ngontrak, tidak ada kursi, meja dan yang lebih baik lagi untuk membangun empati. Makin banyak informasi tentang kita, makin realistis gambaran diri kita dipahami oleh orang lain. Makin terbuka diri kita, makin besar peluang untuk merasa dekat satu dengan yang lainnya. Dan dalam proses seperti ini mungkin saja dirinya juga akan menjadi berpandangan yang berbeda tentang ibu mertuanya, yang awalnya kecewa dan marah berubah menjadi sayang dan kasihan ternyata kehidupan ibu mertua memang membutuhkan pertolongan. Saya berharap agar dirinya tidak menghindari bila ibu mertua menghubunginya, hadapi, bicara, dengarkan sehingga suami juga bisa melihat bahwa dirinya punya itikad baik kepada ibunda tercinta, setelah komunikasi dengan suami menjadi lebih baik dengan hilangnya prasangka. Hal inilah yang menjadikan kebahagiaan kembali hadir dalam keluarga. Tidak ada lagi prasangka kepada suami, Ibu mertua, kakak ipar, demikian juga sebaliknya keluarga besar suami juga memahami kondisi batin gejolak hati yang dirasakannya sebagai seorang istri.

        Ibu bukan hanya keluar dari depresinya namun juga bisa membangun keharmonisan dalam keluarga. ia bersyukur untuk memahami keadaan suami dan keluarganya serta lebih menyayangi suami & keluarga besarnya. Disisi yang lain dengan adanya masalah dan kesulitan telah membuatnya lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan sabar dan sholat. 'Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.' (QS. al-Baqarah : 153).



Menguatkan Hati

Di dalam keluarga, pasangan hidup senantiasa saling menguatkan hati. Bila suami sedang bersedih maka tugas istri untuk menguatkan hati suami, demikian juga sebaliknya. Pernah ada seorang ibu yang menuturkan bahwa disaat suaminya memiliki jabatan di kantornya sehingga kondisi keuangan keluarga baik dan tidak kekurangan. Namun belakangan ini suaminya bercerita kalo dia mendengar desas desus dirinya segera dipindahtugaskan bahkan ada kemungkinan akan dirumahkan, hal inilah yang membuatnya uring-uringan terus. Sampai istri sudah berusaha menghibur dengan mengatakan bahwa semua itu adalah bagian dari resiko pekerjaannya. Namun semakin hari sepertinya suami semakin tambah stress. Bahkan istri juga ikut-ikutan tegang karena setiap pulang kantor selalu bertanya-tanya apalagi yang akan menjadi obyek kemarahannya, 'Mas Agus, bagaimana saya harus bersikap untuk menghibur suami agar tidak selalu uring-uringan?'

        Siang itu di Rumah Amalia saya menjelaskan padanya bahwa tugas kita senantiasa mendampingi pasangan hidup kita dalam suka maupun duka, menjadi penghibur suami ketika bersusah hati dan menjadi penopang suami ketika sedang limbung atau merasa kehilangan kepercayaan diri. Reaksi suaminya yang sering uring-uringan merupakan reaksi yang sangat manusiawi karena siapapun yang menghadapi ancaman kehilangan jabatan atau PHK cukup memberikan tekanan yang berat pada suami sekaligus seorang ayah yang bertanggungjawab terhadap keluarganya. Rasa tanggungjawab itulah yang memberikan tekanan psikologis yang berat bagi dirinya sehingga bila istri menghibur dengan tutur kata yang lembut masih dirasa belum cukup maka cobalah dengan tindakan seperti berhemat atau sudah mulai dengan berpikir mencari alternatif usaha mandiri atau berwirausaha sebab dengan cara ini menjadi kegiatan yang bisa menghibur suami bahwa masa depan dan rizki yang mengatur Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

        Ketakutan akan kehilangan pekerjaan tentu saja akan berimbas pada semua anggota keluarga, tentu saja perlu didiskusikan bersama dengan suami dan harus diingat jika suami sedang sensitif, bila tidak bijak mengkomunikasikan tentunya malah hanya menimbulkan pertengkaran maka istri harus menjadi tegar dalam menerima kemungkinan yang terburuk suami bila sampai dirumahkan dari kantor tempatnya bekerja. Jadikanlah kondisi yang dialami ini sebagai momen untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan banyak bersyukur atas semua nikmat dan anugerahNya dengan lebih giat melaksanakan sholat fardhu dengan tepat waktu. Mengajak suami dan anak-anak agar sabar & ikhlas menerima ketetapan Allah bahwa apapun yang terjadi, Allah senantiasa memiliki rencana yang terindah bagi keluarganya sehingga kebahagiaan dan ketenteraman hadir ditengah keluarga ketika dilanda guncangan hidup yang hebat.



Dihempas Cobaan

Entahlah bagaimana rasanya bila hati yang bahagia tiba2 datang menghempas cobaan. Cobaan datang bertubi-tubi.Terasa perih, hatipun bertanya, Mengapa ini terjadi? Mengapa harus aku? Itulah yang dialami seorang ibu, ketika dirinya mendapatkan tugas keluar kota dari kantor, suami dan anaknya ikut mengantarkan ke bandara dan melambaikan tangan kepadanya. Hal itu tidak pernah dilakukan, hatinya bertanya-tanya, entah kenapa suaminya melakukan hal itu, sampai pesawatnya berangkat. Sore harinya kakak memberitahukan suaminya mendapatkan serangan jantung dan dirawat di ICU di rumah sakit tak lama kemudian mendapatkan kabar bahwa suami tercinta telah berpulang kepada Allah.

        Cobaan itu cukup membuatnya lemah dan tak berdaya, orang yang mendampingi hidupnya puluhan tahun meninggalkan dirinya dan anak-anaknya tanpa ada pesan apapun. Ditengah kegalauan hati, sampai suatu pagi kendaraannya mengalami kecelakaan, anaknya selamat namun dirinya harus terbaring di rumah sakit selama satu minggu. Air matanya habis terkuras, tidak lagi sanggup untuk berpikir bagaimana harus menjalani kehidupan bahkan tidak lama setelah bekerja kembali, perusahaannya bekerja akan ditutup dan dirinya kena PHK. Terasa lengkap sudah kemalangannya sampai menjerit kepada Allah dalam doa, 'Ya Allah, aku tidak sanggup lagi!' Disaat dirinya benar-benar hancur dan habis. Kasih sayang Allah menghampiri dirinya, semua cobaan, musibah dan ujian yang dihadapinya telah membuat dirinya semakin dekat kepada Allah. Sholat fardhu yang dulu seringkali ditinggalkan, sekarang lebih giat dikerjakan. Bersama anak-anaknya senantiasa mengingatkan bahwa hanya Allahlah tempat untuk bergantung dan memohon pertolongan. Peristiwa yang telah dilalui oleh dirinya dan anak-anaknya telah menumbuhkan empati terhadap penderitaan orang lain.

        Akhirnya beliau mendapatkan pekerjaan dengan fasilitas yang jauh lebih baik lagi. Bahkan kondisinya sekarang justru lebih dekat kepada Allah dan anak-anak lebih bisa mensyukuri hidup apapun yang Allah telah anugerahkan bagi keluarganya. 'Alhamdulillah, melalui Rumah Amalia perjalanan hidup yang penuh cobaan saya bisa merasakan kesejukan & melewati semua itu dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah. saya bisa berbagi dengan orang yang pernah mengalami penderitaan seperti saya.' Tutur beliau sore itu, air matanya nampak mengalir, wajahnya terlihat penuh syukur kepada Allah.

        'Tidak ada satupun musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatunya.' (QS. at-Taghaabun : 11).




Pancaran Kebahagiaan

Pancaran kebahagiaan diwajah kita adalah cermin dari hati yang bahagia ketika hidup penuh syukur mendapatkan nikmat dan bersabar dikala mendapatkan ujian. Begitulah yang dirasakan seorang Ibu dengan tiga putrinya. Di dalam hidupnya harus melewati ujian kehidupan yang sebelumnya tidak pernah disadarinya. Setelah pernikahannya dua puluh tahun dikaruniai dengan tiga putri yang sudah beranjak dewasa dikejutkan oleh kenyataan pahit, tiba-tiba suami menggugat cerai. Sampai beliau berpikir, apa yang salah dari dirinya sampai suaminya tega melakukan itu. Beliau sempat depresi, bingung tak tahu apa yang harus dilakukan. Apa lagi sang buah hati mereka sangat mengidolakan ayah dan bundanya. Mesti begitu dirinya tidak membiarkan ketiga putrinya terlihat dalam masalah orang tuanya.

        Ketidak mengertian atas sikap suaminya karena selama ini kehidupan rumah tangga sangatlah tenteram dan bahagia, tidak pernah bertengkar dan keributan dan tidak ada alasan yang utama yang bisa dijadikan gugatan cerai oleh suaminya karena selain istri sangat menghormatinya dan tidak ada gelagat atau perilaku yang aneh. Suaminya yang sangat santun dan penuh perhatian pada anak istrinya. Ditengah kegalauannya beliau datang ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh & berdoa bersama. 'Syukurlah alhamdulillah, dengan berdoa paling tidak telah membuat hati saya menjadi sejuk, bisa menerima dengan lapang dada, hati yang bersih dan ikhlas dalam menghadapi hidup ini,' tuturnya.

        Ditengah dirinya sudah berserah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mencoba untuk instropeksi diri atas semua kekurangannya. Disaat itulah kebahagiaan itu hadir dan meluluhkan hati suami tercintanya kembali pulang ke rumah dan telah mencabut gugatan cerainya. 'Sungguh Mas Agus Syafii, hati saya sangat bahagia karena Allah telah membuat keluarga kami bisa berkumpul kembali.' tuturnya. Malam itu hatinya penuh kebahagiaan tak henti mengucapkan puji syukur kehadirat Allah. 'Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.' (QS. Faathir : 34).


Kemudahan Dalam Hidup

Ketika kita menghadapi kesulitan dalam hidupnya niscaya berusaha mencari jalan pemecahannya. Dalam hal ini ada yang tetap memperhatikan nilai-nilai kebaikan, tetapi ada juga yang menghalalkan segala cara. Menurut Alquran, sesulit apapun keadaan, jika dalam pemecahan masalah itu mengikuti jalan ketaqwaan, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar yang aman, dan bahkan didijamin akan memperoleh rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka. 'wa man yattaqillah yaj 'al lahu makhraja wa yarzuqhu min haytsu la yahtasib (QS / 65:2).

        Ayat ini berhubungan dengan problem keluarga. Dalam problem bangsa atau masyarakat luas, sumberdaya alam menjadi tidak relevan dengan kemakmuran, jumlah peralatan menjadi tidak relevan dengan kesuksesan dalam pekerjaan. Menurut Alquran hal ini disebabkan dicabutnya keberkahan pada diri kita.

        Keberkahan adalah terkumpulnya kebaikan ilahiyyah pada sesuatu, pada seseorang, pada suatu waktu, pada suatu tempat, sehinggga nikmat Allah terdayaguna secara optimal. Menurut Alquran, hilangnya keberkahan itu berkaitan dengan perilaku masyarakat yang tidak lagi mencerminkan iman dan taqwa adalah kejujuran, tanggung jawab, amanah dan keadilan. Jika nilai-nilai tersebut diabaikan oleh masyarakat maka sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya lainnya tidak akan fungsional bagi kesejahteraan hidup bagi kita. Sebagaimana Firman Allah, 'Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi; tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu; maka, kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.' (QS. al-A'raaf : 96).



Air Mata Kebahagiaan

Air mata kebahagiaan seorang suami menjadi terasa indah ketika sedang diuji oleh Allah, Apakah cintanya terhadap pasangan hidupnya dilandasi karena kecintaannya kepada Allah? Sungguh begitu indahnya air mata kebahagiaan seorang suami yang tulus mencintai istrinya karena Allah. Itulah yang terjadi pada seorang bapak yang diuji oleh Allah dengan istrinya sakit. Sampai suatu ketika istrinya mengeluh, dia ada yang dirasakan sakit untuk buang air karena itulah ia mengajak untuk ke dokter, begitu diperiksa dokter meminta untuk diopname karena istrisakit kanker usus. Dan dikatakan oleh dokter, istri tercinta hidupnya tidak lama lagi, 'astaghfirullah..'dalam hening dirinya berdoa, Ya Allah, cobaan apa yang Engkau berikan kepada kami?'

        Dalam kondisi sakit seperti itu istrinya mengatakan bahwa kebahagiaan itu hadir sebab karena sakit inilah malah membuat kami sekeluarga rajin beribadah dan malah dekat kepada Allah Sampai akhirnya istri yang tercinta menjalani operasi, ia menyaksikan langsung gumpalan darah yang sebesar telur ayam telah dikeluarkan dalam jumlah banyak. Ia berusaha menguatkan hati ketika senyum istri menghiasi wajahnya dan mengatakan, 'ayah sabar ya..semuanya serahkan kepada Allah.'

        Padahal hatinya terasa diiris-iris oleh pisau, sakit dan tidak karuan. Dalam kondisi seperti itu istrinya mengatakan ingin menunaikan ibadah umrah bersamanya. Masya Allah...walaupun hati dibuat tegar namun airmatanya tak mampu ditahan, airmata itu mengalir begitu saja dengan derasnya. Setelah operasi dokter hanya mengatakan, hanya Allahlah yang akan memberikan keajaiban. Itulah sebabnya ia dan anak-anak selalu mengajak ke Rumah Amalia, berniat untuk bershodaqoh, memohon kepada Allah untuk kesembuhan istrinya.

        Lima bulan setelah operasi, berat tubuhnya menjadi naik. Dokter menyarankan agar istrinya mempertahankan berat tubuhnya. dokter yang menangani istrinya geleng-geleng kepala, dokter itu mengatakan hal ini sungguh keajaiban. Dirinya dan keluargana menangis bahagia karena bersyukur kehadirat Allah. 'Iman saya makin kuat, saya jadi tambah yakin dengan KemahabesaranNya, hanya mengabdi hidup dan mati saya untuk Allah. Bagi saya hanya satu, doa dapat mengubah yang buruk bisa menjadi baik dan yang salah menjadi indah dalam hidup ini.' Begitu tuturnya, tutur seorang suami yang penuh keikhlasan menjaga istrinya diketika sakit. Subhanallah..

        --
        Barang siapa menggembirakan hati istri, maka seakan-akan menangis takut kepada Allah. Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat. Manakala suami merengkuh telapak tangan istri (diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami & istri itu dari sela-sela jarinya. [HR. Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri].



Cinta Yang Menenteramkan

Cinta yang menenteramkan bila cinta kita hanya untuk Allah sebab cinta kepada Allah adalah cinta yang hakiki. Cintailah pasangan hidup kita karena cinta kita kepada Allah. Bila kecintaan kita kepada pasangan melebihi cinta kepada Allah maka ujian akan datang dari orang yang kita cintai, sebagaimana seorang ibu yang telah dua belas tahun mengarungi rumah tangga dirinya mengkayuh dengan susah payahnya. Bangunan rumah tangga diatas pondasi kasih sayang yang rapuh. Pernikahannya penuh dengan pertanyaan yang tiada akhir benarkah dirinya adalah belahan jiwa dari suami yang dicintainya?Ditengah usia yang semakin tua tanpa ada pilihan lainnya yang memaksa dirinya untuk menikah dengan laki-laki yang datang melamarnya. Pernikahanpun dilaksanakan dengan meriah. Kebahagiaanpu hadir.

        Ditengah kehidupan dengan mengalirnya waktu, materi dan karier telah mengubah seorang laki-laki. Semenjak bekerja dengan kariernya yang menanjak bagus. Kehidupan rumah tangganya mendadak berubah. Segala bentuk keresahan yang setiap dirasakan betapa ganasnya kota Jakarta menjadi sirna. Segalanya menjadi mudah. Dari menempati rumah kontrakan yang bocor, sering tergenang banjir. Disaat itulah hatinya menjadi sakit dan penuh penderitaan ketika mendapatkan perempuan lain dengan mudah hadir didalam hati suaminya. Justru ketika rumahnya sudah tidak lagi bocor dan tergenang banjir. Rumah besar dan nyaman dibilangan elit di kota jakarta. Suaminya mengakui semua perbuatannya karena telah jatuh cinta pada perempuan lain dan mengaku bahwa hal itu semata-mata khilaf namun hatinya terlanjur terluka.

        Ditengah penderitaan ada sebuah kesadaran bahwa apa yang telah terjadi dalam hidupnya seolah membukakan mata hatinya betapa lemahnya manusia dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 'Mas Agus, betapa tidak berdaya kita dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala..' ucapnya lirih. 'Disaat saya begitu bangganya kepada suami seolah Allah menyentil saya agar mencintai Allah dengan sepenuh hati. Cinta suami adalah cinta yang ilusi sedangkan cinta kepada Allah adalah cinta yang hakiki.' lanjutnya, air mata itu bagai bendungan yang sudah tidak mampu ditahannya. Mengalir dengan derasnya. Semuanya terhenti disaat anak-anak Amalia sedang berdoa.

        Dengan berbagi dan berdoa bersama di Rumah Amalia telah menenteramkan dan menyembuhkan luka dihatinya. Nampak wajahnya terurai airmata. Ada sebuah kelegaan sekaligus kedamaian. Tanpa terasa terucap puji syukur kehadirat Allah atas semua anugerahNya dan disaat itulah keikhlasan menerima apapun kesalahan suami mencair di dalam hatinya. Malam itu bersama suami dan anak-anaknya telah menemukan kembali kebahagiaan yang telah lama menghilang.



Keindahan Keluarga

Keluarga nampak terlihat indah bila kita mampu melewati setiap ujian. Bila mampu melewati setiap ujian dengan bersandar kepada Allah maka menjadi keluarga sakinah, mawaddah warahmah. Itulah yang terjadi pada seorang ibu muda yang sudah menikah dua tahun dengan suaminya dan dirinya sedang hamil muda. Ia tidak yakin apakah ia cinta kepada suami atau tidak karena pertama kali mengenal suami waktu kuliah, begitu baik dan banyak pengorbanan yang dilakukan sehingga begitu dirinya lulus kuliah mengajak menikah.

        Awalnya waktu itu belum ingin menikah karena ingin menikmati masa muda & membahagiakan orang tua karena mereka hanya hidup dengan berjualan warung kecil dipinggir jalan sampai sekarang tetapi karena merasa tidak enak kepada calon suami akhirnya ia memilih menikah. Sekarang justru menyesal karena melihat orang tua yang harus terus membanting tulang dengan warung kecilnya dan uangnya merasa tidak cukup untuk membantu mereka dan dirinya tidak mampu untuk membantu orang tua, 'Mas Agus, apa yang harus saya lakukan? Saya ingin bercerai, apakah hal itu lebih baik?

        Sore itu ibu muda itu bersama suaminya di Rumah Amalia, saya kemudian menjelaskan padanya bahwa sesungguhnya masalah itu bersumber dari kebingungan dirinya sendiri dalam menentukan sikap. Disatu sisi ia inginkan berbuat baik dengan membantu orang tua dengan memberi materi sementara kemampuannya terbatas. Disisi lain sebagai seorang istri memiliki tanggungjawab mengurus keluarganya sendiri. Bila melalaikan kewajiban utama sebagai seorang istri dengan alasan ingin membahagiakan orang tua tentu saja hal itu tidak dibenarkan. Apakah dengan alasan sudah tidak cinta lagi dengan suami dapat bercerai begitu saja? Lantas bagaimana dengan anak yang dikandungnya? Saya mengajaknnya agar berpikir dengan jernih bahwa apakah yang dilakukan sebenarnya egoisme atau kemuliaan yang mendorong dirinya untuk bercerai dari suami? Bagaimana dengan anak yang dikandungnya, masa depannya masih panjang dan membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Lantas bagaimana dengan suami yang mencintainya setulus hati, tentunya saja hatinya terluka dengan keputusan itu.

        Cinta senantiasa akan tumbuh berkembang bila senantiasa dipupuk dan disirami, ia akan bisa menumbuhkan cinta didalam hatinya jika berusaha sungguh-sungguh, tidak ada manusia yang sempurna, begitupun dengan suami bukanlah manusia yang sempurna, juga bisa melakukan kesalahan. namun jika ia bisa melihat dari sisi kelebihan dan kebaikan maka sebagai istri mampu melihat dari sisi positif. Demikian juga bila ia hanya melihat kekurangan maka yang terlihat hanya negatifnya aja. Niat baiknya untuk membantu orang tua tentu saja bukan berarti kemudian mengorbankan rumah tangganya dan saya mengingatkan agar tidak meremehkan warung kecil dipinggir jalan yang dimiliki orang tuanya sebab pintu rizki terbuka darimana saja. Pekerjaan apapun yang dilakukan oleh orang tuanya adalah pekerjaan mulia dan sebagai orang tua, beliau juga tidak ingin menjadi beban bagi anak-anaknya, usaha yang dilakukan bukan saja untuk mencari nafkah namun juga ada nilai ibadah. Tentunya orang tua mana yang tidak menangis jika mengetahui bahwa anaknya bercerai karena alasan ingin membahagiakan mereka. Orang tua berharap pernikahan anaknya menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah.

        Saya menganjurkan kepada pasangan suami istri itu untuk memohon ampun kepada Allah dan untuk tetap menjaga keutuhan rumah tangganya agar dilimpahkan keberkahan oleh Allah. Juga kepada Ibu sebagai istri lebih mendekatkan diri kepada Allah agar anak yang dikandungnya senantiasa dalam keadaan sehat dan kelak menjadi anak yang sholeh. Keinginannya membantu orang tua tentu saja hal itu tetap bisa dilakukan atas persetujuan suami tanpa harus mengorbankan keutuhan rumah tangganya. Pasangan suami istri itu nampak diwajahnya terlihat senyuman. Ada sebuah kelegaan memahami permasalahan rumah tangga yang dihadapinya. Kebahagiaan itu hadir pada diri mereka, tak lupa mereka memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

        'Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri2 dari jenismu sendiri supaya engkau cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar2 terdapat tanda2 bagi kaum berpikir.' (QS. ar-Rum : 21).


Senyuman Yang Indah

Senyuman yang indah hadir ketika kita bisa melewati berbagai ujian dan cobaan di dalam hidup ini sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah. Banyak orang yang lulus disaat mendapat ujian dalam penderitaan namun justru gagal ketika diuji dengan anugerah dalam bentuk kekayaan, wajah yang rupawan, kecerdasan yang menyebabkan lalai dan jauh dari Allah sampai kemudian jatuh sakit, begitulah kasih sayang Allah yang senantiasa mengingatkan hambaNya. Bersyukurlah bila kita termasuk orang yang lulus melewati berbagai ujian dan cobaan didalam hidup ini. Sebagaimana seorang pemuda yang datang ke Rumah Amalia. Dibalik anugerah kecerdasan dan pandai bergaul membuat hidupnya begitu mudah meraih impiannya. Begitu lulus kuliah bisa langsung bekerja. Entah bagaimana dari kecil orang tuanya mendidik dan hidup dilingkungan orang-orang yang taat beragama, tiba-tiba dirinya terjerumus ke dalam lembah hina. Godaan hawa nafsu tak mampu dikendalikannya. Imannya benar-benar diuji. Kian hari kian asyik dalam kenikmatan dunia yang semu. Terperosok ke dalam lumpur dosa. Tenggelam dalam kehidupan malam. Pergaulan bebas dan Minuman keras sudah menjadi teman karibnya. Bahkan sholat lima waktu sudah lama tidak pernah lagi dikerjakan. Badannya kurus, wajahnya pucat, tak bergairah dalam menjalankan aktifitas, hidupnya terasa hancur. Setiap malam hatinya selalu cemas & was-was, ketakutan seolah membayangi disetiap langkahnya.

        Suatu ketika mendengarkan suara adzan Isyak, membuat hatinya tersiksa. Merinding bulu romanya. Hatinya terasa hancur bagai tertimpa beban yang berton-ton yang membuat remuk seluruh tulangnya. Air matanya mengalir. Menangis terisak karena hati begitu terasa perih bagai tersayat-sayat, tanpa terasa terucap lirih, 'Astaghfirullah al adzim, Ya Allah Ampunilah hambaMu ini..' Ditengah kondisi tubuhnya yang melemah, di dalam tubuhnya terdapat benjolan ditubuhnya. Benjolan kecil awalnya cuman dua kemudian menjadi empat dan berikutnya delapan. Benjolan itu dibawanya berobat di rumah sakit. Dokter menggelengkan kepala, dipikirnya sejenis kutil namun jenis seperti ini tidak dikenalnya. Air matanya diusapnya berkali-kali. Dalam kondisi hati yang penuh galau, rizki yang selama ini hanya digunakan untuk mencari kenikmatan yang semu, ia bertekad bershodaqoh untuk Rumah Amalia dengan memohon keridhaan Allah.

        Kesungguhannya mendekatkan diri kepada Allah, tak lupa menjalankan ibadah sholat lima waktu dan meninggalkan semua kebiasaan buruknya. Beberapa hari kemudian benjolan-benjolan itu mengecil dan menghilang sekalipun masih terlihat bekasnya. Tubuhnya sudah terlihat bugar dan sehat, penuh semangat dalam menjalan aktifitasnya. Semua noda dan dosa yang selama ini melekat dalam tubuhnya seolah rontok. 'Segala Puji Engkau Ya Allah, yang telah menyembuhkan segala penyakit tubuh dan hatiku.' tuturnya dengan penuh air mata yang berlinang.

        'Janganlah engkau bersikap lemah & jangan pula bersedih hati, padahal engkaulah orang2 yg paling tinggi derajatnya, jika engkau orang2 yg beriman.' (QS. Ali Imran : 139).



Air Mata Untuk Ayah

Di Rumah Amalia ada satu sesi yang disebut dengan Muhasabah. Salah satu bentuk dari muhasabah dengan cara menulis itulah sebabnya saya mengajarkan menulis untuk anak2 Amalia sekalipun hanya satu atau dua baris tidaklah masalah yang paling penting anak-anak terbiasa melatih menuangkan pikiran dalam sebuah tulisan. Tulisan juga bisa sebagai terapi. Tulisan adalah bentuk curhat dari apa yang dirasakan di dalam hatinya.

        Pagi ini tanpa sengaja saya menemukan sebuah kertas yang berisi tulisan, berkali-kali saya membacanya, tak terasa air mata saya berlinang disaat membaca tulisan ini, sebagai seorang ayah tulisan ini menusuk hati, mampu menggores luka yang teramat dalam karena saya memahami kerinduan seorang anak kepada ayah yang dicintainya. Tulisan itu judulnya 'Air Mata Untuk Ayah'

        'Ayah, lihatlah air mataku. Air mata anakmu yang selalu mencintaimu. Ayah selalu bilang sayang padaku tetapi ayah tidak menjaga kesehatan, membuat ayah menjadi sakit, kenapa yah? Aku juga mencintaimu, Aku tidak ingin ayah pergi. Jika aku menangis, siapa yang akan mengusap air mataku? Jika aku kangen, siapa yang memelukku? Ayah tidak pernah menjawab setiap kali aku bertanya, ayah hanya tersenyum. Hatiku perih, ayah. Semua kenangan itu, senyuman itu selalu membuat berlinang air mataku, tidak ada seorangpun yang dapat menghentikannya , karena aku rindu padamu, Ayah... Air mata ini untuk ayah..



Keluarga Yang Membahagiakan

Keluarga yang direkat oleh mawaddah dan rahmah adalah pasangan dimana masing-masing secara naluriah memiliki gelora cinta mendalam untuk memiliki, tapi juga memiliki perasaan iba dan sayang dimana masing-masing terpanggil untuk berkorban dan melindungi pasangannya dari segala hal yang tidak disukainya. Betapa banyak suami isteri yang sebenarnya kurang dilandasi oleh cinta membara, tetapi karena masih ada rahmah, ada kasih sayang, maka rumah tangga itu tetap berjalan baik dan melahirkan generasi yang terpuji. Rahmah yang terpelihara pada akhirnya memang benar-benar mendatangkan rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala berupa mawaddah.

        Untuk memperoleh sakinah atau ketentraman dalam hidup pernikahan, dua orang pasangan suami isteri itu harus bisa menyatu dalam satu ikatan. Menurut al Qur'an surat ar Rum. tali temali perekat pernikahan itu adalah mawaddah dan rahmah, cinta dan kasih sayang. Yang ideal adalah jika antara suami dan isteri diikat oleh perasaan mawaddah dan rahmah sekaligus. Dalam bahasa Arab, mawaddah mengandung arti kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Jadi cinta mawaddah adalah perasaan yang mendalam, luas, dan bersih dari pikiran serta kehendak buruk. Sedangkan rahmah mengandung pengertian dorongan psikologis untuk melindungi orang yang tak berdaya.

        Mawaddah dan rahmah itu sangat ideal.Artinya sungguh betapa bahagianya jika pasangan rumah tangga itu diikat oleh mawaddah dan rahmah sekaligus. Sesuatu yang ideal biasanya jarang terjadi. Bagimana jika tidak? Seandainya mawaddahnya putus, perasaan cintanya tidak lagi bergelora, asal masih ada rahmah, ada kasih sayang, maka rumah tangga itu masih terpelihara dengan baik. Itulah keluarga yang membahagiakan. 'Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir' (QS. ar-Rum : 21).



Perekat Kesetiaan

Ikatan keluarga juga penting sebagai perekat kesetiaan, tetapi tabiat manusia dalam ikatan kekeluargaan bersifat angin-anginan. Pameo orang Jawa berbunyi; famili itu jika berada di tempat yang jauh baunya wangi, tetapi jika berdekatan, apalagi serumah mudah berubah menjadi bau busuk. Konflik antar keluarga sering lebih sulit didamaikan dibanding konflik antar bukan keluarga.

        Rumah tangga yang kesetiaannya hanya diikat oleh faktor harta benda, tunggulah kehancuran, karena tabiat harta memang curang. Ia hanya mau menemani dalam keadaan suka, sementara dalam keadaan duka harta justru sering menjadi pemicu permusuhan. Pameo orang Jakarta ada yang berbunyi: ada uang, abangku sayang, tak ada uang, abang kutendang. Ada uang berarti abang saya, tidak ada uang abang payah.

        Perekat kesetiaan yang kekal abadi adalah ikatan amal saleh, ikatan kebaikan. Suami isteri yang diikat oleh nilai-nilai kesucian kebaikan biasanya tahan godaan, tahan banting, tahan ombak. Di kala suka mereka bersyukur, di kala duka mereka bersabar. Sepanjang zaman, zaman orde lama, orde baru, zaman reformasi dan zaman apa lagi nanti mereka tetap kuat, tabah dan indah dan bahkan kebahagiaan dan keindahan masih tetap terasa meski yang satu sudah mendahului berada di alam lain. Pasangan yang demikianlah yang akan dapat menjadi pasangan bukan hanya seumur hidup, tetapi pasangan dunia akhirat.



Pemenang Kehidupan *)

Ditengah kebahagiaan. Tiba-tiba musibah datang memporakporandakan semua. Musibah menjadi terasa teramat berat karena kita sedang berbahagia. Biasanya ditengah kebahagiaan seperti itu kita lengah. Jika ada hal yang buruk kita benar-benar terhenyak dibuatnya. Sama sekali tidak kita sangka. Kebahagiaan mampu membuat diri kita mabuk kepayang. Kita tidak dalam keadaan sadar dan mawas diri dengan keadaan sekeliling kita karena kita merasakan kenikmatan yang tiada tara sehingga begitu tertimpa kepedihan membuat tubuh kita seolah terguncang hebat. Tanpa kita sadari terucap oleh kita. 'Ya Allah, kenapa ini terjadi pada diri ku? Aku tidak lalai, tapi aku tidak siap. Aku tidak melupakan diriMu, tetapi aku sedang berbahagia.'

        Sabar menerima musibah membuat tubuh kita menjadi ringan dari penderitaan bahkan mampu menghapus dosa-dosa kita. Setiap musibah, ujian & cobaan yang datang akan disesuaikan dengan kadar kemampuan kita dalam menerimanya karena Allah sangatlah memahami seberapa kekuatan kita dalam menerimanya sehingga Allah tidak akan memberikan musibah, ujian & cobaan diluar kesanggupan kita. Musibah hadir di dalam kehidupan kita sebagai proses menyucikan kita dari segala kotoran yang melekat dalam jiwa kita sehingga dosa dan segala kotoran jiwa kita dibersihkan dengan kekuatan daya pembersihannya.

        Musibah, ujian & cobaan adalah sparing partner dalam hidup ini. Bila kita memahami bahwa musibah, ujian & cobaan sebagai sparing partner di dalam kehidupan kita maka sudah sepatutnya kita mampu menyambut disetiap musibah dengan lapang dada dan rasa optimis di dalam hidup ini bahwa Allah memuliaan hidup kita dengan berbagai cara yang indah, terkadang sekalipun kita merasakan hal itu menyakitkan dan membuat hati terasa pedih karena Allah memberikan kita sparing partner yang lebih kuat & tangguh. Semakin kuat & tangguh sparing partner kita malah semakin baik agar kita menjadi kuat dan tujuannya hanya satu agar anda bisa menjadi pemenang. Pemenang yang diberikan keberkahan yang sempurna & rahmat Allah serta mendapatkan petunjuk.

        Dan Sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengucapkan 'inna lillaahi wa inna ilaihi raajiuun' (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya kami akan kembali). Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (al-Baqarah : 155 -157).

        * Tulisan ini materi on air pada acara 'Power of Peace' di Radio Bahana 101.8 FM Jakarta Jam 7 s.d 8 Rabu Malam ini.



Selamat Dari Badai Kehidupan

Kehidupan bagai bahtera yang mengarungi samudra. Dihempas badai & gelombang seolah tiada akhir. Hanya orang yang kokoh imannya kepada Allah yang akan selamat. Itulah yang dialami seorang ibu. Pernikahannya diujung tanduk. Hatinya menjadi galau dan gundah namun tak larut dalam kesedihan. Berkat kerja kerasnya kebutuhan anak-anaknya yang ditinggal suaminya bisa diatasinya. Seolah berjalan dengan terseok-seok perlahan-lahan kondisi ekonomi keluarganya bisa bangkit membaik. Usaha yang dirintisnya berkembang pesat mengalami kemajuan. Karyawannya yang mula hanya tiga, kini menjadi sepuluh untuk memenuhi pesananan dari berbagai kota. Sampai pada suatu peristiwa yang membuat hatinya terkejut, putranya yang bungsu jatuh sakit kejang-kejang dan paru-parunya infeksi. Pada saat itu juga dilarikan putrAnya ke rumah sakit

        Dalam keterpurukan dirinya tiada daya dan upaya kecuali hanya memohon kepada Allah. Wajahnya memerah berlinangan air mata. Hatinya begitu hancur, remuk redam. Suaminya pergi, anak sedang sakit sementara ia harus juga terus mencari nafkah untuk anak-anaknya. 'Ya Allah, begitu berat cobaan hidupku ini,' ucapnya lirih. Disaat ia sedang putus asa karena masalah tiada kunjung berakhir. Untunglah anaknya yang tertua selalu menghibur juga mengajaknya untuk bershodaqoh ke Rumah Amalia & berdoa memohon kepada Allah untuk kesembuhan adiknya.

        Malam itu disaat Ibu sedang menjaga putranya di Rumah Sakit, dokter mendatanginya dan mengatakan, 'Besok putra ibu boleh pulang.' Ia merasakan bahwa semua itu terjadi atas kuasa Allah. Anugerah Allah tidak sampai disitu. Suami yang meninggalkan dirinya dan anak-anaknya tiba-tiba pulang, bersimpuh dipangkuannya meminta maaf karena telah meninggalkannya pergi. Buah ketaqwaannya kepada Allah membuat dirinya memaafkan kesalahan suami. Sejak itu kehidupan rumah tangga mereka berubah. Kesabaran ia sebagai seorang istri membuahkan hasil, anak-anak dan suaminya telah berubah menjadi lebih baik dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Banyak orang bersyukur pengorbanan dirinya terutama mampu memaafkan suami yang telah menyakiti hatinya telah menjadi teladan bagi anak-anaknya.



Ketenteraman & Kebahagiaan Dalam Keluarga

Kualitas diri kita akan diketahui dan teruji hanya setelah mereka hidup berpasangan, karena dalam hidup berpasangan akan dapat diketahui kualitas, kapasitas dan sifat-sifat kemanusiaannya. Dalam hidup pernikahan itulah seseorang teruji kepribadiannya, tanggung jawabnya, keibuannya, kebapakannya, perikemanusia­annya, ketangguhannya, kesabarannya. Begitu besar makna hidup berumah tangga sampai Nabi mengatakan bahwa di dalam hidup berumah tangga sudah terkandung separuh urusan agama. Separoh yang lainnya tersebar pada berbagai bidang; sosial, ekonomi, politik, kebudayaan. Dalam surat ar Rum 21 tadi disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dengan setting berpasangan dalam hidup perkawinan agar pasangan itu memperoleh ke­tenteraman, memperoleh sakinah.

        Dalam al Qur'an manusia disebut dengan istilah basyar dan insan. Basyar artinya manusia dalam pengerti­an persamaan fisik. Sedangkan insan mengandung pengertian psikologis. Kata insan terambil dari kata nasia yansa yang artinya lupa, dari kata `uns yang artinya mesra, juga dari kata anasa yanusu yang artinya bergejolak. Jadi manusia pada dasarnya adalah makhluk yang memiliki tabiat mesra, tetapi suka lupa dan memiliki gejolak ke­inginan yang tak pernah berhenti. Selagi manusia dalam keadaan lupa diri dan dalam pengaruh gejolak ke­inginannya, maka ia tidak dapat merasakan ketenangan dan ketenteraman hidup. Nah dalam hidup berpasangan suami isteri itulah dimaksud supaya manusia me­nemukan ketenteraman, yang diperindah dengan kemesraan. Rumah tangga yang ideal itu bagai­kan lautan tak bertepi,
        segala ketegangan, kegelisahan, kecemasan, kesepian dan kelelahan akan hilang jika orang berlabuh dalam pelabuhan cinta mesra suami isteri.

        Menurut Hadist Nabi, suatu rumah tangga akan mem­peroleh ketenteraman dan kebahagiaan manakala dipenuhi pilar-pilarnya, Jika Allah menghendaki suatu rumah tangga itu baik, maka Allah akan memudahkan terciptanya ke­adaan-keadaan sebagai berikut: 1. Ada kecenderungan kepada agama di dalam rumah tangga itu, 2. Yang muda menghormati yang tua, 3. Di dalam kehidupan sehari-hari mereka bergaul secara lemah lembut, 4. Sederhana dalam membelanjakan harta, 5.Mau interospeksi sehingga mereka mudah bertaubat. (H.R. Dailami)



Cobaan Kehidupan

Setiap manusia selalu saja datang cobban dalam kehidupan, tujuan Allah memberikan cobaan sebenarnya agar kita lebih mendekatkan diri kepada Allah. Ada seorang bapak yang selama hidupnya jauh dari Allah. Sampai ada satu peristiwa yang begitu mengejutkan sehingga menyadarkan dirinya betapa Maha Besarnya Sang Khaliq telah menegur dirinya. Anaknya yang pertama, teramat dicintainya sakit. Tiba-tiba perutnya mengembung. Anaknya menangis terus menerus. Tanpa berpikir panjang dirinya segera membawa anaknya ke rumah sakit. Sebagai seorang ayah tak kuasa dirinya menahan air mata. Dokter sempat mengatakan kesempatan hidup anaknya tidak lama lagi. Tim dokter sudah dipersiapkan untuk operasi anaknya.

        'Siapa yang mengatur hidup mati kita? apakah dokter itu yang mengatur?' begitu tanyanya. Sampai kemudian beliau teringat untuk bershodaqoh di Rumah Amalia. Berdoa memohon kepada Allah agar diberikan kesembuhan untuk putra tercintanya. Keesokan harinya operasi itu dilaksanakan. lampu operasi sudah menyala. Sementara seorang anak kecil tergeletak tak berdaya. Sang ayah nampak sangat gelisah. Hilir mudik didepan kamar operasi. Perkataan istrinya sudah tidak digubrisnya lagi. Sang ayah tak henti-hentinya berdoa.

        Tak lama kemudian seorang dokter keluar dari kamar operasi muncul didepan pintu sambil tersenyum. 'Bapak, berdasarkan hasil pemeriksaan saya, putra bapak tidak perlu dioperasi,' Beliau menganga takjub. Desah nafasnya terasa ringan. Air matanya bercucuran. Syukur alhamdulillah berkali-kali diucapkannya. Pada lantai rumah sakit dibersujud. Sujud syukur sambil menangis tak tertahankan. Alangkah nikmatnya rasanya menerima anugerah Allah justru disaat harapan sudah mulai menipis.begitulah Allah senantiasa memberikan cobaan kepada setiap hambaNya agar mendekatkan diri kepada Allah. Subhanallah..

        Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu mereka yang apabila tertimpa musibah mengucapkan, 'Kami berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya (QS 2:155-156).



Cobaan Kehidupan

Setiap manusia selalu saja datang cobban dalam kehidupan, tujuan Allah memberikan cobaan sebenarnya agar kita lebih mendekatkan diri kepada Allah. Ada seorang bapak yang selama hidupnya jauh dari Allah. Sampai ada satu peristiwa yang begitu mengejutkan sehingga menyadarkan dirinya betapa Maha Besarnya Sang Khaliq telah menegur dirinya. Anaknya yang pertama, teramat dicintainya sakit. Tiba-tiba perutnya mengembung. Anaknya menangis terus menerus. Tanpa berpikir panjang dirinya segera membawa anaknya ke rumah sakit. Sebagai seorang ayah tak kuasa dirinya menahan air mata. Dokter sempat mengatakan kesempatan hidup anaknya tidak lama lagi. Tim dokter sudah dipersiapkan untuk operasi anaknya.

        'Siapa yang mengatur hidup mati kita? apakah dokter itu yang mengatur?' begitu tanyanya. Sampai kemudian beliau teringat untuk bershodaqoh di Rumah Amalia. Berdoa memohon kepada Allah agar diberikan kesembuhan untuk putra tercintanya. Keesokan harinya operasi itu dilaksanakan. lampu operasi sudah menyala. Sementara seorang anak kecil tergeletak tak berdaya. Sang ayah nampak sangat gelisah. Hilir mudik didepan kamar operasi. Perkataan istrinya sudah tidak digubrisnya lagi. Sang ayah tak henti-hentinya berdoa.

        Tak lama kemudian seorang dokter keluar dari kamar operasi muncul didepan pintu sambil tersenyum. 'Bapak, berdasarkan hasil pemeriksaan saya, putra bapak tidak perlu dioperasi,' Beliau menganga takjub. Desah nafasnya terasa ringan. Air matanya bercucuran. Syukur alhamdulillah berkali-kali diucapkannya. Pada lantai rumah sakit dibersujud. Sujud syukur sambil menangis tak tertahankan. Alangkah nikmatnya rasanya menerima anugerah Allah justru disaat harapan sudah mulai menipis.begitulah Allah senantiasa memberikan cobaan kepada setiap hambaNya agar mendekatkan diri kepada Allah. Subhanallah..

        Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu mereka yang apabila tertimpa musibah mengucapkan, 'Kami berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya (QS 2:155-156).



Meraih Kebahagiaan, Menaklukkan Kesulitan

Jika hendak memilih pasangan hidup sesungguhnya, lihatlah dirinya ketika menghadapi masalah dan bagaimana cara dia menyelesaikan masalah tersebut. Sebab sosok pribadi yang sesungguhnya terlihat disaat bagaimana dia menyeselesaikan masalahnya. Imam Gazali dalam Ihya `Ulumuddin mengatakan bahwa setiap kali target ditingkatkan maka jalannya menjadi sulit, kendalanya banyak dan dibutuhkan waktu lebih lama, kullama zada al mathlub sho`uba masalikuhu wa katsura `aqabatuhu wa thala zamanuhu. Jadi tingkat kesulitan berhubungan dengan tingkat target. Jika orang ingin sekedar senang dalam hidup, maka ia dapat mencari kesenangan instan, pergi ke tempat hiburan, berfoya-foya dan berpesta pora. Tetapi jika seseorang ingin meraih kebahagiaan, maka ia justru harus siap menderita menghadapi kesulitan, melupakan kesenangan jangka pendek.

        Manusia didesain oleh Allah dengan sempurna, memiliki akal sebagai alat berfikir, hati sebagai alat memahami, nurani sebagai alat interospeksi, syahwat sebagai penggerak tingkah laku dan hawa nafsu sebagai tantangan. Kesemuanya itu dirancang untuk menghadapi medan kehidupan yang sulit. Dengan akal manusia bisa memecahkan masalah yang sulit, dengan hati manusia bisa menerima kenyataan yang pahit, dengan nurani manusia bisa mundur selangkah demi memperbaiki diri, dengan syahwat membuat manusia dinamis mencari dan dengan hawa nafsu manusia menjadi tertantang untuk mampu mengendalkan diri.

        Manusia di satu sisi memang menyukai stabilitas dan kenyamanan hidup, tetapi di sisi lain manusia juga menyukai kesulitan. Manusia tidak selalu lari dari kesulitan, sebaliknya justru menantang kesulitan. Jika dalam kehidupan sehari-hari hidup selalu stabil dan nyaman tanpa menjumpai kesulitan, maka dibuatlah stimulasi agar orang menaklukkan kesulitan buatan. Mahasiswa berlomba naik tebing buatan (wall climbing), pembalap mobil mencari medan berlumpur, yang berperahu mengikuti arum jeram, setiap agustusan orang ramai-ramai memanjat pohon pinang yang dilumuri olie, yang sudah punya dua kaki justeru berlomba lari dalam karung.

        Banyak sekali kesulitan yang sengaja dibuat untuk ditaklukkan, mengapa ? karena manusia memang memiliki tabiat tertantang. Kesulitan buatan pada umumnya hanya melahirkan kesenangan, yakni senang menjadi juara, tetapi belum tentu sampai kepada kebahagiaan. Kesusahan biasanya menambahi kesulitan, tetapi tidak semua kesulitan membuat susah. Ada keindahan dalam kesulitan yaitu disaat kita menyandarkan semua kesulitan kepada Sang Khaliq dan kita bisa meraih kebahagiaan dengan menaklukkan kesulitan.

Pengorbanan Untuk Meraih Kebahagiaan

Perhatikan bagaimana al Quran membimbing kita melihat masalah, seperti yang disebutkan dalam surat al Baqarah ayat 216, 'Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyenangi sesuatu padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui (Q/2:216). Renungkan pula bagaimana proses yang mengantar kita pada kebahagiaan, ternyata di sana ada pengorbanan. Kemerdekaan suatu bangsa juga harus didukung oleh pengorbanan sebagian dari warganya, yakni dengan gugurnya para pahlawan di medan perang. Disadari atau tidak, sebenarnya setiap pribadi harus bersedia berkorban demi kebahagiaan bersama.

        Pengorbanan, sifat mengalah harus selalu ada pada diri kita demi mewujudnya kebahagiaan yang hakiki. Suatu bahaya yang mencekam ternyata melahirkan kebahagiaan berupa munculnya orang-orang pemberani yang berhasil mengusir bahaya itu. Pengalaman menderita sakit parah ternyata bisa mendatangkan rasa kebahagiaan, yakni ketika merasakan betapa nikmatnya kesehatan. Jika penderitaan itu terjadi karena kesalahan maka itu adalah tanggungjawab kita sebagai pilihan hidup kita tetapi bila tidak bersalah itulah yang disebut dengan pengorbanan, maka pengorbanan kita akan dibalas oleh Allah dengan ketinggian derajat di akhirat (Q/2:155-157) . Menurut al Quran, Allah memberikan potensi kepada kita untuk mampu memikul kesedihan dan melupakannya. Dalam surat at Taghabun disebutkan 'Tidak satupun petaka yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia (Allah) akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q/64:11).

        Allah Maha Sempurna, sementara nalar kita tidak sempurna. Adakalanya kehidupan dapat dipahami oleh nalar kita dan seringkali tidak. Kita pernah diributkan oleh lirik lagu yang mengatakan bahwa takdir itu kejam, padahal takdir Allah selalu baik untuk hamba-hambaNya. Persoalan kehidupan memang bukan semata-mata problem nalar, tetapi problem juga rasa, sebagai akibat dari keinginan kita untuk selalu mendapatkan yang terbaik untuk dirinya, keluarga kita atau diri kita saja hingga melupakan yang lain. Jika problemnya demikian maka yang mampu menanggulanginya adalah ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berperan besar dalam mencapai kebahagiaan yang hakiki, dunia dan akherat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath-Thalaq 4). (bersambung.....)